- Mudah bagi saya untuk dekat secara emosional dengan orang lain. Saya nyaman bergantung satu sama lain. Saya tidak memiliki kecemasan akan kesepian dan tidak diterima oleh orang lain.
- Saya tidak nyaman dan takut terluka jika biarkan diri saya terlalu dekat dengan orang lain. Saya ingin hubungan yang dekat secara emosional tapi sulit untuk percaya atau bergantung pada orang lain.
- Saya ingin hubungan yang intim secara emosional, tetapi sering saya menemukan bahwa orang tersebut enggan untuk berdekatan dengan saya. Saya tidak nyaman tanpa adanya hubungan dekat, tetapi saya cemas bahwa orang lain tidak memandang saya seperti saya memandang mereka.
- Saya nyaman tanpa memiliki hubungan emosional yang dekat. Sangat penting bagi saya untuk merasa mandiri dan memenuhi kebutuhan saya sendiri. Saya memilih untuk tidak bergantung kepada orang lain dan sebaliknya.
Jika kamu memilih jawaban B dan C, saya tebak kamu adalah orang yang takut untuk jatuh cinta. Kamu takut untuk ditolak dan bertepuk sebelah tangan sehingga terkadang kamu takut untuk percaya kepada orang baru karena dia bisa saja menyakitimu.
Terdengar familiar?
Memiliki pola takut jatuh cinta ini memang tidak mudah. Saya adalah salah satu orang yang mengadopsi pola ini, rasanya sangat menyiksa. Di satu sisi saya memiliki dorongan untuk bersandar dan membagi pikiran saya dengan orang yang dicintai, di sisi lain saya takut orang tersebut akan bosan dan tidak menyukai saya jika saya membuka diri. Mengingat guru PPKN saya yang menekankan pentingnya tolong menolong dalam hidup ini, mari saya tolong kamu untuk mengenali mengapa kamu takut jatuh cinta:
1. Pola ini tertanam jauh sebelum kamu sadar akan cinta (bukan salah kamu 100 persen kok)
Ya, mari balik ke jaman kita kecil. Segala hal yang kita pelajari sejak kecil, terutama dalam kasus ini adalah dari segi interpersonal, memberi pengaruh amat sangat besar terhadap bagaimana kita dan lingkungan berinteraksi. Bapak Freud, seorang psikoanalisis, pernah berkata pada saya akan hasil studi mengenai tingkah laku manusia dalam 5 tahun pertama hidupnya yang menentukan bagaimana cara melihat dunia hingga dewasa. Studi ini pernah diungkap juga dalam film Dangerous Minds. Dapat dikatakan bahwa ini fakta mengerikan. Tetapi tenang saja, hal ini dapat diantisipasi dengan bantuan.. diri sendiri. Ya, coba analisa diri, dengan bantuan tes psikologi dan meditasi. Kamu masih bisa mengubah ini. Semuanya hanya permainan pikiran kok!
2. Pola ini sulit untuk diubah (tapi bukan berarti tidak bisa)
Karena pola ini telah tertanam sedari kamu masih kecil, pola hubunganmu ini akan sulit diubah (Sulit, tapi bisa diubah. Manusia itu punya keahlian alam untuk beradaptasi kok.) Pencarian cinta tidak hanya sekedar mencari pasangan yang kira-kira tepat, dekati, lalu jadian. Kamu tetap akan secara otomatis takut untuk terlibat hubungan dekat dengan orang lain, terutama ketika orang tersebut mirip dengan orang yang sangat berarti untuk dirimu tersebut. Tentunya semua orang ingin memiliki pola hubungan yang adem ayem. Tetapi tentu saja pola ini butuh proses yang lama, bahkan jika sudah dalam tahap patologis, seseorang butuh bantuan tenaga ahli untuk bantu orang tersebut memperbaiki persepsinya. Itu gunanya ilmu psikologi hadir di dunia ini.
*Kamu bisa tukar pikiran langsung dengan para psikolog di sini. Tanya apapun yang mau kamu tanyakan.
3. Kabar baiknya, kini kamu tahu polamu
Karena saya anggap kamu sekarang sudah dapat merefleksikan bagaimana pola hubunganmu, kini saatnya kamu lebih memahami keadaanmu dan mencoba untuk berdamai dengan pola hubunganmu tersebut. Contoh pengalaman saya sendiri, karena saya tahu saya orang yang sangat takut untuk ditolak, apalagi ditinggalkan, saya coba untuk berdamai dengan diri sendiri dan coba untuk berpikir secara lebih objektif dalam menanggapi pesan ambigu dari orang lain. Sebelum rasa takut kambuh yang memungkinkan adanya fase ‘putus sementara’ atau ‘beri saya waktu sendiri’ pada pasangan, kuncinya cuma satu: komunikasi. Saya yakin komunikasi yang baik dapat menyelesaikan semua permasalahan di dunia ini.
Seperti saya bilang di awal, memiliki fobia cinta ini memang tidak mudah. Tetapi saya yakin kamu pun bisa menikmati cinta setelah kamu dapat memahami polamu sendiri. Paling tidak, tiga pemahaman baru ini akan membantumu untuk menyiapkan baju pelindung saat kamu memasuki arena pencarian pasangan hidup.
Selamat mencoba jatuh cinta!
Sartika Annisa adalah mahasiswa S2 jurusan psikologi sosial yang yakin bahwa sains tidak berguna kecuali berguna untuk orang-orang. Ia sedang merintis untuk menjadi peneliti hubungan.
Artikel ini adalah hasil kerja sama dengan Setipe.com, situs yang mempertemukan calon jodoh secara aman dan rahasia.
Comments