Women Lead Pendidikan Seks
August 16, 2022

Review ‘The Family’: Organisasi Keagamaan di Balik Pemerintahan Amerika Serikat

Docuseries ‘The Family’ membongkar The Fellowship, organisasi Kristen konservatif yang memengaruhi politik Amerika Serikat untuk waktu lama.

by Theresia Amadea, Reporter
Culture // Screen Raves
Review documentary the family
Share:

“The Fellowship isn’t about faith and it spreads very little. It’s about power.”

Perkataan Jeff Sharlet di atas memang paling pas untuk mendeskripsikan serial Netflix The Family yang terinspirasi dari bukunya. 

The Family: The Secret Fundamentalism at the Heart of American Power dan C Street: The Fundamentalist Threat to American Democracy menjadi pondasi utama serial tersebut. Buku yang menguak pengaruh sebuah organisasi keagamaan, Kristen konservatif, di balik layar politik dalam dan luar negeri Negara Paman Sam.

Jeff Sharlet sendiri adalah seorang jurnalis dan penulis buku dari Amerika Serikat, sekaligus produser pelaksana docuseries ini. 

The Family diawali dengan pengalaman Sharlet masuk dalam asrama putra Ivanwald di Washington DC pada awal 2000-an. Asrama ini dibangun oleh The Fellowship Foundation, yang tak lain juga yang menyelenggarakan The National Prayer Breakfast bersama anggota Kongres Amerika Serikat.

The National Prayer Breakfast sendiri diadakan satu tahun sekali tiap Februari, dan dihadiri setidaknya sekali oleh setiap presiden yang sedang menjabat, sejak Dwight D. Eisenhower pada 1953. Acara tahunan ini mempertemukan ribuan pemimpin dan orang berpengaruh dari seluruh dunia di Washington DC. Kemasannya seperti acara ramah tamah biasa. 

Namun, dalam serial ini ditunjukan bahwa acara tersebut ternyata adalah alat Fellowship memboncengi kepentingan politik mereka untuk menyetir pemerintah. Kunci utamanya lewat agama.

Gerakan Fellowship sendiri amat rahasia, mereka tak ingin perhatian publik agar tetap bisa menyusup dalam pemerintahan dan bertemu dengan orang-orang berpengaruh lainnya dari luar AS.

The Fellowship Foundation, dikenal sebagai sebuah organisasi berbasis agama Kristen. Dalam film dijelaskan mereka berkegiatan dengan landasan ajaran Yesus, sehingga segala keputusan mereka berpanut pada ajaran agama. Mereka juga merekut anak muda untuk melanjutkan eksisten Fellowship.

Dalam film diceritakan Sharlet dikenalkan perkumpulan pemuda yang tiap harinya berkegiatan dan berdiskusi bersama. Asrama putra yang disebut dalam film adalah Ivanwald. Pemuda yang bisa masuk Ivanwald adalah orang-orang pilihan Tuhan yang diajak untuk meneruskan semangat Yesus khususnya di dunia politik.

Namun, dalam lima episode serial, keanehan dari organisasi berbasis agama itu muncul. Ternyata banyak petinggi di Fellowship memiliki hubungan erat dengan anggota Kongres Amerika Serikat. Hubungan yang terbentuk ternyata untuk kepentingan pribadi seperti uang dan kekuasaan.

Pada serial ditunjukan Sharlet muda skeptis dengan gelagat yang dia lihat selama tinggal di Ivanwald. Terlebih di Ivanwald juga sering dijadikan tempat pertemuan anggota Fellowship. Berdasarkan temuan yang didapatkan dari pertemuan tersebut dan dokumen yang ia dapat dari rekan dari Ivanwald, Sharlet melihat “cabang-cabang” pengaruh Fellowship di dunia politik Amerika Serikat.

Dari adanya penutupan perselingkuhan anggota Kongres, white supremacy, patriotisme toksik dalam organisasi, homofobia, bahkan hubungan dengan orang-orang berbahaya di dunia. The Fellowship menjadi sebuah serial yang menampilkan konspirasi politik negara Paman Sam.

Baca juga: Review ‘Full Time’: Sulitnya jadi Ibu Tunggal dan Dicekik Kapitalisme

Kentalnya Patriarki dan Supremasi Kulit Putih

Serial The Family membuat citra inklusif kepada seluruh lapisan masyarakat baik di Amerika Serikat, bahkan internasional. Salah satu episode menunjukan satu perkumpulan diskusi kecil para laki-laki yang tergabung dengan Fellowship. Diskusi tersebut diperbolehkan tim produksi serial The Family, dengan syarat mereka harus ikut diskusi tersebut. Bahkan salah satu anggota diskusi mengkritik tidak adanya anggota tim produksi yang berkulit hitam.

