Korea Selatan menjadi salah satu negara yang memiliki industri budaya pop paling digemari di seluruh dunia mulai dari musik, drama, hingga film layar lebar. Salah satu produk seni yang semakin mendapat perhatian adalah film-filmnya.
Jika kita lihat, semakin hari industri film Korea Selatan semakin berkembang dari sisi sinematografi dan cerita yang mereka angkat. Salah satu genre yang mulai berkembang adalah film-film queer Korea Selatan.
Komunitas LGBT di Korea Selatan
Siapa yang menyangka film bertema queer di Korea Selatan berkembang di tengah masalah fundamentalisme yang tengah menguat di negara tersebut?
Walaupun umumnya masyarakat Korea Selatan tidak religius, kelompok Kristen konservatif di negara tersebut punya kekuatan untuk mempengaruhi pemerintah.
Dosen Ilmu Politik di Universitas Wisconsin, Eunsook Jung mengatakan, kelompok ini memiliki persepsi bahwa banyak sekali ancaman, termasuk LGBT, yang akan merugikan moralitas nasional.
Salah satu pengaruh fundamentalisme tersebut bisa terlihat dari perkembangan terbaru di Korea Selatan. Dikutip dari VOA, Februari lalu, Kementerian kesetaraan gender dan keluarga Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka ingin mengubah regulasi terkait orang tua tunggal dan pasangan yang belum menikah, tapi tinggal bersama agar dapat menjadi keluarga yang legal.
Baca Juga: ‘Here U Are’: Manhua BL yang Tampilkan Cinta Queer yang Realistis
Namun sangat disayangkan, hal ini hanya berlaku untuk pasangan heteroseksual. Regulasi yang masih heteronormatif ini membuat pasangan non-heteroseksual yang mengurus anak tidak memiliki payung hukum yang legal.
Dari banyaknya tantangan tersebut, beberapa sineas Korea Selatan masih terus berkarya dan menyuarakan beragam isu yang dihadapi oleh komunitas LGBT. Berikut ini beberapa film queer Korea Selatan yang menggambarkan berbagai problem yang dialami oleh individu LGBT di Korea Selatan.
Film Queer Korea Floating Deep Down Summer (2019)
Beberapa di antara kita mungkin pernah susah untuk move on dari mantan kekasih, apalagi ketika mantan kita lebih dahulu menikah dari kita. Yang paling menyebalkan, ketika dia sudah bahagia, kita masih terperangkap dalam masa lalu tentangnya. Masa-masa itu pasti sulit, apalagi kalau kita masih memiliki trauma pasca-putus dari mantan kita.
Inilah yang sedang dirasakan oleh Hyeri, seorang fotografer terkenal, yang baru saja mendapat undangan pernikahan dari mantan kekasih perempuannya. Pada saat ia mengalami perasaan dilema, ia juga perlu mengurus pameran fotonya bersama dengan kurator bernama Juhyun.
Berbeda dari Hyeri yang masih tertutup akan orientasi seksualnya, Juhyun sangat terbuka bahwa ia seorang lesbian dan bangga akan identitasnya. Film pendek berdurasi 22 menit ini mengajak kita melihat proses move on Hyeri dari masa lalunya bersama dengan Juhyun.
Film Queer Korea Tentang Stigma LGBT dengan HIV Going My Home (2019)
Menjadi bagian dari komunitas LGBT tentunya tidak mudah apalagi masih banyak diskriminasi dan stigmatisasi terhadap mereka. Stigma tersebut semakin pelik ketika individu LGBT juga memiliki status ODHA atau Orang Dengan HIV Aids.
Dalam film queer asal Korea Selatan yang berjudul Going My Home ini, cerita berpusat pada kehidupan Yong-Geun, seorang gay berstatus positif HIV, yang tengah pulang ke kampung halamannya untuk merayakan ulang tahun sang ayah.
Baik keluarga maupun teman Yong Geun tak ada yang tahu tentang orientasi seksual dan status HIV-nya. Dari luar, Yong Geun berusaha untuk terlihat tidak apa-apa. Namun dalam beberapa adegan setelahnya, terlihat bagaimana stigma orang dengan ODHA masih sangat mengakar dalam masyarakat, termasuk di dalam komunitas LGBT.
