Malam hari adalah waktu penuh sayang, tapi apa daya saya sedang tidak punya keinginan untuk bermesraan dengan angan-angan.
Bagi yang sudah memiliki pasangan, bersyukurlah. Di luar sana masih ada orang-orang yang setiap malam meminta dipertemukan dengan belahan hatinya. Bagi yang belum memiliki pasangan, bersuka citalah. Kamu punya dua puluh empat jam selama tujuh hari untuk mencintai dirimu sendiri. Bagi yang sedang terombang-ambing antara teman tapi bukan dan pacar tapi belum, berjuanglah. Sesekali hadiahilah dirimu dengan kepastian dan untuk mendapatkannya mungkin dibutuhkan perjuangan.
Dan bagi yang sedang patah hati, cobalah untuk tidak terlalu meratapi nasibmu. Patah hati adalah fenomena yang tidak dapat dituangkan dengan kata-kata. Sama halnya dengan cinta yang hingga saat ini definisinya belum tercapai konsensus di ranah cendekia, patah hati pun juga begitu.
Gambaran umum kondisi patah hati direpresentasikan lewat kata sakit, sedih, kecewa, menderita, tersiksa, dan tidak bergairah. Istilah representasi sengaja saya gunakan karena kata dan bahasa punya keterbatasan untuk menampilkan makna sebenarnya secara utuh. Seorang teman yang belum lama ini putus dengan kekasihnya mendeskripsikan dampak patah hati lewat kalimat “kupu-kupu yang beterbangan di dada dan perut saya sudah mati dan sekarang saya harus membersihkan bangkainya supaya tidak menginfeksi diri saya.” Rasanya tidak ada yang lebih baik dari peluk untuk menanggapi ucapan teman saya itu, meski efeknya sebatas placebo.
Profesor sosiologi Eva Ilouz dari Hebrew University di Yerusalem, mengawali bukunya Why Love Hurts dengan premis bahwa pencarian cinta adalah pengalaman yang sangat sulit yang mengakibatkan kesengsaraan dan kekecewaan kolektif, yang diinternalisasi oleh individu sebagai kegagalan pribadi. Lebih lanjut Illouz menjelaskan, penderitaan psikis berasal dari memori dan antisipasi yang dijalani individu. Singkatnya, penderitaan dimediasi melalui imajinasi, yaitu gambaran dan cita-cita yang membentuk ingatan, harapan, dan kerinduan kita akan sesuatu.
Dalam urusan cinta, “sesuatu” yang dituju adalah kebersamaan atau yang lebih ekstrem: keabadian cinta itu sendiri.
Baca juga: Kenali Tanda-tanda Hubungan Cinta Merenggang Lewat Bahasa di Media Sosial
Patah Hati Persoalan Imaji
Patah hati sejatinya adalah persoalan imaji. Ini bukan berarti para penderitanya hanya mengada-ada atau sekadar membayangkan rasa sakitnya dan tidak benar-benar merasakannya. Sakitnya betulan tapi sumbernya bukan dari hati yang tersakiti, tapi imaji yang terluka lah penyebabnya.
Ketika kita jatuh cinta, tanpa sadar kita meletakkan harapan atau ekspektasi kepada gebetan atau pasangan kita. Minimal kita berharap si dia juga merasakan hal yang sama dengan kita, nah, di sini asas kebersamaan bekerja—sama-sama cinta, sama-sama serius, sama-sama jaga perasaan, dan sama-sama mengekspresikan kasih.
Pada tahap ini, kita sebenarnya sudah berimajinasi, kita membayangkan kalau si dia sama seperti kita dan mengesampingkan fakta bahwa manusia adalah pribadi yang unik, bahkan anak kembar identik pun punya aspek emosional yang berbeda. Nyatanya memang maha sulit menasihati sejoli yang sedang dimabuk cinta, apa-apa maunya serba sama-sama.