Namun, kenyataanya keinklusifan ini hanya pada bungkusnya, hanya pada lapisan paling bawah saja. Kenyataannya kebanyakan petinggi dari The Fellowship adalah pria berkulit putih. Pemimpin lama mereka, Douglas Coe, bahkan memuja cara kerja mafia dan Nazi Jerman.

Menurutnya, dua organisasi tersebut berhasil menggunakan kerahasiaan untuk memperluas pengaruh organisasi mereka. Doug Coe ingin Fellowship memiliki pengaruh seperti dua organisasi yang dikenal publik kejam.

Doug ingin menyebarkan pengaruh organisasi rahasia yang ia pimpin berdasarkan “belas kasih Yesus”. The Fellowship pada kenyataannya menginterpretasikan Alkitab dengan cara yang berbeda, mereka mempunyai Alkitab yang sudah disesuaikan dengan kepentingan mereka. Prinsip utama The Fellowship adalah mengampuni orang jahat, karena mereka telah “dipilih” Tuhan untuk berkuasa. Prinsip problematik ini digunakan untuk menutup mata keadilan. Karena “orang pilihan” yang dimaksdu adalah mereka pria kulit putih atau bermanfaat untuk organisasi.

C Street merupakan salah satu tempat tinggal seperti Ivanwald, tetapi yang tinggal di sana adalah anggota partai berpengaruh. Berbagai anggota partai tinggal bersama, walaupun memiliki paham yang berbeda, tetapi mereka memiliki beberapa kesamaan. Mereka semua laki-laki berkulit putih. Penghuni di C Street yang sudah “dipilih” tinggal membayar uang sewa dan tinggal bersama dan bagi mereka hanya Tuhan dapat menghakimi mereka.

Namun, mereka yang dianggap “pilihan” dan dapat perlindungan dari The Fellowship, keburukan yang mereka tutupi akhirnya tetap ketahuan. Sebagai contoh, Senator John Ensign dari Nevada yang tinggal di C Street di Washington, D.C.

Pada 2009, Ensign harus mengakui skandal perselingkuhan dirinya dengan istri staf sekaligus temannya, Doug Hampton. Ensign dianggap memiliki masa depan di dunia politik dibantu orang tuanya memberi uang sebesar $96.000 kepada Hampton yang sudah tahu tentang skandal tersebut. Ensign juga membantu Hampton mendapatkan pekerjaan di sebuah kelompok konsultan di Nevada.

Namun, karena Hampton kukuh mencari keadilan Ensign mengakui perselingkuhannya. Setelah dijauhi oleh rekannya di partai ia pindah dari C Street dan menghentikan karir politiknya dan menjadi dokter hewan di Las Vegas.

The Family menampilkan bahwa The Fellowship memiliki struktur sistem yang sangat patriarkis. The Fellowship adalah organisasi dengan gagasan kepemimpinan laki-laki. Sharlet berpendapatan bahwa organisasi yang dinaungi The Fellowship, adalah organisasi yang paling tersegregasi berdasarkan gender yang pernah ia ikuti.

Jika asrama putranya Ivanwald, asrama putri nya namanya Potomac Point. Cara perekutannya sama seperti asrama putranya, “mereka yang terpilih”. Namun, jika penghuni Ivanwald dibimbing jadi pemimpin, penghuni Potomac Point dibimbing untuk “melayani” para pemimpin. 

 “As Christ is to the church, so a man is to his family, and that there are levels of hierarchy that must be observed throughout,” kata Sharlet menjelaskan landasan The Fellowship yang pusat pada kepemimpinan pria.

Jika perempuan saja sudah dikesampingkan derajatnya, The Fellowship melihat komunitas LGBTQ+ harus “dibenahi”. Hal ini didasari karena komunitas LGBTQ+ tidak sesuai pandangan “keluarga” The Fellowship. The Fellowship menganggap sebuah keluarga terdiri dari seorang pria berkuasa dan perempuan yang melayaninya yang menikah dan beranak cucu. Namun, gerakan The Fellowship padangan “keluarga tradisional” ini sudah sulit diwujudkan pada masyarakat Amerika Serikat.

Perwakilan dari The Fellowship mengatakan di dokumenter bahwa organisasi tidak mendiskriminasi komunitas LGBTQ+. Namun, kenyataanya mereka mengincar negara lain untuk “dibenahi”. Di balik layar The Fellowship mendukung kebijakan opresif kepada komunitas LGBTQ+ di Rumania dan Uganda. Perwakilan The Fellowship datang langsung ke dua negara tersebut dan berdiskusi perihal kebijakan yang pengekangan komunitas LGBTQ+. Pemerintah kedua negara ingin mengkriminalisasi komunitas LGBTQ+. Bahkan di Uganda ada yang sampai dikeroyok sampai mati karena diduga gay.

