Pada malam takbiran sebelum Lebaran yang baru lewat, saya dan teman saya saling menenangkan lewat telepon karena kami merasakan kecemasan yang berlebihan pada saat menghadapi keluarga besar. Kami berdua lalu merenung, sejak kapan liburan yang dulunya ditunggu-tunggu waktu kecil kemudian menjadi pemicu kecemasan dan kegelisahan?
“Kenapa ya mereka merasa pertanyaan-pertanyaan template seperti ‘kapan lulus?’ atau ‘kapan nikah?’ adalah basa-basi yang pantas untuk ditanyakan? Padahal ‘kan kalau menanyakan tentang lulus atau penghasilan kerja, itu seperti membanding-bandingkan dan juga memberikan tekanan yang tidak perlu,” ujar saya.
“Iya. Mereka juga suka banget membahas tentang fisik. ‘Kok kamu kurusan, diet ya?’, ‘kok kamu makin bulat sih?’, ‘ih kamu beda ya sama saudara kamu, dia mah putih’. Itu sih yang paling malesin,” ujar teman saya.
Psikolog Gisella Tani Pratiwi dari Yayasan Pulih mengatakan bahwa saya dan teman saya tidak sendiri. Kecemasan akibat tekanan sosial yang muncul dalam pertemuan keluarga di hari raya ini umum terjadi dalam masyarakat Indonesia, ujarnya. Dalam beberapa situasi, terjadi serangan kecemasan yang diikuti respons kondisi fisik yang mengganggu seperti keringat dingin, jantung berdebar lebih kencang, sakit perut tanpa sebab medis, sakit kepada, dan lainnya.
“Kecemasan adalah emosi yang sebenarnya wajar kita rasakan dalam keseharian kita. Apalagi jika kita di dalam sikon sosial yang membuat kita kurang nyaman,” ujar Gisella.
“Pada situasi kumpul dengan keluarga saat Lebaran, pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita merasa terpojokkan ini memang dapat memicu kecemasan ini. Situasi semacam ini pasti tidak nyaman dan ketika menghadapinya, diri kita secara psikologis mempersiapkan diri. Di sinilah muncul respons cemas,” lanjutnya.
Reaksi saya pribadi pada saat Lebaran kemarin adalah menahan kecemasan pada saat kumpul keluarga. Saat semua tamu sudah pulang, saya merasakan lelah secara fisik dan juga mental. Berdasarkan tips untuk mengatasi kecemasan dari Gisella, berikut adalah 5 cara untuk mengatasi kecemasan setelah Lebaran.
-
Menenangkan diri sendiri
Setelah semua tamu sudah pulang, setelah suasana Lebaran sudah lewat, dan kita kembali ke kehidupan sehari-hari kita, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengatur napas dan mengapresiasi diri karena telah melewati hal yang sulit. Sadari bahwa kondisi yang memicu perasaan cemas ini sudah lewat dan cobalah untuk menenangkan diri sendiri. Ingat bahwa kehidupan sehari-hari kita akan kembali seperti biasanya dan pemicu kecemasan sudah tidak lagi ada. Kamu berhasil melewatinya.
-
Reach Out
Menurut Gisella, dengan semua emosi yang sedang kita rasakan pada saat itu, ada baiknya kita mencari cara yang aman untuk mengekspresikan emosi tersebut. Salah satu cara terbaik adalah untuk menuliskannya, mungkin di jurnal, di buku harian atau mungkin di blog pribadi kita.
“Salah satu cara lainnya yang efektif adalah dengan bercerita kepada orang yang kita percaya. Dengan menceritakannya ke teman atau keluarga lainnya yang dipercaya, kita dapat merasakan lebih lega karena perasaan tidak lagi dipendam sendiri,” ujarnya.
-
Kenali faktor yang mengganggu
Setelah menenangkan diri sendiri, kita dapat melakukan refleksi untuk melihat kondisi Lebaran kemarin agar tidak merasakan cemas yang berlebihan di kemudian hari. Coba identifikasikan faktor yang memicu perasaan cemas. Apakah mungkin pemicunya adalah pertanyaan yang membuat kita merasa tertekan? Apakah suasana terlalu ramai sehingga tidak merasa nyaman? Apakah karena gugup sudah lama tidak bertemu dengan beberapa orang? Ataukah ada isu lain dalam keluarga yang sudah lama tidak diselesaikan? Petakan kondisi yang akan dihadapi, ujar Gisella.
“Coba cari cara untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya situasi ini, atau mungkin juga bisa mempersiapkan jawaban yang dapat diberikan ketika pertanyaan itu diajukan. Dengan begini diharapkan kita bisa lebih siap menghadapinya,” katanya.
Misalnya saja, ada saudara yang setiap tahun mengomentari fisik kita secara negatif. Kita harus perhatikan apakah kita dapat menghindar darinya kalau bertemu dengannya lagi? Atau mungkin kita bisa membuka pembicaraan dengan topik lain sebelum ia bisa mengomentari fisik kita? Solusi yang mudah dan efektif seperti itu dapat membuat kita merasa lebih nyaman menghadapi rasa cemas kita di kemudian hari.
-
Kenali diri sendiri dengan menyadari emosi yang muncul pada situasi tertentu
Mengamati emosi dan reaksi kita dalam situasi itu juga penting karena salah satu hal yang membuat kecemasan semakin parah adalah tidak menerima perasaan atau kondisi kita sendiri.
“Terimalah bahwa situasi tersebut memang memicu cemas, sedih atau marah (atau emosi apa pun yang muncul), tidak usah merasa bahwa reaksimu dalam situasi tersebut adalah tidak wajar,” ujar Gisella.
Dengan ini, kita dapat memprediksi reaksi fisik dan mental kita dalam keadaan tertentu dan dapat mengatasinya jika menemukan diri sendiri di dalam situasi itu lagi.
Misalnya kita baru lulus kuliah dan belum mendapatkan pekerjaan, kemudian pada saat Lebaran dipertanyakan. Apakah emosi yang muncul? Apakah kita merasa sedih, marah tertekan atau terpojokkan? Lalu apakah yang dapat kita lakukan? Yang paling penting adalah untuk menyadari bahwa emosi-emosi tersebut adalah valid. Dengan begitu kita bisa memahami bagaimana menangani situasi tersebut.
-
Fokus kepada hal-hal baik
Setelah menenangkan diri dan juga refleksi, sekarang fokuslah kepada rasa tenang dan fokuslah pada hal-hal baik yang kamu rasakan selama lebaran kemarin. Gisella menyarankan untuk memperhatikan hal baik ini, bahkan hal-hal yang sederhana.
Karena walaupun mungkin kita merasa kurang nyaman dengan berbagai pertanyaan menyebalkan dari beberapa keluarga, tapi Lebaran tahun ini kita bertemu dengan keluarga Ibu yang sudah lama tidak bertemu. Atau mungkin Lebaran tahun ini THR yang didapat lebih banyak. Atau bahkan makanan lebaran tahun ini lebih banyak dan lebih gurih.
Pada akhirnya kita berhasil melalui hari yang dikhawatirkan, hari yang mungkin melelahkan secara mental dan fisik and you deserve a pat on the back for that.
Baca juga soal peran laki-laki dalam kesetaraan gender dan follow @sapphire.dust di Instagram.
Ilustrasi oleh Adhitya Pattisahusiwa
Comments