Pernah enggak kamu memperhatikan beberapa temanmu yang tiba-tiba ada di lingkaran pertemanan para pesohor? Tidak lama setelah itu, di Instagram Story, mereka terlihat sedang nongkrong di tempat-tempat mahal, dengan baju-baju bermerek. Bisa saja temanmu termasuk seorang social climber atau orang yang senang panjat sosial.
Sebutan pansos atau social climber sering kali kita berikan kepada orang-orang yang suka memamerkan segala sesuatu yang ia punya, entah itu gawai terbaru, liburan ke tempat mewah, dan lain sebagainya. Hal ini ia lakukan hanya untuk menaikkan status sosial diri.
Apakah Social Climber Termasuk Gangguan Psikologis?
Hingga saat ini, belum ada penelitian lebih lanjut apakah social climber termasuk dalam gangguan psikologi atau tidak, akan tetapi, bisa saja hal ini muncul karena kepercayaan diri yang rendah dan sering kali membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Baca Juga: When Your Friends Turn into Social Climbers
Walaupun mereka terlihat percaya diri dan cakap berbaur dengan pada pesohor, kenyataan sebenarnya, mereka sangat enggak percaya diri. Buktinya, mereka menggunakan status dan eksistensi seseorang untuk mengerek rasa percaya diri mereka. Makanya, mereka sangat jarang atau bahkan tidak pernah membangun sebuah pertemanan yang dekat dan personal, sebab ketika kamu tidak memiliki hal yang membuat mereka untung, mereka secara mudah bisa menggantikan dirimu dengan orang lain.
Social climbing juga bisa membawa dampak negatif loh kepada diri sendiri. Di drama televisi Hollywood misalnya, kita sering menemukan karakter-karakter social climber yang akhirnya berakhir tidak bahagia walaupun sudah mencapai status sosial yang diinginkan. Kita secara tidak sadar berubah menjadi orang lain untuk masuk ke dalam lingkaran pertemanan tertentu, dan ini sangatlah tidak baik untuk kesehatan psikis.
Kenali Ciri-ciri Social Climber
Hal-hal yang tadi saya sebutkan di atas memang tidak bisa dijadikan patokan seseorang dapat disebut sebagai social climber atau tidak. Setia orang memiliki polanya masing-masing, namun, memang secara umum karakternya sama.
Pemuja Status Sosial
Secara umum, memilih ingin berteman dengan siapa memang baik dan bisa menjauhkan kita dari lingkar pertemanan toksik. Akan tetapi, seorang social climber memilih teman dengan tujuan untuk menaikan status sosial sendiri. Mereka selalu melihat seseorang dari apa yang mereka miliki, mulai dari harta serta pekerjaan, bahkan beberapa ada yang melihat seseorang dari nama keluarganya.
Berteman Hanya dengan Orang Penting
Orang-orang yang suka pansos seringkali pamer, mereka kenal dengan orang-orang penting, sohor, dan disegani dimana-mana. Jangan heran jika kamu pun sudah melawati skrining, apakah memiliki teman dengan status penting atau tidak.
Baca Juga: Menilik Tanda-tanda Pertemanan yang Baik
Sangat Menjaga Penampilan
Seorang social climber sangat peduli dengan penampilannya. Apapun ia lakukan agar penampilannya bisa terlihat wah, kekinian, dan berkelas. Makanya, ia sering mencari lingkar pertemanan yang memiliki selera fesyen tinggi dan dari lapis kelas atas seperti dirinya.
Banyak Teman tapi Tidak Semua Dekat
Social climber memang memiliki banyak teman dari beragam lingkar pertemanan. Sayangnya, dia tidak dekat secara personal dengan orang-orang ini. Bahkan secara umum, mereka cenderung lebih narsis dan memikirkan diri sendiri.
Lebih Sering Memanfaatkan Teman
Ciri lainnya dari social climber adalah mereka tidak segan-segan memanfaatkan pertemanan demi menggenjot prestasi dan popularitas pribadi. Tak heran jika mereka lebih sering mencari teman yang statusnya lebih tinggi.
Social Climber Tergolong Orang Munafik
Mochat Lubis, penulis kenamaan Tanah Air, pada 1997 pernah menginventarisasi ciri orang Indonesia. Ia meletakkan sikap hipokrit di urutan pertama. Tukang panjang sosiat celakanya bisa kita masukkan dalam kategori orang munafik.
Baca Juga: 5 Aturan Dasar Jika Ingin Pinjam Bahu Teman untuk Bersandar
Alasannya, mereka bisa dengan mudahnya membicarakan kejelekan orang lain hanya untuk bisa masuk ke lingkar pertemanan yang lebih menjanjikan. Mereka juga tidak segan mencelakai orang hanya untuk bisa mempertahankan status sosial. Orang-orang yang suka pansos, enggak bakal ragu untuk membuang, mengganti, serta mengucilkan teman yang dianggap tidak lagi berguna.
Comments