Dalam perjalanannya, muncul peristiwa yang mengganggu asas kebersamaan itu: selingkuh atau diselingkuhi, merasa hanya satu pihak yang memperjuangkan hubungan ini, sudah tidak sejalan lagi, bahkan ada yang terang-terangan bilang sudah tidak cinta lagi. Harapan yang disematkan kepada si dia pupus sudah, imaji menjalani yang indah-indah dengan si dia pun buyar. Tidak heran jika ada yang berkomentar bahwa dunia seketika runtuh saat patah hati.
Ungkapan itu sama sekali tidak berlebihan karena imaji dikonstruksi sedikit demi sedikit sejak masa penjajakan, dipelihara sedemikian rupa semasa hubungan, dan bahkan ditularkan kepada pasangan kita lewat cara-cara tak kasat mata. Imaji berfungsi sebagai fondasi dan perekat hubungan dua insan, akan tetapi ia juga lah yang mengaburkan pengalaman cinta manusia.
Coba pikirkan sejenak, dari mana sumber kekecewaan yang kamu alami? Hulunya bisa jadi isi kepala kamu sendiri. Kebanyakan bergulung dengan imaji membuat kita lupa bahwa yang seharusnya kita cintai adalah sosok dia yang sesungguhnya, bukan harapan atau bayangan kita tentang si dia.
Baca juga: Kumpul Kebo sampai TTM: Dilema Relasi Tanpa Nama
Patah Hati Sejuta Rasanya
Sulit memang membedakan mana realitas dan mana mimpi saat segala sesuatunya dibalut dengan cinta. Apakah ini efek halusinogen dari cinta? Entah, mungkin kamu lebih paham rasanya dibanding saya. Yang lebih parah lagi, meski hanya persoalan imaji, patah hati menimbulkan respons khusus pada tubuh penderitanya.
Penelitian yang dilakukan oleh American Heart Association menjelaskan bahwa dampak patah hati, ada bagian di jantung yang membesar untuk sementara waktu sehingga fungsi jantung untuk memompa tidak berjalan dengan baik. Sindrom patah hati dapat menyebabkan gagal jantung jangka pendek dan karenanya kita tidak boleh menganggap remeh persoalan patah hati. Menyadari fakta ini, ada baiknya kita berhati-hati ketika bilang, “Aku lebih baik mati daripada enggak sama kamu, beb.”
Patah hati adalah persoalan kompleks, diskusi tidak akan berhenti hanya sampai pertanyaan “siapa yang menyakiti dan disakiti” terjawab. Karena pelik dan bisa dialami berulang-ulang, banyak pihak menawarkan cara-cara untuk mengobati atau sekadar mengalihkannya. Coba ketik “cara menangani patah hati” di mesin pencari, kamu akan menemukan lebih dari 700.000 strategi hanya dalam hitungan detik.
Mengingat saya bukan dokter spesialis patah hati, saya cukup tahu diri untuk tidak menyarankan jenis pengobatan tertentu kepada kamu. Setiap orang memiliki resep tersendiri untuk menyembuhkan diri dan ramuan tersebut tidak memerlukan sertifikasi BPOM. Penyakit memang sewajarnya diderita, tapi jangan lupa bahwa kamu berhak memilih mau sampai kapan penderitaan itu berlangsung dan pengobatan itu butuh proses yang fluktuatif. Tapi, percayalah, pada akhirnya kamu bisa sembuh.
Soal patah hati, pengalaman saya membuktikan, efek menenggak butiran puisi setiap malam jauh lebih manjur dibanding parasetamol 600 mg. Pada suatu ngilu, penyair Joko Pinurbo berkata, “Jangan terburu-buru bersedih. Baca dulu dengan teliti hatimu. Sedih yang salah sumber masalah.” Nah, itu. Sudah saya bocorkan resep rahasianya.
Ilustrasi oleh Karina Tungari
Comments