Berangkat dari kekhawatirannya tentang gaya hidup tidak sehat akibat promosi-promosi soal diet ekstrem untuk menjadi kurus, Amelia Edriani kemudian mendirikan sebuah usaha layanan yang memberikan konsultasi gizi untuk diet dan pola hidup sehat bernama Dietela.id. Lewat usaha ini, Amelia sekaligus ingin mendekonstruksi anggapan soal standar kecantikan, terutama pada perempuan, bahwa perempuan cantik harus memiliki tubuh kurus.
Berdiri pada 2018, Dietela.id menghadapi sederet tantangan, antara lain karena kritik sebagian orang yang mengatakan bahwa jargon yang lebih menjual untuk usaha sejenis miliknya adalah sejenis program penurunan berat badan, kurus dalam waktu cepat, dan sebagainya. Namun, belajar dari ilmu gizi yang didapatnya dari Universitas Indonesia, Amelia paham betul bahwa penurunan berat badan dengan cara yang tidak tepat malah akan membawa penyakit dan segelintir dampak negatif lain pada tubuh manusia.
Di tengah perjalanan mendirikan bisnis dengan segala tantangannya, Amelia merasa beruntung memiliki komunitas perempuan pengusaha yang saling mendukung usaha satu sama lain.
“Saya bertemu beberapa perempuan pengusaha yang sama-sama menempati posisi pemimpin ketika aku mengikuti sebuah pelatihan entrepreneurship. Ada yang sudah lebih lama mendirikan usaha, ada yang lulusan bisnis. Support system terbesar saya, ya mereka. Kita banyak ngobrol dan sharing sampai sekarang,” kata Amelia kepada Magdalene (21/6).
“Solidaritas sesama perempuan pengusaha ini sangat penting karena kita pasti membutuhkan tempat buat saling belajar, juga kadang nyari ide usaha ketika kita lagi bingung mau ngejalanin usaha kitanya gimana. Apalagi buat perempuan-perempuan yang enggak punya basic di bidang bisnis sebelumnya seperti aku. Aku banyak belajar dari mereka,” ia menambahkan.
Pendapat yang sama diutarakan Sekar Retno Naruki, founder dari Kayboard.id, sebuah bisnis busy board atau mainan yang menstimulasi perkembangan otak anak. Komunitas dan solidaritas perempuan pengusaha, serta komunitas seller marketplace, menjadi salah satu sumber inspirasi dan informasinya untuk mengembangkan bisnisnya lebih baik.
“Waktu itu, aku sedang butuh informasi tentang syarat pengajuan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan syarat produk bahan kayu supaya bisa diekspor. Aku dapatnya dari komunitas. Karena ketika aku mencari di website pemerintah, kurang lengkap atau sulit dipahami,” kata Sekar kepada Magdalene pada Senin (21/6).
“Mungkin akan sangat membantu jika ada komunitas perempuan pengusaha berdasarkan kategori, dan di dalamnya ada pihak dari pemerintah juga yang terlibat. Bagus juga kalau ada program-program mentorship buat para perempuan pengusaha yang biayanya terjangkau.”
Baca juga: Perempuan Wirausaha Butuh Dukungan, Kerja Sama di Tengah Pandemi
Perempuan Pengusaha Perlu Peningkatan Kapasitas
Amelia dan Sekar adalah dua dari banyaknya perempuan pengusaha Indonesia yang berhasil merintis bisnisnya dari nol dan tetap berkembang sampai saat ini. Menurut data Bank Dunia tahun 2018, lebih dari setengah usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) di Indonesia dimiliki dan diinisiasi oleh perempuan pengusaha.
Meski begitu, survei WeEmpower di Asia dan Eropa pada tahun 2020 menunjukkan, perempuan pelaku UMKM mengalami peningkatan beban kerja sebanyak 75 persen pada masa pandemi, yang mengakibatkan usaha mereka mengalami penurunan sampai dengan 90 persen. Hal itu juga diperburuk dengan banyaknya perempuan pelaku usaha yang kesulitan mengakses informasi dan pendanaan untuk bisnis mereka, yang mengakibatkan 34 persen UMKM perempuan harus tutup.
Data International Finance Corporation (IFC) tahun 2016 menunjukkan, hanya 22,81 persen perempuan pengusaha UMKM di Indonesia yang mendapatkan bantuan finansial formal. Banyak dari mereka yang kesulitan mendapatkan akses modal dan bantuan finansial lainnya, sehingga hanya bisa mencari bantuan dan pinjaman dari keluarga, teman, atau bahkan pinjaman dari lembaga lainnya. Data ini juga menunjukkan, perempuan kurang diperhatikan ketika mengajukan pinjaman di bank.
Bagi Amelia dan Sekar, modal mungkin bukan tantangan utama, namun mereka sangat membutuhkan akses informasi dan peningkatan kapasitas, terutama dalam soal bisnis.
Amelia dari Dietela.id mengatakan, ia membutuhkan pelatihan mendasar seperti manajemen keuangan, pemasaran, maupun pendampingan. Selain itu, penting pula menghadirkan dan memberikan sosok mentor usaha yang suportif, ujarnya.
