Lepas dari kabar plagiarisme yang sempat membuntutinya, jebolan Disney Olivia Rodrigo tampil memukau di ajang MTV Video Music Awards 2021, (12/9) waktu Amerika. Turun dari langit-langit dengan gaun ungu, ia menghentak panggung dengan lagu Good 4 U. Meskipun sempat terengah-engah di tengah penampilan, ia yang dikelilingi penari latar, mampu menutup lagunya dengan sebuah twist: Memukul kamera menggunakan mikrofon hingga pecah.
Apa yang dilakukan Olivia buat saya adalah pesan penting bahwa sah-sah saja merayakan patah hati dan kehilangan dengan menggebu-gebu. Tak apa pula merayakan patah hati dengan diam, mengutuk, dan sibuk mengenang yang sudah pergi. Mendatangi tempat-tempat bersejarah, menziarahi memori saat bersama mantan, atau menyumpahi bekas pasangan karena ingkar janji, juga sah-sah saja jika ini efektif menyembuhkan luka.
Setidaknya beragam pesan tentang merayakan patah hati itu juga ditegaskan dalam separuh lagu Olivia yang lain. Memang tak ada yang benar-benar spesial karena sebagaimana formula yang dipakai para pendahulunya yang doyan nyanyi lagu patah hati: Taylor Swift untuk generasi 1990-an atau Avril Lavigne untuk anak 1980-an, yang paling mudah adalah menulis dengan lirik sejujur mungkin, sesederhana mungkin biar banyak orang merasa relate.
Olivia mengerti itu dan melakukannya dengan baik dalam repertoarnya bertajuk Sour (2021). Berisi 11 lagu, mulai dari Déjà vu, Good 4 U, Happier, hingga Driving License, nyaris semua tembangnya familier dengan kuping penikmat musik dari berbagai langgam usia. Ya gimana, urusan patah hati kan bukan urusan anak generasi Z saja, ucap Molly Robert, editor Washington Post saat berkomentar soal lagu-lagu Olivia yang dicap sebagai tembang generasi Z saja.
Lagu Driver License adalah “curhat” pertamanya bahwa kehilangan cinta pertama bisa terasa begitu menyedihkan. Janjian punya surat izin mengemudi (SIM) agar bisa berkendara bersama. Namun, ia justru dikhianati kekasihnya yang berpaling pada perempuan lain yang lebih tua 4 tahun usianya. Saat SIM benar-benar sudah dikantongi, Olivia bilang:
“And I just can't imagine how you could be so okay now that I'm gone
Guess you didn't mean what you wrote in that song about me
'Cause you said forever now I drive alone past your street..”
Meski tak memiliki kisah yang persis sama, setidaknya sangat manusiawi jika sekali dalam seumur hidup, kamu—seperti halnya Olivia—pernah patah hati karena dikhianati oleh orang yang paling disayang dan dipercaya. Olivia memilih menyatakan perasaannya dengan jujur, dia tak menyangkal betapa insekyurnya melihat pasangan baru mantan yang lebih gemerlap luar dalam. Dia juga tak menampik betapa seringnya membagi perasaan kehilangan dengan sahabatnya.
Baca juga: Patah Hati Akibat ‘Ghosting’ Sungguh Melelahkan
Curhatan patah hatinya juga tergambar jelas di lagu berikutnya Déjà vu. Rasanya seperti sedang mendengar sahabat kita curhat di telepon tentang perpisahannya dengan mantan pacar, karena semua yang diceritakan mengalir lancar. Namun, berbeda dengan Driver License, Olivia menyindir sang mantan yang telah menggandeng cewek baru dengan menyebutkan, betapa tak kreatifnya ia menjalani relasi percintaan. Sebab, semua yang dilakukan bersama dengan si kekasih baru tak lebih dari pengulangan adegan semasa mereka masih bersama: Menyantap ice cream strawberry, bergantian jaket lalu tertawa, menonton ulang serial Glee, dan mengeluarkan lelucon basi karena sudah pernah diucapkan sebelumnya.
Pada dasarnya, Olivia juga sedang menampar pacar baru sang mantan yang merasa spesial bisa merebut hati lelaki itu. Padahal yang sebenarnya terjadi, ia cuma karakter baru yang muncul di sinetron lama, cerita lama, dengan akhir yang bisa ditebak.
“We kinda do sound the same
Another actress
I hate to think that I was just your type..”
