Melanesia berakar dari penyebutan dalam bahasa Yunani yaitu pulau hitam, yang punya arti deretan pulau yang berjejer dari wilayah Papua sampai dengan Pasifik barat, lalu menuju Laut Australia wilayah barat dan juga wilayah timur laut.
Penyebutan ini dipakai kali pertama oleh petualang asal Eropa, lebih tepatnya negara Perancis, yaitu J. Dumont d'Urville sekitar abad 19 buat menandai ras atau etnis dan mengelompokkan kumpulan pulau yang berarak dari Polinesia serta Mikronesia.
Baca Juga: Belajar Menerima dan Mencintai Warna Kulit Natural dalam Balutan Lingerie
Tetapi sekarang, kategorisasi rasialis dan kolonial J. D. D'Urville ini dianggap tidak tepat karena ia menaungi budaya, bahasa, dan etnis yang beragam, sehingga etnis Melanesia sekarang ini hanya dipakai untuk penyebutan geografis saja.
Asal Bangsa Melanesia
Komunitas ras Melanesia mulanya mengembara dari daerah inti mereka di sekitar Nugini, termasuk di Bismarck Archipelago di pantai bagian timur laut Nugini, Samudra Pasifik, hingga menuju ke Australia bagian Tenggara. Komunitas ini berkembang di Australia sampai dengan sekitar 30.000 tahun yang lalu.
Mulai dari sana akhirnya beberapa bermigrasi dan sampai ke Nusa Tenggara, Jawa, dan Kalimantan antara 15.000 sampai 5.000 tahun yang lalu. Mereka inilah termasuk ras Australomelanesid.
Melanesia di Wilayah Indonesia
Istilah Melanesia mungkin bagi sebagian orang Indonesia masih terdengar asing, apalagi yang bermukim di wilayah barat seperti Pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, serta Bali, yang umumnya termasuk ke golongan ras mongoloid. Tetapi untuk kawasan Indonesia Timur, penduduknya termasuk ras Melanesia, meski lebih populer disebut dengan orang Indonesia Timur.
Etnis Melanesia di Indonesia banyak berada di Pulau Maluku menuju ke Pulau Fiji. Umumnya kelompok ras Melanesia memiliki kulit berwarna gelap, rambut yang bertekstur keriting, struktur tulang yang besar dan kokoh, serta badan yang terlihat atletis.
Baca Juga: Skeptis dengan Meghan Markle? Faktanya Rasialisme Mengakar di Inggris
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sekarang ini Indonesia termasuk kawasan yang punya ras Melanesia paling besar bila membandingkannya dengan negara lain yang juga dihuni etnis ini. Info terakhirnya, jumlah populasi ras Melanesia di kawasan Indonesia mencapai 13 juta orang, yang mencakup wilayah Papua, Kepulauan Maluku, serta Nusa Tenggara.
Di luar negeri, ras Melanesia mencapai 9 juta orang, yang ada di wilayah Papua Nugini, Timor Leste, Vanuatu, New Kaledonia, Solomon Islands, dan Fiji.
Isu Rasialisme terhadap Orang Timur
Ada keindahan dalam keberagaman dan perbedaan ras, namun Indonesia masih memendam perkara rasialisme. Dahulu pernah viral di Yogyakarta bagaimana pekikan-pekikan rasialis yang menjatuhkan melejit, saat sekelompok mahasiswa Papua yang mengadakan demo menyampaikan aspirasi politiknya ditangkap dan diblokade dalam asrama mereka.
Stereotip orang Timur senang minum-minuman keras, senang membuat masalah, dan sering melanggar aturan sampai sekarang masih sering dilekatkan. Sangat miris, kejadian seperti ini terus saja didiamkan. Tidak ada komunikasi yang saling menghubungkan dan melihat lebih terbuka membuat praduga buruk ini semakin menguat dan siap meledak cepat atau lambat.
Beberapa aksi yang disebabkan oleh rasialisme sejatinya amat banyak terjadi, apalagi di wilayah Papua. Mulai dari militerisme ditingkatkan berjalan berbarengan dengan berjalannya Freeport, satu per satu aksi kekerasan dan beraroma rasialis mulai naik ke permukaan.
Baca Juga: Kami Perempuan Melanesia, Kami Ada, dan Kami Cantik!
Melanesia faktanya lebih condong kepada grup etnis karena tidak hanya melingkupi ras, tetapi juga budaya, ritual, aksen, sistem, seni, dan penampakan fisik. Sekarang ini, mereka juga diberikan tempat dalam sebuah formasi antar pemerintah yang punya nama Melanesian Spearhead Group atau disingkat MSG.
MSG sendiri dibuat dengan menitikberatkan kenaikan pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara Melanesia. Indonesia juga merupakan anggota MSG dengan status anggota asosiasi dikarenakan cuma terdapat di lima provinsi saja.
Dengan semakin besarnya kesadaran jati diri mereka mengenai kesatuan bangsa Melanesia, bukan enggak mungkin nasionalisme mereka lebih gampang terajut apabila Indonesia enggak kunjung memandang wilayah Melanesia ini sama dengan wilayah lain dan memanusiakan manusia.
Comments