Nama Amanda Gorman meroket setelah penyair muda itu menjadi pembaca puisi dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden dan Kamala Harris (21/1).
Puisi yang ia bawakan, The Hill We Climb, membawa serangkaian pesan penting tentang kesatuan di tengah keberagaman dalam masyarakat. Ia terinspirasi dari carut-marutnya kondisi sosial dan toleransi di Amerika Serikat selama empat tahun terakhir, yang kental berbalut diskriminasi dan supremasi kulit putih di bawah pimpinan Donald Trump.
Gorman menyelesaikan penulisan The Hill We Climb setelah terguncang akibat penyerangan Gedung Capitol di Washington DC oleh kelompok simpatisan Donald Trump pada (6/1) lalu. Itulah saat di mana ia menyadari bahwa ada sebuah kekuatan yang bisa meremukkan kesatuan bangsanya dengan meruntuhkan demokrasi.
"Lebih dari sebelumnya, sekarang adalah saat di mana Amerika Serikat membutuhkan puisi pengukuhan. Kita harus menghadapi kenyataan ini jika kita ingin maju. Puisi bisa mengingatkan diri kita tentang sejarah yang kita pegang dan masa depan yang kita perjuangkan,” ujar lulusan sosiologi dari Harvard University itu.
Kegetolan Gorman menyelami isu-isu sosial melalui dunia literasi telah mengantarkannya menjadi aktivis muda yang diakui banyak orang. Hidup dan besar sebagai perempuan kulit hitam di AS semakin membuka matanya mengenai ketidakadilan yang terjadi di mana-mana. Karya-karyanya bahkan berhasil mencuri hati istri presiden Joe Biden, Jill Biden, yang kemudian merekomendasikan Amanda langsung untuk menjadi pembaca puisi dalam pelantikan suaminya.
Baca juga: Bagaimana Rasialisme Terbentuk dan Bertahan di Masyarakat?
Inilah beberapa fakta tentang sosok Amanda Gorman yang perlu kamu ketahui:
-
Amanda Gorman Penyair Muda yang Peduli Isu Sosial
Sebelum membacakan puisi pada pelantikan presiden, Gorman sudah dikenal sebagai seorang aktivis muda yang vokal menyuarakan isu-isu kemanusiaan, seperti rasialisme, feminisme, dan multikulturalisme. Puisi-puisi karyanya kerap mengandung pesan kritik terhadap kondisi sosial dan tensi politik yang tidak ramah terhadap berbagai kalangan.
Gorman sadar bahwa literasi dan sastra bisa menjadi pintu gerbang aktivisme yang lebih besar dan bisa berdampak baik pada perubahan sosial. Ia kemudian mendirikan organisasi non-profit bernama One Pen One Page yang berfokus pada bidang literasi dengan memberikan program penulisan kreatif gratis untuk anak-anak muda.
-
Amanda Gorman Dibesarkan oleh Ibu Tunggal yang Menomorsatukan Pendidikan
Gorman, 22, dibesarkan oleh ibu tunggal bernama Joan Wicks yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di sebuah sekolah umum. Pola asuh ibunya yang selalu menomorsatukan pendidikan dan selalu mengajarkannya nilai-nilai penting tentang isu sosial dan kemanusiaan membuat Gorman tumbuh menjadi anak muda yang tidak ragu untuk bersuara dan menegakkan keadilan.
Baca juga: Kamala Harris Perempuan Pertama yang Jadi Wapres AS, Tapi Bukan yang Terakhir
Memiliki ibu yang berprofesi sebagai guru juga membuat ia menyaksikan bagaimana pendidikan merupakan hal penting yang bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk memutus rantai kemiskinan. Kegigihan sang ibu dalam berkarier, menempuh pendidikan sampai tingkat master di bidang pendidikan, sambil membesarkan tiga orang anak, sangat menginspirasi Gorman untuk memberi perhatian pada akses pendidikan orang-orang lain di sekitarnya, bukan hanya pendidikan bagi dirinya sendiri.
Gorman ingat bahwa percakapan politik pertama antara ia dan ibunya adalah tentang realitas kehidupan orang kulit hitam di Amerika yang selalu berbalut ketidaksetaraan serta diskriminasi.
"Ibuku ingin memastikan bahwa aku siap untuk tumbuh besar sebagai orang berkulit hitam di Amerika. Itulah momen pertama yang menyadarkanku tentang seperti apa iklim politik yang aku masuki saat ini,” katanya.
-
Amanda Gorman Menerima Penghargaan Tingkat Nasional
Gorman menerima gelar sebagai Pemenang Pemuda Penyair Nasional (National Youth Poet Laureate) pada 2017. Itu adalah penghargaan dari pemerintah Amerika Serikat kepada anak muda dengan kemampuan besar dalam bidang kesenian (khususnya puisi dan pidato), merupakan sosok pemimpin yang kuat, berkomitmen pada keadilan sosial, dan aktif menggalang berbagai gerakan dan advokasi sosial.
Gelar ini diberikan setiap tahun pada satu anak muda terpilih, yang berhasil mengungguli empat finalis lain dari tiap wilayah atau kota. Gorman adalah anak muda pertama yang menerima penghargaan ini, setelah memenangi kompetisi ini di tingkat regional, Los Angeles, dan mewakili wilayahnya itu di tingkat nasional.
Baca juga: 7 Novel Wajib Baca Karya Penulis Perempuan Kulit Hitam
-
Amanda Gorman Memiliki Gangguan Bicara dan Pendengaran
Gorman sempat memiliki gangguan bicara (speech impadiment) yang membuatnya kesulitan untuk berbicara secara jelas. Kelahirannya yang prematur membuat dia mengalami infeksi telinga kronis yang kemudian berujung pada timbulnya auditory processing disorder, yang membuatnya sulit memahami omongan orang lain sebagai penyebab terbesar gangguan bicaranya.
Tapi Gorman tidak lantas menyerah pada mimpinya hanya karena kekurangannya itu. Selain menggunakan tulisan sebagai medium perjuangan untuk “mengakali” keterbatasannya ini dan agar suaranya tetap didengar, ia juga selalu berlatih berbicara agar bisa mengucapkan berbagai kata dan kalimat dengan baik dan jelas.
-
Amanda Gorman Telah Menerbitkan Buku
Minat besar Gorman untuk menyuarakan keadilan dan dunia penulisan mengantarkannya untuk menulis dan menerbitkan sebuah buku berjudul The One for Whom Food Is Not Enough pada tahun 2015, yang berisi kumpulan puisi karyanya.
Pada akhir tahun 2021 ini, naskah puisi yang Gorman bacakan pada pelantikan presiden akan diterbitkan dalam bentuk buku. Sebuah buku bergambar untuk anak yang berjudul Change Sings hasil karyanya juga akan dipublikasikan pada tahun ini.
Foto diambil dari @malala.
Comments