Di Happier, Olivia yang tampaknya belum move on, tetap legowo mendoakan kebahagiaan untuk mantan dengan syarat dan ketentuan berlaku. Syaratnya, kebahagiaan itu tak boleh melampaui rasa bahagia yang pernah dirasakan bareng Olivia. Meskipun ini jelas harapan yang tak ikhlas dunia akhirat, tapi Olivia sukses mengartikulasikan banyak perasaan orang yang mengetahui jika mantannya sukses move on duluan. “Ya udah gapapa, deh dia move on duluan, asal pacarnya lebih jelek, atau gapapa deh asal dia enggak bahagia-bahagia amat.”
“But she's beautiful, she looks kind, she probably gives you butterflies.”
Dalam lirik di atas, ia juga menahan diri untuk tak menghancurkan pasangan baru mantan, betapapun ia menaruh dendam. Ini juga cukup relate dengan siklus romansa muda-mudi yang suka membenci mantan si pacar atau pacar baru mantan, padahal kenal saja enggak. Pakar perilaku manusia Patrick Wanis mengklaim, perempuan gemar bersaing dengan sesamanya. Karena itu pula perempuan selalu memeriksa perempuan lainnya, apalagi jika ada faktor sejarah di baliknya. Beruntung, Olivia enggak pernah dapat “surat cinta” pakai akun alter di direct message pribadinya seperti saya, agar tak mengusik pacar barunya. Uwuwu.
Di lagu lain, Olivia mendeskripsikan beberapa gambaran relasi toksik. Misalnya dalam 1 Step Forward, 3 Steps Back, ia menguraikan kecemasan dan kebingungannya akibat mixed signals dari kekasih. Enough for You dan Favorite Crime menggambarkan rasa sakit yang dalam saat ditinggal pasangan padahal ia sudah berdarah-darah melakukan hal terbaik untuk mereka. Kalau enggak toksik apa namanya jika bersedia berjuang, padahal perjuangan serupa tak ditunjukkan oleh pasangan.
Ya, masalah romansa yang gagal adalah inti dari album Sour ini, kumpulan lagu perpisahan yang kacau, diisi dengan melankolia dan kenakalan sana-sini. Apa yang disampaikan oleh Olivia di berbagai lagunya pun sebenarnya adalah cara ia mewakili perasaan patah hati bersama. Seberapa sering kamu bilang sudah merelakan, sudah memaafkan, tak akan stalking pacar baru mantan, tampaknya perkara move on dan mengatasi patah hati kadang memang se-njlimet ini.
Meski kebanyakan lagu dalam Sour didedikasikan untuk merayakan patah hati, ia juga menyisipkan refleksi soal rasa iri atas kehidupan orang lain. Ini terlihat di lagu Brutal dan Jealousy, Jealousy. Di akhir saya harus sepakat dengan Whiteboard Journal yang mengklaim, Olivia menutup album dengan bittersweet di Hope ur Ok. Sebuah pengingat bahwa betapapun berat masalah, selalu ada yang peduli terhadap kita, disadari atau tidak.
Baca juga: 5 Pelajaran Penting dari Pengalaman Patah Hati
Kenapa Kita Mudah Relate dengan Lagu Olivia?
Selain lirik-liriknya yang sederhana, ada penjelasan ilmiah kenapa orang-orang dari berbagai latar usia mudah jatuh cinta dengan lagu-lagu Olivia. Dilansir dari Good Therapy, perpisahan adalah kehilangan, sehingga membangkitkan segala perasaan yang terasosiasi dengan kehilangan: Kebingungan, penyangkalan, kerinduan, kemarahan, depresi, keputusasaan terasa mudah. Melalui semua kekacauan ini, patah hati dapat meningkatkan kebutuhan kita akan kenyamanan, dukungan, dan pengertian. Akhirnya, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah melalui musik.
Baca juga: Baru Putus Cinta? Ini 5 Cara Buat Obati Patah Hati
Dalam satu penelitian, An experimental investigation of the effects of preferred and relaxing music listening on pain perception (2006) oleh Mitchell dan McDonald ditemukan fakta, responden penelitian yang mendengarkan musik pilihan mereka dapat menahan rasa sakit secara signifikan lebih lama daripada mereka yang mendengarkan musik yang dipilih oleh para peneliti atau tanpa musik sama sekali. Dalam sebuah studi 2008, Mitchell, McDonald, dan Knussen juga menemukan, mendengarkan musik mampu menurunkan tingkat kecemasan peserta studi ketika para peneliti menginduksi rasa sakit di otak.
Jadi jika kamu merasa senang mendengarkan musik patah hati dan relate dengan lagu-lagu sedih, itu manusiawi. Bisa jadi lukamu cepat sembuh karenanya.
Comments