Baca juga: ‘Diary of Tootsies’: Lawan Stigma terhadap HIV Lewat Drama Komedi
Film Pendek Tentang Budaya Hookup “The Day” (2020)
Di zaman yang semakin modern, semua aktivitas kita dimudahkan berkat adanya kemajuan teknologi termasuk mencari jodoh. Bagi individu LGBT, mencari pasangan lebih sulit karena banyak alasan termasuk soal keamanan.
Film pendek ini bercerita tentang perjalanan Ye-eun yang jauh-jauh pergi ke Seoul untuk bertemu dengan Sa-rang yang ia kenal lewat aplikasi online. Ketika mereka bertemu secara langsung, Ye-eun masih sangat canggung dengan Sa-rang, dan ia terlihat tidak tenang selama berbicara dengan perempuan itu.
Di saat mereka berdua ingin melakukan hubungan seks, Ye-eun akhirnya buka suara dan bertanya apakah mereka berdua akan bertemu lagi setelah ini. Ternyata, kedua perempuan ini memiliki pandangan berbeda soal menjalin hubungan.
Baca juga: ‘PAP, Catfishing, Zombieing’, dan Istilah Gaul Lainnya di ‘Dating Apps’
Film Queer Korea 2019: Private Lessons
Masa-masa kuliah memang penuh dengan kenangan yang tak terduga, terlebih saat kamu jatuh cinta dengan profesor yang mengajar di kelasmu.
Hal ini dialami oleh Jae-hyun yang jatuh hati dengan Yeong-il, profesornya yang mengajar dalam mata kuliah puisi. Sebelum ini, Jae-hyun sangat tidak tertarik dengan puisi, bahkan tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan Yeong-il. Agar Jae-hyun bisa lulus, Yeong-il memutuskan memberi tambahan kelas untuk Jae-hyun di luar kelas. Siapa sangka dalam tiap pertemuan mereka itu, keduanya jadi semakin dekat.
Walaupun film queer Korea ini berdurasi pendek, dilema hubungan beda usia yang cukup besar sangat tergambar dalam tiap interaksi kedua protagonis, apalagi menyangkut pandangan soal hubungan percintaan.
The Villain Who I Love (2017)
Film queer Korea ini mengisahkan tentang Kim Minzy, yang menemukan sebuah foto polaroid yang memperlihatkan dirinya tengah berganti baju di ruang loker sekolah. Hal ini membuatnya superkaget dan juga takut. Dalam kegundahan, ketua kelasnya, Hyejin mengatakan bahwa pelakunya adalah guru baru laki-laki di sekolah mereka. Dari situ, mereka pun memulai investigasinya.
Minzy yang sebetulnya juga menaruh hati pada Hyejin merasa senang ketika Hyejin membantunya. Akan tetapi, ia tak menyangka akan menemukan fakta lain dari kasus yang dia hadapi.
Don't Say Sorry (2017)
Dalam masyarakat patriarkal dan heteronormatif, pasangan yang diakui dalam masyarakat hanyalah pasangan heteroseksual. Hal ini yang membuat individu dengan orientasi seksual berbeda merasa bahwa mereka adalah pendosa dan pihak yang bersalah.
Baca Juga: ‘Pride Month’ Ajarkan Saya untuk Bangga Jadi Bagian Kelompok LGBT
Hidup di tengah pandangan seperti ini yang membuat banyak individu LGBT sulit menerima dirinya dan bertanya-tanya tentang orientasi seksual mereka. Hal ini juga dialami oleh Choi-yeon, ketika ia berada di bangku sekolah menengah. Banyak rumor yang beredar bahwa dirinya adalah lesbian, tetapi ia tak peduli akan hal ini.
Walaupun begitu, Choi-yeon sebenarnya memiliki perasaan spesial terhadap teman perempuannya, Ha-gyeong. Choi-yeon mulai bertanya-tanya apakah rumor itu memang benar atau perasaan ini hanyalah kebingungan masa remaja semata.
Comments