Women Lead Pendidikan Seks
June 06, 2022

Data Bicara: Perempuan Enggak Jago di Pasar Saham Cuma Mitos

Perempuan yang bermain saham kerap dipandang sebelah mata. Data terbaru menunjukkan perempuan berpeluang lebih cuan di pasar modal.

by Anggi M. Lubis
Lifestyle
Saham Investasi Bisnis
Share:

Umumnya dalam dunia pasar modal, ada anggapan bahwa jual beli saham adalah dunia laki-laki.

Sejumlah studi dari berbagai negara bahkan mengulas perempuan cenderung menghindari risiko, yang merupakan unsur penting dalam menghadapi likuiditas bursa saham. Selain itu, emosi dan kepercayaan diri seringkali dikaitkan dengan keinginan seseorang berinvestasi, dan temuan ini kerap mendiskreditkan keberanian perempuan untuk bermain saham. Belum lagi, perempuan dianggap inferior dalam literasi keuangan dan berada di bawah laki-laki dalam membuat keputusan keuangan rumah tangga, yang lagi-lagi membuat perempuan terkesan absen di bursa efek.

Temuan dari sebuah riset baru menyangkal hal ini.

Riset tersebut menelaah demografi pemegang saham LQ45 – atau 45 saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi yang paling likuid diperdagangkan selama 12 bulan terakhir. Dengan pertimbangan kapitalisasi pasar dan likuiditas tersebut, saham-saham ini dianggap memiliki tingkat risiko yang cenderung stabil.

Made with Flourish
Jenis kelamin investor adalah salah satu yang menjadi pertimbangan demografi pemilik saham. Dengan asumsi bahwa perempuan takut mengambil risiko, hasil riset seharusnya menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki proporsi saham LQ 45 lebih banyak daripada laki-laki, mengingat tingkat risikonya yang relatif terjaga.
 

Nyatanya, temuan dari studi tersebut – yang melibatkan 9.605 responden dari seluruh Indonesia – menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri dalam pengambilan risiko cenderung homogen antara laki-laki dan perempuan. Sebanyak 5.204 responden laki-laki dan 4.401 responden perempuan berpartisipasi dalam riset tersebut.

Temuan dari riset tersebut menunjukkan bahwa mayoritas investor laki-laki (55 persen) dan perempuan (53 persen) nyatanya hanya memiliki 0-20 persen saham LQ 45 dalam total kepemilikan (portofolio) saham mereka. Dengan perbedaan persentase yang sangat tipis, artinya, baik laki-laki maupun perempuan berani adu nyali dengan berinvestasi di saham-saham yang jauh lebih berisiko. Belum lagi, hanya 10 persen dari masing-masing jenis kelamin yang mendedikasikan asetnya untuk berinvestasi besar-besaran di saham-saham LQ 45 demi menjaga stabilitas portofolionya.

Baca juga: Gender Lens Investing Berdayakan Perempuan, ‘Berkah’ untuk Investor

Antusiasme Investor Perempuan Meningkat

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, nilai kepemilikan saham perempuan di pasar modal naik nyaris 30 persen selama 2021, dari Rp181 triliun di awal tahun menjadi Rp234 triliun pada penghujung tahun. Hal ini membuktikan bahwa investor perempuan semakin terbuka terhadap investasi saham.

Sementara, kepemilikan aset perempuan mewakili 37 persen dari total saham di Bursa Efek Indonesia.

Menariknya, ibu rumah tangga menjadi salah satu profesi yang cukup diperhitungkan dalam kepemilikan pasar modal. Proporsi kepemilikan aset ibu rumah tangga meningkat dari 4,54 persen (Rp5,65 triliun) pada April tahun lalu menjadi 6,01persen (Rp72,8 triliun) pada April tahun ini.

Made with Flourish

Meningkatnya investasi perempuan agaknya bukan fenomena yang eksklusif terjadi di Indonesia.

Dilansir dari situs resmi Nasdaq – perusahaan finansial yang mengendalikan tiga indeks saham di Amerika Serikat (AS) – hampir 67 persen perempuan di AS kini menginvestasikan asetnya di pasar saham. Hal ini merupakan kenaikan 50 persen dari 2018, dan disinyalir merupakan efek dari pandemi COVID-19.

Stevanus Pangestu dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya berpendapat bahwa peningkatan partisipasi perempuan di pasar saham tidaklah mengejutkan, menimbang resesi ekonomi yang terjadi pada tahun pertama pandemi. Kondisi krisis dan jaga jarak sosial membuat perempuan mempertimbangkan kembali rencana keuangannya dan memutuskan untuk berinvestasi dalam menghadapi kondisi yang penuh ketidakpastian.

Baca juga: Risa E. Rustam: Pemimpin Perempuan Perlu untuk Atasi Kesenjangan Gender di Tempat Kerja

"Mereka yang sudah berkeluarga mungkin mulai berkecimpung atau meningkatkan intensitasnya untuk mendukung keuangan rumah tangga. Kemudian dikarenakan pembatasan sosial, ada juga pihak-pihak beruntung yang memiliki lebih banyak ‘uang nganggur’ karena tidak digunakan untuk leisure activities (aktivitas bersenang-senang) seperti traveling,” ujar Stevanus.

Kesenjangan literasi keuangan selama ini menjadi batu ganjalan bagi perempuan untuk berkecimpung di pasar modal. Namun, seiring meningkatnya tingkat edukasi dan pendapatan, serta dengan masuknya berbagai platform keuangan digital yang menyediakan akses inklusif bagi investor, perempuan pun semakin mendapat akses menjadi pialang saham.

Stevanus berpendapat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga momentum antusiasme investor perempuan, di antaranya adalah penyelenggaraan program literasi keuangan dan perancangan produk investasi untuk kebutuhan perempuan, yang dipasarkan secara terfokus kepada mereka. Dari sisi bisnis, penguatan keuangan mikro dapat membantu pengembangan bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang dapat membantu menyukseskan usaha dan menambah arus kas untuk berinvestasi. Menutup kesenjangan penghasilan antara perempuan dan laki-laki juga penting dalam membuka akses perempuan ke instrumen investasi seperti saham.

Baca juga: Asal Suami Senang: Bias Aturan Perbankan dan Sulitnya Perempuan Punya Usaha

Performa Investor Perempuan Tak Kalah dari Laki-laki

Stevanus mengungkapkan, walaupun literatur tentang perilaku investor perempuan masih terus berkembang, studi yang ada sekarang menunjukkan investor perempuan berpikir lebih holistik, intuitif, dan melakukan riset lebih mendalam sebelum mengambil putusan.

Akan tetapi, ketika perempuan memutuskan terjun ke dunia saham, prospek keuntungannya bisa lebih baik dari investor laki-laki. Hasil studi Fidelity Investments, perusahaan jasa keuangan multinasional asal AS, menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan investor perempuan selama periode Januari 2011-Desember 2020 menghasilkan imbal hasil positif sebesar 40 basis poin atau 0.4 persen di atas investor laki-laki. Strategi dan kesabaran menjadi kunci di balik kesuksesan ini, dan menunjukkan bahwa perempuan pun bisa sukses di dunia saham yang dikenal penuh dengan jargon-jargon maskulinitas.

Jadi, kata siapa perempuan tidak piawai bermain saham?The Conversation

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Anggi M. Lubis, Editor Bisnis + Ekonomi, The Conversation.