Perempuan sangat takut hamil di luar pernikahan. Masih ada stigma yang mengatakan anak yang datang di luar pernikahan akan menjadi anak haram. Ketakutan ini akan semakin berdasar kalau si perempuan berhubungan dengan pacar yang memang belum siap menjadi ayah, pria yang berstatus suami orang atau sekadar pemilik hostel yang ditemuinya di kota favorit yang menawarkan pengalaman berhubungan seks di atap sambil melihat bintang-bintang.
Namun kehamilan seharusnya bukan menjadi satu-satunya ketakutan yang dihadapi oleh perempuan yang melakukan hubungan seks tanpa pengaman. Ketakutan tersebut di antaranya klamidia, herpes, kutil kelamin, HIV, hingga kanker serviks.
“Laki-laki memang bajingan ya, ternyata penyebab kanker serviks itu dibawa oleh laki-laki tapi yang paling dirugikan itu perempuan,” kata teman kantor saya. Dia sedang berhadapan dengan laptop dan sedang mencari informasi mengenai kanker serviks untuk bahan tulisan.
“Oh, ya?” jawab saya. Dan mulailah tangan saya mengetik di mesin pencari dan menemukan judul-judul yang sangat “wow” seperti “Ciri-ciri Pria yang Membawa HPV”.
Risiko kesehatan ini dihadapi perempuan karena kerap kali berhubungan seks secara tidak aman. Hal-hal berikut sering kali menjadi alasan tidak memakai pengaman saat berhubungan seks.
“Gue merasakan dia adalah the one!”
“Aku merasa ‘sejiwa’ dengannya, hubungan seks tanpa kondom adalah salah satu bentuk rasa percaya kami terhadap satu sama lain..”
“Dia keluar di ‘luar’ kok, jadi aman!”
“Aku tahu penisnya sehat, kelihatan kok dari penampakan fisiknya, tidak ada tanda-tanda kutil di area kelaminnya, jadi kami aman!”
Kalimat-kalimat tersebut adalah pernyataan paling klise di muka bumi yang akan membuat kamu wahai perempuan menyesal setelah mengalami gatal-gatal di vagina atau yang paling horor adalah saat tes pap smear dinyatakan positif karena adanya infeksi! Ini bukan menakut-nakuti ataupun paranoid, tapi ini kenyataan. Saya akan mencoba membuka pikiranmu melalui bantahan terhadap pernyataan-pernyataan klise tersebut.
“Gue merasakan dia adalah the one!”
Jangan semudah itu terperdaya dan mengatakan the one, dan jangan terlalu percaya dengan “kepakan kupu-kupu” di dalam perut. Bisa jadi kamu terlalu bernafsu sehingga tidak menggunakan akal sehat atau jangan-jangan itu bukan “kepakan kupu-kupu” tapi kamu hanya sedang lapar!
“Aku merasa ‘sejiwa’ dengannya, hubungan seks tanpa kondom adalah salah satu bentuk rasa percaya kami terhadap satu sama lain..”
“Sejiwa” atau enggak modal beli kondom? “Sejiwa” atau memang enggak pernah punya persiapan pengaman di tas masing-masing? Mau enaknya saja tapi enggak memikirkan risiko ke depannya bagaimana! Seks memang enak tapi tempatkan akal sehat dan keamananmu di atas segala-galanya. Jangan menyesal kemudian setelah vaginamu terinfeksi herpes atau klamidia. Kalau itu sudah terjadi, jangankan merasa enak, penyakit-penyakit seks tersebut akan membuatmu melupakan orgasme terhebatmu!
“Dia keluar di ‘luar’ kok, jadi aman!”
Pernyataan ini biasanya keluar dari mulut perempuan yang hanya memiliki ketakutan akan kehamilan, bukan infeksi menular seksual. Tahukah kamu, ketika laki-laki terangsang dia akan mengeluarkan cairan pelumas juga? Dan bukan tak mungkin cairan pelumas tersebut mengandung sperma dan virus HPV yang menjadi penyebab kanker serviks? Dear Perempuan, tidak akan pernah ada yang aman kalau kamu melakukan hubungan seks tanpa pengaman. Percayalah.
“Aku tahu penisnya sehat, kelihatan kok dari penampakan fisiknya tidak ada tanda-tanda kutil di area kelaminnya, jadi kami aman!”
Apa laki-lakimu pernah cerita kalau kencingnya bernanah, mengeluarkan cairan padahal sedang tidak terangsang? Atau jangan-jangan kamu terlalu mengabaikan aroma bau saat melakukan oral, pikiran positifmu mengatakan itu karena si laki-laki tidak bersih membasuh kelaminnya.
Anyway, artikel ini tidak disponsori oleh merek kondom apa pun. Saya juga tidak akan mengarahkan pembaca untuk mengunggah aplikasi kesehatan tertentu untuk membeli kondom di apotek antar hanya karena saya kebetulan bekerja di situ. Tulisan ini hanya peringatan keras, berapa sih harga kondom dibandingkan dengan risiko kesehatanmu? Jangan hanya takut pada kehamilan, takutlah juga pada herpes dan teman-temannya.
Ester Pandiangan, perempuan berusia 32 tahun yang berdomisili di ‘Kota Kuching’ alias Jakarta. Saat ini sedang bekerja permanen sebagai copywriter di salah satu layanan aplikasi kesehatan dan freelance di beberapa tempat yang membutuhkan. Sayangnya ia masih punya keinginan tinggal di Yogyakarta.
Comments