Women Lead Pendidikan Seks
December 01, 2021

5 Alasan Bad Buddy Dicintai Penggemar Serial Thailand

Bad Buddy, serial komedi romantis Thailand yang menawarkan jalan cerita yang unik dan akting memukau dari pemeran utamanya.

by Jasmine Floretta V.D., Reporter
Culture // Screen Raves
Share:

Jumat (24/11) lalu, worldwide trending topic Twitter no. 2 diduduki oleh serial komedi romantis Thailand Bad Buddy. Dengan total cuitan lebih dari 500.000, Bad Buddy menjadi perbincangan hangat di Twitter dan bertahan di posisi pertama trending topic untuk Movies & TV bahkan setelah satu hari penayangan episode terbarunya.

Dibintangi dua aktor kenamaan Thailand Ohm Pawat Chittsawangdee dan Nanon Korapat Kirdpan, Bad Buddy berkisah tentang dua rival Pat (Ohm) dan Pran (Nanon) yang harus terjebak dalam hubungan bak Tom & Jerry karena orang tua mereka.

Orang tua mereka memang tidak pernah akur. Mereka selalu saja punya cara untuk bersaing satu sama lain. Dari hal terkonyol seperti saling meminta doa terbaik untuk anak mereka kepada Biksu hingga siapa di antara mereka yang paling sukses mengelola toko bangunan.

Tradisi saling bersaing inilah yang mereka turunkan kepada anak mereka. Namun, bukannya bersaing keduanya justru menjalin persahabatan yang tidak biasa. Rasa saling mengagumi yang tumbuh menjadi rasa suka pun hadir dalam diri mereka masing-masing. Mereka akhirnya mau tidak mau harus berusaha merahasiakan hal ini dari orang tua dan teman-teman geng mereka.

Kendati dengan premis yang umum dan bisa dibilang klise, Bad Buddy mendulang kepopuleran yang tidak kaleng-kaleng. Hal ini dibuktikan dari ratingnya yang tidak main-main. Di IMdB serial ini mendapatkan skor 9.1 sedangkan di Douban (salah satu situs terbesar China) serial ini mendapatkan rating 9.4 dengan lebih dari 9100 ulasan dan didapuk menjadi drama Thailand dengan rating tertinggi dalam situs tersebut.

Baca Juga:   5 Drakor BL Wajib Tonton di Waktu Senggang

Kalau begitu apa sih yang membuat Bad Buddy spesial dari serial romantis komedi pada umumnya hingga mendulang kepopuleran di antara penikmat serial genre ini? Berikut lima alasannya:

  1. Bad Buddy punya Cerita Bak FTV dengan Eksekusi yang Berbeda

Kita mungkin sepakat premis yang ditawarkan Bad Buddy itu FTV banget dan membosankan, namun ditangan Backaof Noppharnach Chaiwimol atau biasa dipanggil P’Aof serial ini diberikan sentuhan magis yang berbeda.

Walaupun bergenre komedi romantis, P’Aof mampu menghadirkan alur cerita dengan konflik yang dalam. Konflik-konflik yang awalnya terlihat sepele dibawa lebih jauh dan mampu mempengaruhi pilihan hidup dan pola pikir kedua tokoh utamanya terhadap sesuatu.

Perpaduan antara humor, berbagai konflik dari keluarga, pertemanan, hingga batin individunya diramu dengan sangat apik oleh P’Aof. Kita akan dibuat tertawa geli dan dibuat menangis sejadi-jadinya karena adegan tertentu yang menyesakkan hati.

P’Aof bisa dibilang memang sutradara yang genius. Ia mampu membangun emosi antar karakternya dengan baik dan menciptakan sebuah atmosfer dari konflik yang ada dengan mendorong para aktornya ke batas mereka masing-masing hingga mampu memberikan akting yang luar biasa dalam serialnya.

Tidak hanya itu, P’Aof memang terkenal sebagai sutradara yang lihai memberikan detail-detail kecil yang sebenarnya berpengaruh pada pembangunan atmosfer konflik. Hal inilah terlihat dari percakapan antar karakter yang mungkin kita lihat tidak penting atau simbol-simbol dari dekorasi atau barang milik karakter yang terlihat lucu. Namun, sebenarnya memiliki arti mendalam dalam membangun keseluruhan narasi yang ada.

Sumber: goldposter.com

Baca Juga:  5 Alasan Komedi Cinta Dorama ‘Kieta Hatsukoi’ Menggemaskan

  1.   Akting Kedua Aktornya yang Tidak Main-Main

Kalian pernah enggak sih nonton serial komedi romantis tapi kalian justru merasa cringey saat menonton? Entah itu karena akting para pemainnya yang jelek atau karena mereka tidak punya chemistry sama sekali.

Karena alasan ini mengcasting aktor atau aktris yang tepat adalah hal wajib dilakukan agar penonton bisa menikmati serial dari awal hingga akhir.

Bad Buddy dalam hal ini pun sukses menghadirkan dua aktor kenamaan berbakat Thailand. Dengan prestasi segudang dan jam terbang tinggi, Ohm dan Nanon mampu memberikan akting brilian mereka kepada penonton. Dalam adegan yang mungkin biasanya kita akan merasa cringey menontonnya, mereka justru dapat mensulapnya menjadi adegan yang menggemaskan.

Baik Ohm dan Nanon pandai menyampaikan emosi mereka melalui raut wajah dan dapat sepenuhnya tenggelam dalam karakter mereka. Gerak-gerik dan ekspresi wajah mereka sekecil apapun itu mampu membuat penonton larut. Penonton bisa merasakan rasa marah, cemburu, sedih, hingga jatuh cinta hanya dari akting keduanya.

