Peringatan: artikel ini mengandung cerita tentang bunuh diri. Bila sedang dalam keadaan rentan, kami sarankan untuk tidak melanjutkan membaca.
Manusia tercipta lengkap dengan kompleksitas emosinya. Bukan cuma bahagia, manusia juga akrab dengan marah, sedih, dan kecewa. Masalahnya, mengolah dan mengelola semua bentuk-bentuk perasaan ini tidaklah gampang dan cenderung tidak diajarkan.
Proses meregulasi dan mengelola emosi itu tergambar jelas di karakter Okkotsu Yuta, protagonis utama Jujutsu Kaisen 0. Yuta adalah anak SMA kikuk yang sering jadi korban bully. Di balik sifat pendiamnya, Yuta ternyata menyimpan trauma dan rahasia.
Baca Juga: Ulasan ‘Belle’: Perempuan yang Terluka, Patah, Bangkit
Saat masih kecil, Yuta kehilangan teman masa kecilnya, Rika Orimoto, secara tragis. Sejak saat itu, Yuta ditempeli roh perwujudan Rika, yang di dunia Jujutsu Kaisen disebut roh Kutukan. Rika adalah Kutukan yang sangat kuat, ia melindungi Yuta dari orang lain dan dirinya sendiri. Namun, saking kuatnya, Rika sering kali tak peduli nyawa orang-orang di sekitar Yuta.
Sebab perasaan sayangnya pada Rika, Yuta tak tahu harus berbuat apa. Di saat yang sama, ia juga tak mau menyakiti orang lain. Yuta bahkan sempat mengasingkan diri dan berusaha bunuh diri berulang kali, tapi selalu gagal karena dicegah Rika.
Di sinilah Yuta akhirnya dipertemukan Satoru Gojo, Penyihir Jujutsu tingkat tinggi, yang ingin membebaskannya. Goju juga ingin menyelamatkan Yuta dari eksekusi mati karena eksistensinya yang membahayakan manusia lain.
Cerita tentang Yuta dan Kutukannya ini yang disampaikan Gege Akutami lewat Jujutsu Kaisen Vol. 0. Disutradarai Sunghoo Park, cerita penyihir versus roh jahat ini mungkin tampak sederhana. Namun, sebenarnya mengandung pesan penting lewat plot gelapnya yang depresif.
Baca Juga: Anime ‘Jujutsu Kaisen’ Tampilkan Karakter Perempuan Tangguh
Duka yang Memenjarakan Manusia
Duka bukanlah sebuah emosi tunggal, yang bisa meledak dan berakhir di saat yang sama. Sebaliknya, duka adalah emosi yang kompleks. Ia lahir dari akumulasi segala rasa marah, sepi, kecewa, sedih yang membaur jadi satu, dan sering kali sulit untuk diuraikan. Di titik tertentu, emosi yang tak terurai ini bisa menggerogoti jiwa dan raga kita. Membuat manusia terpenjara di tempat gelap, yang bisa jadi amat gelap sampai kesusahan melihat diri sendiri, kesulitan mengenali siapa dirinya.
Metafora itu terpampang jelas dalam Jujutsu Kaisen Vol. 0. Selaku peran utama, Yuta menjadi kendala bagi penonton dalam memahami emosi kompleks ini lebih jauh. Serunya, hubungan duka dan cinta dieksplorasi dengan penyampaian humanis.
Yuta digambarkan sebagai anak yang ceria, sebelum tragedi traumatis itu terjadi. Yuta dan Rika sangat dekat, mereka bahkan sempat berjanji akan menikah ketika sudah dewasa. Saat kematian Rika datang mendadak, tentu saja Yuta tak siap dan menolak fakta bahwa orang yang disayanginya telah tiada.
Ketidakmampuan Yuta menghadapi duka ternyata jadi bumerang. Rika, orang yang disayanginya, malah berubah jadi roh Kutukan. Cintanya pada Rika justru menjebak keduanya dalam hubungan beracun karena ketidakmampuan Yuta untuk berduka.
“Tidak ada kutukan yang lebih berbahaya dan kacau dibandingkan cinta,” kata Gojo pada Yuta.
Kesulitan memproses duka yang dialami Yuta bisa jadi juga dirasakan banyak orang. Manusia memang mengoleksi banyak tradisi pemakaman dan upacara pelepasan jenazah sebagai coping mechanism saat berduka. Tapi, hari ini tradisi-tradisi begitu cuma jadi seremoni kolektif. Banyak dari kita yang, seperti Yuta, kalut ketika sendirian berhadapan langsung dengan duka.
Baca Juga: Liar dan Imajinatif: 6 Anime Ghibli yang Wajib Ditonton
Proses Menerima Duka dan Merangkulnya
Selain bercerita tentang duka, Akutami sang mangaka juga lihai meramu cerita tentang penerimaan diri dan pencarian makna hidup. Setelah direkrut Goju masuk ke sekolah Jujutsu, Yuta belajar kembali tentang apa artinya hidup. Tanpa sadar, ia juga perlahan-lahan kembali mendapat alasan untuk merasakan hidup dan menjalaninya.
Akutami mempertontonkan bagaimana semangat Yuta kembali dibangun lewat kehadiran kawan-kawannya, terutama Gojo sebagai mentor. Melalui Maki Zenin, teman perempuannya, Yuta juga belajar tentang pentingnya mencari tujuan hidup. Sebagai perempuan yang lahir dan tumbuh di klan yang sangat patriarkal, Maki harus menerima nasib dibuang dari klannya sendiri. Ia dianggap tidak pantas menyandang nama klannya karena tidak memiliki energi Kutukan, hal paling krusial yang dibutuhkan untuk jadi penyihir.
Melihat Yuta yang pasrah dan tak bergairah jadi penyihir meski memiliki energi Kutukan, dalam sebuah adegan, Maki mengingatkan Yuta tentang apa sebenarnya tujuan hidupnya. Apa yang ia ingin lakukan dan harapkan.
Dari kata-kata yang Maki lontarkan ini, Yuta menyadari bahwa selama ini ia hanya hidup dengan pasif. Ia enggan berubah dan tumbuh, namun di satu sisi ia terus menyalahkan keadaannya sendiri.
Baca Juga: 8 Fakta Menarik dari Nobara Kugisaki ‘Jujutsu Kaisen’
“Aku ingin bersama orang lain. Aku ingin bisa diandalkan orang lain. Aku ingin percaya bahwa tidak apa-apa bagi diriku untuk tetap hidup,” begitulah jawaban final Yuta. Jawaban yang kemudian menjadi tujuan hidupnya kelak setelah Maki berusaha mendorongnya keluar dari tembok pembatas yang ia ciptakan untuk dirinya sendiri.
Dalam prosesnya, Yuta pun tidak hanya hidup dengan tujuan barunya, namun ia berhasil tumbuh dekat dengan orang lain. Lewat kedekatan barunya dengan orang lain, Yuta sadar bahwa ia masih punya hidup dan punya pilihan untuk berdamai dengan dukanya.
Di ujung film, akan diperlihatkan metafora Yuta yang berdamai dengan dukanya lewat kehadiran Rika yang berhasil lepas dari bentuk Kutukannya.
Pada akhirnya, Jujutsu Kaisen vol. 0 bukan saja sebuah film tentang penyihir versus roh jahat. Buat saya, ia adalah film tentang berdamai dengan duka, lalu merangkulnya.
Comments