Setelah bertarung di meja hijau sejak April lalu, juri di pengadilan Virginia memutuskan aktor Johnny Depp menang atas persidangan pencemaran nama baik. Keputusan itu diambil pada (1/6), setelah mereka musyawarah selama 13 jam. Sementara Amber Heard, dinyatakan merekayasa klaim bahwa dirinya dilecehkan Depp, sebelum dan selama menjalin hubungan sebagai pasangan suami istri.
Karena itu, pria berkebangsaan Amerika Serikat tersebut harus menerima ganti rugi sebesar US$10 juta—senilai Rp144 miliar, dan punitive damages—ganti rugi yang sifatnya hukuman dalam keadaan tertentu, sebesar US$5 juta atau Rp72 miliar.
“Apa pun hasilnya, tujuan saya sejak awal memperjuangkan kasus ini adalah membuktikan kebenaran. Itulah yang menjadi utang saya pada anak-anak, dan kepada semua orang telah mendukung saya,” ujar Depp dalam pernyataan langsung kepada USA Today. “Sekarang saya merasa damai, setelah berhasil mencapainya.”
Kemenangan Depp tersebut dirayakan para penggemarnya. Sejumlah narasi di media sosial mengatakan, bagaimana kasus ini membuka ruang bagi laki-laki agar lebih berani melaporkan kasus kekerasan domestik.
Namun, selebrasi yang dilakukan berpotensi menghapus narasi besar lainnya dari kasus ini. Berikut beberapa kekeliruan yang Magdalene catat, dalam kasus Johnny Depp dan Amber Heard.
Baca Juga: Tiga Hal Dipelajari dari Kasus Johnny Depp dan Amber Heard
1. Kasus Pencemaran Nama Baik, Bukan Kekerasan Domestik
Sejak melayangkan gugatan ke pengadilan, Depp menggunakan pasal pencemaran nama baik. Langkahnya dipicu oleh artikel opini yang ditulis Heard pada 2018 silam di The Washington Post. Pada tulisannya, secara implisit Heard menyebut dirinya sebagai korban kekerasan seksual, meski tak menyebut eksplisit nama Depp.
Dalam artikel tersebut, Heard menyebutkan mantan suaminya merupakan representasi figur publik yang juga pelaku kekerasan domestik. Karena tulisan ini, Depp merasa dirugikan kariernya, sehingga ia menggugat Heard sebesar Rp50 juta—setara Rp721 miliar. Melansir VICE, banyak perusahaan mengakhiri kontrak dengan Depp setelah Heard menyatakan opininya.
Heard sendiri berusaha memvalidasi pernyataannya, setelah pendukung Depp menilai dirinya bohong. Ia pun mengaku memiliki bukti kekerasan itu benar-benar terjadi dalam rumah tangga mereka.
Pun nuansa kekerasan itu turut disampaikan lewat pengalamannya sebagai korban kekerasan seksual semasa kuliah, serta bagaimana sejumlah institusi cenderung melindungi laki-laki sebagai pelaku kekerasan. Meskipun kenyataannya, yang terjadi antara keduanya benar kekerasan domestik.
Baca Juga: Nyaring dan Sunyi KDRT: Suramnya Budaya Kepemilikan dalam Keluarga
2. Depp dan Heard Saling Menyakiti Satu Sama Lain
Meskipun juri memutuskan Depp sebagai pemenang dalam kasus ini, bukan berarti relasi toksik dalam hubungan keduanya hanya disebabkan oleh Heard. Mengacu pada pernyataan Whitney Henriquez, saudara kandung Heard, Depp juga pernah menyakiti bintang Aquaman (2018) tersebut, dengam menjambak dan memukul wajah Heard pada 2015.
Henriquez sendiri menegaskan kesaksiannya di pengadilan pada Mei lalu. Katanya, ia berdiri di antara Depp dan Heard, ketika mantan pasangan itu tengah berkelahi. Kemudian, sang aktor memukul Henriquez, dan Heard berusaha melindungi sang adik dengan meninju wajah Depp. Tak berhenti di situ, berulang kali Depp memukul mantan istrinya, sampai seorang bodyguard memisahkan mereka.
Pada 2020, pemeran karakter Edward Scissorhands tersebut juga dinyatakan bersalah oleh pengadilan London. Di ruang sidang, terdapat sejumlah barang bukti yang menunjukkan Depp beberapa kali melakukan kekerasan terhadap Heard. Hal itu merujuk pada insiden yang terjadi di Australia pada 2015.
Saat itu, keduanya berkelahi hingga Depp kehilangan ujung jarinya. Menurut Ben King, seseorang yang mengelola rumah Depp di London, ia mendengar Heard menangis histeris ketika dirinya tiba di rumah.
“Saya menerima barang bukti bersifat serangan yang dilakukan Depp pada Heard,” kata Andrew Nicol, hakim asal Inggris yang mendengar kasus tersebut, dilansir dari The New York Times.
“Kondisi itu pasti menakutkan. Saya dapat menerima kalau Depp membuat Heard merasa takut akan hidupnya,” tambahnya.
Hakim Nicol mengambil keputusan tersebut, berdasarkan sejumlah pesan dan email, yang dikirim oleh Depp ke mantan agennya, Christian Carino. “Dia minta dipermalukan secara global, dan dia akan mendapatkannya,” tulis Depp kepada Carino, setelah pernikahannya berantakan.
Sayangnya, keberpihakan publik di media sosial membuat pengalaman Heard sebagai korban tampak tidak valid. Ditambah banyaknya meme dan video parodi yang beredar, sehingga memojokkan perempuan 36 tahun tersebut. Heard mengaku juga menerima lusinan ancaman pembunuhan dan ancaman anaknya akan dimasukkan dalam microwive.
Baca Juga: Menyelesaikan Kasus KDRT dari Sisi Pelaku
3. Dalam Kasus Johnny Depp dan Amber Heard, Keduanya Berhak Mendapatkan Keadilan
Dukungan untuk Depp dalam kasus ini jauh lebih dominan ketimbang yang didapat bekas istrinya. Hal ini terlihat dari berbagai tagar yang meramaikan media sosial. #JusticeForJohnnyDepp misalnya, meramaikan TikTok dengan 9,9 juta penonton. Atau beberapa tagar lainnya yang menyudutkan Heard, seperti #AmberHeardCancelled dan #AmberHeardSucks.
Mungkin sebagian penggemar di sini lupa, atau mengabaikan bahwa Depp juga pelaku KDRT. Hanya saja, ia memiliki privilese lebih besar. Mulai dari identitas gendernya sebagai cis-hetero laki-laki, berkulit putih, dan popularitasnya sebagai aktor papan atas. Depp juga melaporkan kasusnya sebelum Heard, sehingga menciptakan sentimen publik yang lebih tinggi.
Situasi ini meninggalkan ketidakpercayaan publik, hingga pembunuhan karakter bagi Heard Padahal, yang dihadapi Heard rentan membuat korban KDRT lainnya bungkam, karena takut takkan direviktimisasi.
Karena itu, walaupun secara hukum Heard tidak memenangkan tuntutan yang ada, sebagai korban KDRT, ia tetap membutuhkan keadilan. Ini mengingat narasi pengalaman kekerasan perempuan sering kali dihapuskan.
Comments