Setelah dihantam dengan cerita boys love yang menguras air mata, seperti Given atau yang karakternya toksik sampai bikin marah, Kieta Hatsukoi (2021) menjadi angin segar. Pasalnya, dorama itu mengemas kisah cinta monyet dengan komedi dan kejutan yang mengundang rasa senang. Tiga menit pertama saja saya sudah mampu dibuat tertawa terbahak-bahak karena kekonyolan karakter utamanya, Aoki (Michieda Shunsuke).
Alurnya memang agak rumit, Aoki menyukai teman sekelasnya Hashimoto (Fukumoto Riko). Suatu hari Aoki meminjam penghapus Hashimoto yang ada nama laki-laki yang disukainya, Ida (Meguro Ren). Aoki tentunya galau dan menjadi makcomblang untuk keduanya. Di sisi lain, Ida menyangka penghapus itu milik Aoki dan berupaya membalas perasaannya. Lama-kelamaan Aoki pun berpaling dan menyukai Ida. Sementara laki-laki yang sebenarnya disukai Hashimoto malah Akkun/Aida (Suzuki Jin), sahabat Aoki.
Konfliknya memang dibangun atas kesalahpahaman yang bisa disetir menjadi drama bak FTV. Tapi interaksi antara karakter yang selalu enggak nyambung menambah kelucuannya. Misalnya, Ida yang menganggap Aoki menyatakan cinta, padahal sebenarnya ia sedang curhat lantaran galau. Menurut saya, Kieta Hatsukoi semacam gabungan antara Horimiya dan Doukyuusei, manga slice of life tentang anak sekolahan, Here U Are, dan manhua 19 Days yang kocak.
Baca juga: 5 Drakor BL Wajib Tonton di Waktu Senggang
Walaupun cerita di manga-nya, juga berjudul sama, sudah berjalan jauh, casting yang tepat dan akting komedi yang tidak berlebihan membuat Kieta Hatsukoi jadi lebih mengasyikkan.
Berikut lima alasan mengapa dorama Jepang itu mengisahkan cinta SMA dengan menggemaskan:
1. Cerita Sederhana yang Bikin Geregetan
Kieta Hatsukoi mengemas cinta monyet dan pertanyaan apa arti menyukai seseorang dengan sederhana dan apik. Setiap karakternya tidak menganggap jatuh cinta sebagai hak sepele dan benar-benar mempertimbangkan perasaan orang lain. Seperti Ida, yang cuek dan tidak pernah jatuh cinta, yang mencoba mengenal Aoki untuk membalas perasaannya.
Walaupun disusun sebagai komedi, Kieta Hatsukoi tidak menutupi ketakutan Aoki yang kali pertama menyukai laki-laki. Dia khawatir akan dianggap ‘aneh’ oleh teman-temannya. Dalam manga pun dia sempat down ketika salah satu mentornya bertingkah aneh dengannya. Namun, setelah dukungan Ida, Hashimoto, dan Akkun, dia bisa bangkit kembali dan menantang prasangka buruk terhadap laki-laki gay. Seperti perkataan Hashimoto, tidak ada yang aneh jika ingin bersama dengan orang yang kita sukai.
2. Bukan Cinta Segitiga yang ‘Cringe’
Cinta segitiga memang sering membuat emosi dan gampang menyulut fanwar. Penggemar manhwa Love or Hate, misalnya, perang berbulan-bulan hanya untuk menunjukkan siapa paling hebat antara Choi Joowon atau Song Taekyung. Begitu pula dengan tim Nam Do-san dan tim Han Ji-pyeong atau Edward vs Jacob dari Twilight.
Sebenarnya Kieta Hatsukoi bisa terjerumus dalam kisah cinta segitiga yang menyebalkan. Mudah saja membuat Aoki menjadikan Ida dan Aida sebagai saingannya untuk merebut hati Hashimoto. Tapi, Aoki yang berpaling ke Ida menjadi kejutan menyenangkan. Hashimoto pun bukan tipikal perempuan lemah yang tidak berdaya. Dia percaya diri dan berusaha sendiri agar lebih dekat dengan orang yang dia sukai.
Kieta Hatsukoi mematahkan stereotip usang kisah cinta remaja di sekolah yang harus dibanjiri angst. Dengan sentuhan komedi yang tidak berlebihan, ia menjadi tontonan ringan, menyenangkan, dan mampu menggelitik perut dengan segala tingkah karakternya.
