Teman-teman Milenial saya bilang kalau saya itu #bodygoals, atau punya badan ideal, yang menurut saya lucu. Saya bukan mau merendah tapi ninggiin mutu alias humble brag. Tapi kalau kenal saya, kamu akan tahu betapa mager-nya saya, betapa saya anti-olahraga, nge-gym, diet, dan sejenisnya. Makanya disebut #bodygoals, apalagi sama yang jauh lebih muda, terdengar kocak. Ya memang, saya enggak kelebihan berat badan dan berdasarkan standar umum bentuk tubuh saya kurang lebih “ideal”. Tapi sebenar-benarnya saya itu #BodyByTheGraceofGod. Enggak tahu juga kenapa bisa seperti ini, itu berkah dari Tuhan.
Kalau dipikir-pikir sebenarnya apa sih #BodyGoals itu? Dan kenapa sih harus ada #BodyGoals? Kenyataannya, dengan umur, kondisi hormon, kondisi kesehatan, keuangan, dan lain-lain, sebenarnya enggak ada satu standar #BodyGoals yang bisa diterapkan untuk semua orang.
Waktu saya usia 20an, saya begitu kurus sampai kalau difoto kayak pentol korek api karena proporsi kepala kelihatan jauh lebih besar dari badan. Tapi di dekade berikutnya, berat badan saya naik cukup pesat, sampai disebut “menggendut sejahtera” sama teman-teman saya. Di penghujung 30an, mulai turun lagi meski tidak pernah sampai ke berat badan di usia 20an.
Baca juga: Stop Nilai Diri dan Perempuan Lain dari Penampilan Fisik
Jadi, sebenarnya #BodyGoals saya itu di mana? Waktu di usia 20an, 30an, atau sekarang? Karena waktu saya di usia 20an dibilang terlalu cungkring, di usia 30an dibilang “gemuk ya lo sekarang”, dan di usia awal 40an seperti sekarang, kadang disebut #BodyGoals tapi kadang dibilang bohay, dan ada juga yang komentar “kamu kurus banget sih”. Jadi yang mana?
Menurut saya sih #BodyGoals itu seharusnya kondisi di mana kita benar-benar nyaman sama tubuh kita sendiri, tanpa memikirkan berat badan kita berapa, atau apa kata orang tentang kondisi tubuh kita. Kenyataannya, orang-orang akan terus berkomentar apa saja yang mereka mau tentang tubuh kita. Bukan salah badan kita.
Apa yang keluar dari mulut terpancar dari hati. Kalau yang keluar dari mulut mereka adalah hal-hal negatif—mau itu tentang tubuh kita atau hal lain, berarti hati mereka kurang bahagia. Daripada jadi baper, kayaknya malah kita perlu kasihan sama mereka, ya. Enggak enak tahu kalau hati galau, resah dan penuh kebencian terus. Dimaafkan aja dan ingat kalau sebenarnya sentilan mereka tentang tubuh kita tidak ada hubungannya sama tubuh kita, tapi ada hubungannya sama kondisi jiwa mereka.
Baca juga: Mengapa Menjadi Cantik Penting di Media Sosial
#BodyGoals Cara Kita Untuk Nyaman dengan Tubuh Kita Sendiri
Sekarang, bagaimana caranya kita bisa benar-benar nyaman sama tubuh kita sendiri? Sederhana aja, tapi sebenarnya rada susah karena sebagai makhluk sosial membandingkan diri dengan orang lain itu sudah jadi sifat manusia. Tapi kalau mau nyaman sama diri sendiri ya kuncinya di situ, dengan mengapresiasi diri dan tubuh kita sendiri.
Mungkin klise, tapi mulai dari bersyukur atas tubuh kita. Apalagi di tengah pandemi ini. Kita sehat dan enggak harus dirawat karena COVID-19 saja sudah jadi alasan buat mengapresiasi badan kita, kan? Secara ada yang #BodyGoals tapi tetap ketularan? Pada akhirnya, mereka tentunya lebih memilih punya sistem imunitas dan keberuntungan kita, daripada punya perut six-pack, ya kan?
Apresiasi tubuh juga enggak berarti kita harus pamer badan dan buka-bukaan di medsos. Kecuali memang itu tujuannya, seperti the Kardashians and sejenisnya. Saya enggak akan pernah melakukannya, but hey, you do you. Cuma kalau tujuannya pengen apresiasi tubuh, ya kurang tepat dan enggak efektif juga, sih.
Baca juga: Iklan yang Merisak Perempuan: Tarung Bebas Penjaja Produk Kecantikan
Mengapresiasi tubuh, menurut saya, cukup dengan menjadi nyaman dengan diri sendiri di mana saja kapan saja. Berpakaian sesuai dengan kenyamanan diri, yang berarti kalau memang tidak nyaman pakai baju seksi ya enggak usah. Kalau memang enggak sreg pakai baju tertutup ya enggak harus juga. Mengapresiasi tubuh adalah being kind to your body. Merawatnya dengan baik. Kasih makan yang benar. Diajak gerak biar otot enggak kaku. Apalagi kalau sudah 40an macam saya. Tidur dan istirahat yang cukup.
Yang terpenting, mengapresiasi tubuh kita menurut saya adalah merasa nyaman dengan tubuh kita sampai pada satu titik kita enggak peduli apakah lengan terlihat besar, atau perut berlipat saat duduk, atau enggak perlu menyiasati pose pas lagi foto bareng biar kelihatan “kurusan”. Sudah enggak masalah lagi buat kita orang mau ngomong apa soal tubuh kita. Buat kita, tubuh kita itu sudah #BodyGoals. Dan semakin banyak dari kita yang semakin nyaman sama diri kita, lama-lama orang lain pun tidak punya pilihan selain menerima dan mendukung.
Dan itu, menurut saya, caranya menciptakan gerakan. Mulai aja dari diri sendiri dulu.
Comments