Belum lagi dengan Nanon yang memang sedari dulu dikenal karena memiliki mata yang sangat ekspresif. Dalam satu tatapan mata saja, penonton bisa memahami apa yang Pran rasakan secara mendalam dan mampu berempati karenanya.

Tidak mengherankan, dalam adegan di mana mereka harus menyampaikan perasaan putus asa, cinta, dan rasa takut secara bersamaan penonton bisa merasakan gejolak emosi tersebut dari layar kaca. Gejolak emosi yang bisa dirasakan inilah yang membuat banyak penonton akhirnya terlibat secara emosional dengan kedua karakter ini dan tidak jarang berujung dengan sesi menangis berjamaah di timeline Twitter.

Baca Juga: ‘Banana Fish’ Berani Keluar dari Formula Klasik Genre 'Shojo’

  1.  Bad Buddy Jauh dari Sterotipikal Trope BL pada Umumnya

Sebagai komedi romantis yang berkisah tentang dua anak laki-laki, mungkin dalam pikiran banyak orang Bad Buddy mungkin akan kembali memakai trope usang BL seme (top) dan uke (bottom). Namun, pada kenyataannya Bad Buddy berusaha mendobrak trope sterotipikal ini.

Dalam sebuah perbincangan antara pelaku sineas Thailand yang dirilis kanal YouTube GMM TV, P’Aof selaku sutradara Bad Buddy memberikan alasannya membuat serial ini dan mengcasting Ohm dan Nanon.

Berbeda dengan novelnya yang masih sangat kental dengan trope seme dan uke, naskah Bad Buddy dibuat dengan karakter Pat dan Pran yang keduanya tidak saling mendominasi satu sama lain. Sebagai seorang gay, ia ingin menghadirkan sebuah cerita tentang dua anak laki-laki dengan tingkat energi yang sama dengan konflik tentang persaingan antar keduanya dan bagaimana mereka membangun rasa suka satu sama lain.

Karakter Pat dan Pran hadir sebagai gambaran asli tentang hubungan pasangan gay dengan keduanya menjalani hubungan yang setara tanpa ada satu pun pihak yang harus “dilindungi” atau terlihat rapuh.

“Saya tidak mau karakter yang ada mengikuti tradisi BL pada umumnya, di mana harus ada karakter dengan tubuh ramping dan berwajah cantik. Itulah mengapa saya harus memilih aktor yang keduanya memiliki energi yang sama-sama kuat, sehingga mereka tidak harus dilabel sebagai dominan dan submisif”

  1.   Chemistry Antara Aktor Utama yang Gemas

Kepopuleran Bad Buddy tidak terlepas dari bagaimana Ohm dan Nanon mampu memperlihatkan chemistry yang baik di depan layar. Mereka bisa membuat para penontonnya gemas karena interaksi keduanya yang tidak dipaksakan bahkan pada adegan yang cringey sekali pun.

Hal ini tidak lain karena Ohm dan Nanon merupakan sahabat di dunia nyata. Dinamika pertemanan mereka pun aslinya menggemaskan. Keduanya memang menyukai skinship dan tidak malu memperlihatkan rasa sayangnya terhadap satu sama lain.

Dalam berbagai adegan di balik layar atau di luar jadwal syuting, mereka sering kali tertangkap kamera memeluk, mencium pipi satu sama lain, hingga cuddling sebagai tanda sayang. Inilah salah satu alasan kenapa P’Aof mencasting mereka, karena baik Ohm dan Nanon memang sudah memiliki kedekatan dan chemistry yang kuat.

Baca Juga: Sekali Lagi ‘Review Bad Buddy’, Enggak Nyesel Nonton Berkali-kali

Tanpa usaha ekstra, P’Aof bisa mengarahkan bagaimana Ohm dan Nanon harus berakting dan mereka berdua dapat melakukan berbagai skinship dan adegan yang intens secara natural di depan layar.

  1. Karakter Perempuan yang Tidak Menyebalkan

Sudah jadi barang pasti nampaknya serial komedi romantis menghadirkan konflik dengan salah satu karakter perempuan antagonis yang menyebalkan. Biasanya karakter perempuan ini yang menjadi konflik utama hubungan antar tokoh utama. Tidak jarang cerita pun berubah menjadi kisah cinta segitiga yang mengundang fanwar.

Namun, Bad Buddy justru melakukan pendekatan berbeda. Karakter perempuan yang hadir dalam serial ini, bernama Ink, digambarkan sebagai anak yang asyik, manis, dan dekat dengan kedua karakter utamanya.

Kemunculannya memang pada awalnya menimbulkan kesalahpahaman antar Pat dan Pran, dan Pat menyangka bahwa dirinya menyukai Ink. Namun, Ink dalam serial ini justru menjadi penengah dan membuat Pat sadar tentang perasaan aslinya terhadap Pran. Ia pula yang membuat Pran lega dengan perasaannya terhadap Pat yang tidak terhalangi oleh kehadiran Ink.

Banyak penggemar akhirnya menjuluki Ink sebagai the gay protector karena secara tidak langsung membuat Pat dan Pran sadar akan perasaan satu sama lain.

Bad Buddy pada akhirnya menunjukkan kalau cerita tanpa tokoh perempuan antagonis juga bisa menyenangkan dan tidak kehilangan esensinya tentang bagaimana kisah cinta antar laki-laki tercipta.

Jasmine Floretta V.D. adalah pencinta kucing garis keras yang gemar membaca atau binge-watching Netflix di waktu senggangnya. Ia adalah lulusan Sastra Jepang dan Kajian Gender UI yang memiliki ketertarikan mendalam pada kajian budaya dan peran ibu atau motherhood.