Baca juga: ‘Banana Fish’ Berani Keluar dari Formula Klasik Genre 'Shojo’
3. ‘Chemistry’ Aoki dan Ida yang Lucu
Aoki dan Ida adalah contoh nyata dari ungkapan polar opposite attracts. Aoki yang enggak terlalu cerdas, konyol, dan mudah dibaca sungguh berbeda dengan Ida yang cukup serius dan pendiam. Aktornya, Shunsuke dan Ren juga mampu menghidupkan chemistry antara Aoki dan Ida dengan akting yang meyakinkan.
Keserasian itu tidak hanya ketika mereka berperan sebagai Cinderella dan Pangeran dalam drama sekolah, tapi dari cara membangun perasaan Aoki kepada Ida. Aoki yang dulunya menolak untuk jatuh cinta pada Ida membuat segala percakapan mereka menyenangkan. Apalagi ketika Aoki mulai menatap Ida dengan berbeda, yang dulunya biasa saja menjadi kagum dan mendamba.
Keduanya juga berhasil menunjukkan tidak perlu ciuman untuk membuat hati berdebar. Sentuhan kecil, seperti Ida yang mengelus kepala Aoki atau belajar berdampingan dengan mudah membuat perasaan berbunga-bunga.
4. Teman-teman yang Suportif
Hangatnya interaksi Aoki, Hashimoto, Akkun/Aida, dan Ida membuat Kieta Hatsukoi tidak hanya tentang cinta masa sekolah, tapi persahabatan. Aoki dan Hashimoto yang empatik menjadi kawan yang cocok untuk sikap blak-blakannya Akkun dan Ida yang cool, tapi perhatian. Keempatnya bak potongan puzzle yang sangat pas.
Mereka juga mau membantu satu sama lain tanpa pamrih. Misalnya, saat Aoki dan Hashimoto enggak sengaja merusak properti untuk drama Cinderella kelasnya, Akkun dan Ida siap membantu bahkan bekerja sampai malam. Ida juga tidak lupa menyemangati ‘gebetannya’, Aoki, supaya tak merasa bersalah.
Namun, persahabatan yang paling menebar kelucuan ada di antara Aoki dan Hashimoto. Walaupun sempat ada kesalahpahaman sepersekian detik tentang menyukai orang yang sama, Aoki dan Hashimoto malah ngefans bareng tentang orang itu, alih-alih sikut-sikutan siapa yang terbaik. Setelah tahu mereka menyukai orang berbeda pun, Hashimoto berjanji akan mendukung Aoki dan begitu pula sebaliknya. Mereka menunjukkan kalau laki-laki dan perempuan bisa kok jadi sahabat dekat.
Baca juga: 5 Serial ‘Boys Love’ yang Bikin Pipi Merona dan Mata Basah
5. Cerita Tanpa Tokoh Antagonis Juga Menyenangkan
Dalam drama percintaan, tokoh antagonis menjadi semacam kewajiban agar cerita tambah menarik. Semakin banyak rintangan, kegelisahan, kecemburuan, dan kemalangan, cerita akan banjir bumbu yang menggaet penonton. Formula ini beberapa kali digunakan dalam K-drama yang agak toksik maupun sinetron Indonesia.
Secara stereotipikal, Kieta Hatsukoi bisa mengaplikasikan hal itu karena sinema suka mendramatisir cinta monyet. Namun, Kieta Hatsukoi menjauh dari resep tersebut. Ia menunjukkan kalau cerita tanpa tokoh antagonis juga bisa menyenangkan dan tidak kehilangan esensinya tentang bagaimana sih cerita cinta SMA.
Selain itu, dorama ini memberikan pesan kalau seseorang memang bisa jatuh hati karena kebaikan. Aoki, misalnya, yang perlahan-lahan menyukai Ida karena penuh perhatian, bijak, dan siap membantu sesama. Begitu pula dengan Hashimoto kepada Akkun. Walaupun Akkun belum naksir balik Hashimoto, dia mau berteman dan mengenalnya lebih dalam. Karakternya yang tidak egois malah menjadi poin yang menggaet penggemar bahkan terus setia menanti kelanjutan cerita.
Comments