Banyak kajian soal perempuan muda di Indonesia yang masih berpusat pada dunia Barat dan sering menyamaratakan pengalaman perempuan.
Feminisme memiliki sejumlah aliran, dan gagasan-gagasan feminisme terus berkembang seiring munculnya kritik terhadap suatu aliran.
Sebelum menghujat seorang perempuan tidak feminis, ada baiknya kita mencari tahu lebih dulu alasannya mengambil tindakan tertentu.
Penulis dan aktivis perempuan Julia Suryakusuma berbagi tentang pengalaman yang membentuknya menjadi feminis, sosok sang ibu, juga pilihan berat yang dihadapi sebagai seorang ibu.
Banyak yang bilang kalau punya pasangan feminis itu ribet. Belum lagi ada anggapan kalau feminis itu fobia keluarga karena selalu mempermasalahkan posisi perempuan dalam rumah tangga.
Suami-suami yang menikahi perempuan feminis mengatakan alih-alih ribet, mereka merasa beban rumah tangga menjadi lebih ringan.
Para seniman feminis ini berhasil menuangkan ide-ide anti-patriarki dengan format novel grafis yang lebih mudah dicerna dan dipahami.
Bagi dua perempuan ini, menjadi ibu rumah tangga tidak berarti dirinya terepresi dan serta merta tunduk pada peran gender tradisional.
Ibu tidak pernah mempelajari feminisme, tetapi tindakannya telah mencerminkan semangat pemberdayaan perempuan.