Sepak terjang The Fellowship tidak hanya mencampuri urusan kenegaraan negara lain saja. Namun, juga membuat relasi dengan orang-orang yang dianggap berbahaya di dunia, contoh seperti Muammar Gaddafi.

Serial tersebut menceritakan anggota Kongres yang datang berkunjung ke Libya untuk bertemu dengan Gaddafi. Meski mendapatkan penolakan, anggota Kongres itu bersilat lidah dengan meminta maaf atas kematian putri Gaddafi yang disebabkan pengeboman pemerintahan Amerika Serikat. Akhirnya perwakilan The Fellowship berhasil bertemu Gaddafi.

Jurus silat lidah perwakilan The Fellowship lainnya adalah menggunakan kalimat “Tuhan mencintaimu”. Hal ini berhubungan dengan prinsip utama mereka bahwa Tuhan akan mengampuni orang jahat yang “terpilih” untuk berkuasa.

Tindakan mendekati orang yang dianggap berbahaya dunia, ditambah adanya penerimaan memunculkan kecurigaan pada The Fellowship. Sharlet dan tim dokumenter menduga bahwa ini semata untuk mencari perputaran uang. Seperti kata Sharlet uang berjalan, senjata berjalan, minyak bumi berjalan. 

Kerahasian dan kecurigaan The Fellowship ini menunjukan bahwa agam saja bisa diboncengi untuk kepentingan pribadi. The Fellowship di awal serial terlihat seperti cult yang mengincar anak muda yang memiliki masa depan cerah, hingga menjadi sebuah organisasi yang memiliki “cabang” pengaruh politik hingga seluruh pelosok dunia.

Baca juga: ‘Writing with Fire’: Ketika Perempuan Jurnalis jadi Penggerak Perubahan

Serial The Family Penuh Interpretasi Terbuka Bagi Penonton

Kalian bisa nonton serial The Family ini langsung di Netflix. Durasi satu episode kurang dari satu jam, tetapi karena topiknya cukup berat rasanya agak sulit untuk menyelesaikan serial ini dalam waktu satu hari. Penulis bahkan butuh waktu untuk melanjutkan menonton khususnya pada episode tiga.

Serial ini penuh dengan wawasan mengenai politik dunia, dan memunculkan mendapatkan interpretasi yang berbeda-beda bagi penonton. Pertama mengenai kekuatan dan pengaruh Negara Paman Sam sebagai negara adidaya, betapa kuatnya pengaruh The Fellowship pada pemerintah, hingga menyadari bahwa banyak kegiatan berbasis agama yang nyatanya diboncengi kepentingan pribadi.

Namun, pesan utama dalam serial ini adalah agama menjadi sarana keegoisan orang yang haus akan kekuasaan dan uang. The Fellowship menjadikan agama bahkan sampai dipelintir untuk kepentingan pribadi. Ini bukan fenomena baru dan terjadi di Indonesia, contohnya politik identitas yang dilakukan politis Indonesia untuk mendapat dukungan.

Daya tarik serial ini adalah meski hanya lima episode serial ini dapat menyampaikan secara utuh dan kompleks kegiatan The Fellowships. Terlebih “cabang-cabang” pengaruh mereka yang masih yang tak hanya melingkungi lima puluh negara bagian Amerika Serikat, tetapi juga dunia.

Namun, kekurangan dalam serial ini adalah representasi dari komunitas minoritas. Memang ada narasumber perempuan yang tinggal di dekat Ivanwald dan perwakilan komunitas LGBTQ+ di Rumania. Namun, persentase penayangan mereka lebih sedikit dari pria berkulit putih lainnya. Sehingga sepertinya kurang menunjukan suara orang-orang yang menjadi target opresif The Fellowships.

Kesimpulannya, jika kalian ingin melihat serial konspirasi tentang dunia politik Amerika Serikat, serial ini bisa menjadi opsi tontonan kalian. Serial ini memberikan banyak wawasan mengenai cara kerja politik yang tidak hanya di Negara Paman Sam, tetapi juga dunia. Serta bisa lebih memahani bahayanya jika agama diboncengi kepentingan pribadi.

Theresia Amadea, reporter yang bermimpi hidup dengan tulisannya dan hidup sederhana dengan circle pilihannya. Menyukai budaya Korea dan Jepang dan bermimpi kuliah lanjut ke Eropa.