Peringatan, sebaiknya dibaca setelah berbuka puasa.
Sebelum menyambut bulan suci Ramadan, pertanyaan “boleh enggak ya fangirling selama puasa?” jadi kekhawatiran massal. Tak hanya bagi fangirl, tapi fanboy, bahkan penggemar non-biner. Pasalnya muncul ketakutan tanpa sengaja membuat puasa makruh saat sedang menonton drakor, anime, bahkan stalking aktivitas idola di media sosial.
Karenanya tidak heran, saat orang lain beramai-ramai memamerkan ‘closingan’ atau aktivitas ‘haram’ sebelum menyambut bulan suci di media sosial, para fangirl, fanboy, dan penggemar non-biner justru sibuk bercuit, “Ini hari terakhir bisa ngefans sebelum puasa besok!”
Imbauan mengurangi waktu di media sosial atau melakukan hal-hal nirfaedah dan memperbanyak ibadah, karena gerbang pahala terbuka lebar mulai berkumandang. Namun, jauh di lubuk hati para penggemar–seperti saya–ada keresahan apakah benar-benar bisa melepaskan aktivitas fangirling. Apalagi menonton drama Korea atau binge watching wawancara idola di internet jadi jawaban untuk melepas penat.
Selain itu, aktivitas fangirling sudah tertanam dalam diri selama bertahun-tahun. Rasanya ada kejanggalan jika jika tidak update soal fandom atau kabar idola bahkan hanya sehari. Entah ini bisikan setan dan jin atau bukan, mungkin bisa pingsan jika tidak bisa fangirling selama 30 hari.
Keresahan itu juga tergambarkan saat penggemar BTS, ARMY, tidak bisa menonton konser online Bang Bang Con 2021, April tahun lalu sebab diselenggarakan saat bulan puasa. Komentar “Not during Ramadan,” pun membanjiri kolom komentar akun Instagram boyband asal Korea Selatan itu.
Menanggapi rasa gelisah itu, seorang sahabat mengatakan kepada saya, “Kalau sedang puasa lalu menonton drakor, dengar musik, atau aktivitas fangirling lainnya tergantung dari niat kita, sih.”
Baca juga: Dari A Sampai Z, Cerita Fans Generasi Dua K-Pop
Jawaban itu membuat saya merasa tenang karena saya memosisikan fangirling sekadar hiburan untuk beristirahat. Namun, mengutip filsuf Islam Al-Ghazali ada tiga jenis kelompok yang menjalankan puasa. Pertama, orang umum yang menahan diri dari rasa lapar, haus, dan hasrat seksual.
Kedua, kelompok khusus yang saat berpuasa tidak hanya menahan keinginan makan dan minum. Namun, membatasi apa yang didengar, dilihat, diucapkan, sampai dilakukan agar tidak berbuat dosa. Ketiga, orang-orang di atas kelompok khusus yang melepaskan diri dari segala hal duniawi dan fokus pada mendekatkan diri pada Tuhan.
Ketika mengingat waktu Ramadan yang digunakan untuk berefleksi, kita bisa bertanya pada diri sendiri saat berpuasa di kelompok mana kita berada. Jawaban dari pertanyaan apakah boleh menikmati konten-konten Korea atau menonton anime saat berpuasa mungkin sudah dijawab diri sendiri.
Akan tetapi, saat berpuasa kita tak bisa menyalahkan orang di bagian dunia lain yang menyediakan konten buat ngefans. Pasalnya, ada pegawai agensi K-pop yang harus digaji, idola butuh makan, dan manga atau manhwa untuk digambar. Satu-satunya hal yang bisa dikendalikan adalah diri sendiri dan cara kita memberi respons terhadap hal-hal di sekitar kita, layaknya makna dari berpuasa itu sendiri. Tentunya selain mendekatkan diri kepada Tuhan.
Walaupun rasanya sulit dan mustahil mendadak berhenti kekoreaan, menonton anime, atau sekadar cek media sosial, ada beberapa cara agar bisa aktif di fandom, tapi puasa ikut berjalan. Berikut panduan yang enggak serius-serius amat untuk para fangirl, fanboy, dan fans non-biner saat berpuasa.
Baca juga: 6 Hal yang Saya Sukai dari Ramadan di Tengah Pandemi
-
Mengurangi Tingkat Halusinasi
Gemar halu atau berhalusinasi memang menjadi kata yang diidentikkan dengan fans. Rasanya keseharian tidak lengkap kalau belum berkhayal atau membuat skenario dalam kepala sendiri. Entah kita sedang berinteraksi dengan tokoh dua dimensi atau idola kesayangan, menjadi teman mereka, atau syuting musik video dengan lagu mereka sebagai latar belakangnya.
Halu memang sering digunakan sebagai senjata untuk mengejek penggemar–biasanya fans K-pop. Namun, ada motto “No halu shaming,” dan memang harus diakui berhalusinasi adalah hal paling menyenangkan ketika ngefans. Namun, tidak semua halu bersifat harmless dan memang ada beberapa orang yang berfantasi seksual.
Isu tentang objektifikasi selalu menjadi perdebatan panas. Selain itu, jika mengingat salah satu larangan besar saat berpuasa tentang hasrat seksual, rasanya sudah sangat jelas apa yang tidak dan boleh dilakukan.
-
Jauhi Fanfiksi, ‘Fanart’, dan Segala Hal tentang ‘Smut’
Tidak bisa dimungkiri media sosial memang dibanjiri konten pornografi. Banyak fanfiksi sampai fanart yang dibuat penggemar dikategorikan dalam genre smut atau konten seksual. Bagi beberapa creator smut, mereka melabeli karyanya dengan NSFR atau Not Safe For Ramadan sebagai peringatan bagi followers mereka di media sosial.
Sama seperti sebelumnya, hasrat seksual adalah big no-no selama Ramadan. Kalau ‘tanpa sengaja’ berinteraksi dengan karya smut tersebut mungkin bisa bertanya pada diri sendiri, apakah ini pengaruh dari setan yang sedang dikerangkeng atau kita sendiri?
Baca juga: Dear Penggemar K-pop, Saatnya Benahi Seksisme dan Misogini dalam ‘Fandom’
-
Perang ‘Fandom’ dan Komentar Nyinyir di Media Sosial
Salah satu hal yang sangat didorong saat berpuasa adalah menahan hasrat dan mengendalikan diri. Di ranah fandom hal ini termasuk kemampuan untuk tidak komentar nyinyir atau menyulut api peperangan atau fanwar di media sosial. Tidak bisa dimungkiri selalu ada cuitan atau unggahan yang membuat jari kita gatal untuk mengungkapkan pendapat.
Namun, menjalankan ibadah puasa juga melatih rasa sabar. Lagipula melemparkan komentar jahat, nyinyir, atau merundung seseorang di media sosial juga hal negatif di ranah fandom. Daripada misuh-misuh sendiri kualitas photocard yang dibeli secara online tidak seperti yang diinginkan, Ramadan mengingatkan untuk take everything in moderation atau melakukan dan menyukai sesuatu tidak berlebihan.
Comments