“Orang-orang bilang kalau bisnis saya ini tidak bisa di-scale up. Makanya, yang dibutuhkan adalah mentor atau orang-orang yang percaya pada value bisnis kita dan percaya pada perempuan pengusaha juga,” kata Amelia.
“Yang penting juga si mentor ini harus satu visi, dan mau mendengarkan visi usaha kami. Jangan yang berusaha mengubah visi kami atau malah mengecilkan perempuan,” ia menambahkan.
Senada dengan Amelia, Sekar dari Kayboard.id mengatakan bahwa akan lebih baik jika ada komunitas perempuan pengusaha yang melibatkan pemerintah.
“Juga ada program pelatihan dan mentorship dengan materi yang dibutuhkan tapi biayanya terjangkau,” kata Sekar dari Kayboard.id.
Salah satu program yang dapat diikuti oleh perempuan pengusaha di Indonesia adalah SheDisrupts Indonesia 2021. Inisiatif ini bertujuan untuk membantu perempuan pengusaha di Indonesia mengembangkan bisnisnya dengan memberikan menanamkan kemampuan esensial seputar bisnis, serta memberi kesempatan untuk mempromosikan bisnis mereka di level internasional.
Program ini membuka pendaftaran bagi early-stage start-ups (Pre-Seed to Pre-Series A) yang memiliki ide produk dan sudah dikembangkan, dengan setidaknya satu orang perempuan founder atau di jajaran pemimpin lainnya. Program ini menargetkan perempuan pengusaha yang mengembangkan solusi terkait kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan. SheDisrupts Indonesia 2021 juga terbuka untuk usaha dari berbagai bidang dan industri, termasuk healthtech, edtech, fintech, dan lain-lain.
Baca juga: Martha Tilaar dan Pelajaran Penting Soal Perempuan Pengusaha
Dua puluh peserta terbaik akan diundang untuk mengikuti program akselerasi selama dua minggu yang berisi pelatihan seputar pengembangan bisnis, teknologi, pemasaran, finansial, dan pemberdayaan ekonomi perempuan. Pendaftaran dapat dilakukan lewat she-disrupts.org sampai dengan 11 Juli 2021.
Pentingnya Dukungan dan Kerja Sama dalam Keluarga
Laporan International Finance Corporation yang berjudul 'Women-owned SMEs in Indonesia: A Golden Opportunity for Local Financial Institutions: Market Research Study' (2016) menunjukkan, perempuan pengusaha di Indonesia menghadapi tantangan spesifik terkait gender, terutama tuntutan sosial untuk bertanggung jawab penuh pada urusan keluarga dan rumah tangga. Karena beban ganda ini, akses terhadap informasi karena minimnya waktu dan kesempatan yang bisa mereka gunakan untuk berelasi.
Amelia mengatakan keluarga berperan besar menjadi support system utama bagi perempuan pengusaha, baik untuk mendukung usaha mereka, maupun untuk memutus rantai kepercayaan ini.
Dia merasa beruntung karena memiliki keluarga yang selalu mendukungnya dalam mengembangkan usaha. Kapan pun Amelia sedang bekerja, rapat, atau bahkan belajar bisnis lewat kursus-kursus online, keluarganya tidak pernah melihat itu sebagai bentuk pengabaian tanggung jawab pekerjaan domestik.
“Peran dukungan keluarga untuk perempuan pengusaha itu penting banget karena tantangannya berbeda dari laki-laki. Meski, ya harus kita harus akui ini adalah privilege yang tidak dimiliki semua perempuan pengusaha,” ujarnya.
Baca juga: Risa E. Rustam: Pemimpin Perempuan Perlu untuk Atasi Kesenjangan Gender di Tempat Kerja
Sekar mengatakan, jika kendalanya adalah sulit membagi waktu antara kerja dan mengurus anak, harus dipahami bahwa mengurus anak adalah tanggung jawab kedua orang tua.
“Ayah dan ibu, bukan cuma ibu. Ibu dan perempuan juga manusia biasa. Tidak bisa mengerjakan dan mengontrol semua hal,” ujarnya.
“Jadi, bentuk dukungan bagi perempuan pengusaha itu ketika di dalam keluarganya menerapkan kerja sama dan berbagi tugas dalam urusan rumah dan anak. Hal ini jadi memberi para perempuan pengusaha ruang dan waktu untuk berkembang dan bahkan me time untuk istirahat. Itu penting untuk menjaga semangat dan energi menjadi ibu maupun pengusaha.”
Berkat kerja sama yang selalu ditekankan di dalam keluarganya, Sekar merasa pekerjaannya mengembangkan usaha menjadi lebih mudah. Ia berhasil mengembangkan Kayboard, dari yang semula sepenuhnya dia kerjakan sendiri bersama suaminya, sampai sekarang sudah bisa mempekerjakan tiga orang tukang dan memiliki tempat kerja sendiri.
Comments