Maya Rudolph adalah nama besar dalam daftar komedian perempuan. Kawan-kawannya satu almamater di SNL punya serial ikonik selepas karier mereka di sana: Tina Fey punya 30 Rock, Amy Poehler punya Parks and Recreation. Maya memang pernah tampil di serial komedi Up All Night atau Forever, tapi rasanya Maya tak pernah tampil lebih cemerlang seperti dalam komedi terbarunya, Loot.
Alan Yang dan Matt Hubbard, kedua pembuatnya—yang merupakan lulusan Parks and Recreation, membuat keputusan tepat dengan memilih Maya sebagai karakter utama mereka.
Dalam Loot, Maya Rudolph berperan sebagai Molly, seorang istri miliuner. Hidupnya jauh dari low profile. Rumahnya megah dan menawan. Jenis rumah yang akan menghabiskan berlembar-lembar halaman untuk dibahas di Architectural Digest. Di ulang tahun perkawinan mereka, John (Adam Scott) menghadiahi Molly sebuah hadiah yang sangat normal: sebuah kapal yacht.
Punya suami supersibuk yang wajahnya jadi langganan cover majalah-majalah beken memiliki efek samping tersendiri. John sangat sibuk. Bahkan di hari ulang tahun perkawinan mereka, John tidak bisa berlama-lama karena ada meeting. Sebetulnya, Molly menerima ini semua, yang tidak dia terima adalah kenyataan bahwa John berselingkuh dengan gadis lebih muda.
Baca juga: Terlalu Baik, Terlalu Menarik: Karakter Cowok Drakor Tak Masuk Akal?
Singkat cerita mereka cerai. Mendadak, Molly jadi janda dengan waktu kosong-melompong dan harta gono-gini senilai 80 miliar dollar.
Molly ternyata mempunyai banyak hal yang dia ketahui. Susah untuk update dengan semua hal yang kalian punya kalau kalian sekaya dia. Molly, ternyata punya organisasi non-profit yang tugasnya meningkatkan kualitas hidup orang-orang susah di sekitaran Los Angeles. Selama ini, Molly tidak pernah ikut campur dengan ini semua. Dia bahkan tidak sadar sedikit uangnya mengalir ke sana. Karena sekarang Molly butuh aktivitas, maka ia pun mulai serius untuk aktif di organisasi non-profitnya ini.
Tentu saja bagian paling kocak dari Loot adalah melihat bagaimana karakter yang sudah terbiasa hidup mewah harus melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan. Molly bukan cuma tidak peka, tapi ia jauh sekali dari realitas. Sehingga hampir semua yang ia lakukan untuk tetap aktif di organisasi non-profitnya ini menjadi bahan pengocok perut yang efektif. Penulis-penulis Loot sangat tahu apa yang mereka lakukan dengan karakter ini dan Maya Rudolph membuat Molly tetap grounded, tapi juga gila pada saat yang bersamaan.
Adegan Molly tampil di acara Youtube Hot Wings (acaranya ada beneran, isinya adalah para artis yang diwawancara oleh host sambil makan sayap ayam dengan berbagai jenis sambel yang level pedasnya ampun-ampunan) mungkin adalah salah satu highlight dari Loot.
Kelucuan dalam Loot tidak hanya ada di sana.
Selain Molly, ada Sofia Salinas (Michaela Jae Rodriguez yang diculik dari serial Pose), pemimpin organisasi yang sangat keras dan disiplin. Reaksi-reaksi dari Sofia ketika experience Molly untuk pertama kalinya adalah perwakilan dari penonton. Ada Nicholas (Joel Kim Booster) yang menjadi asisten Molly yang sungguh setia sampai kadang buta. Ada Howard (Ron Guches), keponakan Molly sekaligus pegawai Sofia yang sangat bubbly. Dan terakhir tentu saja calon love interest Molly, Arthur (Nat Faxon).
Baca juga: ‘Mencuri Raden Saleh’: Taktik Melawan Penguasa Lewat Pencurian Lukisan
Menariknya, Arthur sama sekali tidak digambarkan seperti kebanyakan love interest. Arthur adalah everyman yang baik dan sincere. Secara fisik dia biasa saja, apalagi kalau dibandingkan dengan saingannya nanti yang muncul di tengah-tengah musim. Namun, chemistry-nya dengan Molly benar-benar menghipnotis.
Komedi Hangat
Seperti halnya Parks and Recreation yang pernah menjadi tempat Alan Yang dan Matt Hubbard menulis, Loot adalah sebuah komedi yang hangat.
Kamu akan menemukan adegan bodoh di sini, tapi di saat bersamaan juga akan menemukan adegan-adegan hangat dengan character development yang membuat kita gampang terikat.
Katalis dalam Loot memang perceraian Molly dan keputusannya untuk aktif di organisasi non-profitnya yang sangat tidak glamor. Tapi di akhir musim, bukan hanya Molly saja yang berubah, tapi juga orang-orang yang ada di sekitarnya.
Baca juga: ‘Before, Now & Then (Nana)’: Luka dan Trauma Jadi Perempuan dari Rezim ke Rezim
Sofia, misalnya. Di awal tontonan ia adalah sosok workaholic. Hubungannya dengan rekan kerja hanya sebatas kolega di kantor. Tipikal orang-orang yang menikah dengan pekerjaannya. Sejak Molly masuk ke dalam organisasi dan merusak ritme hidupnya, hidup Sofia langsung berubah. Tidak hanya hubungannya dengan rekan kerja yang jadi lebih baik, tapi Sofia sekarang juga punya sosok yang bisa ia sebut sahabat. Sahabat yang mengenalkannya ke tempat-tempat aneh seperti spa eksklusif.
Sementara itu, Nicholas sekarang jadi lebih bahagia. Selama ini ia selalu menjadi bayang-bayang Molly, termasuk dengan bergabung di organisasi non-profit Molly. Tapi di sana, Nicholas bertemu dengan Howard yang sekarang menjadi sahabat barunya. Hubungan mereka luar biasa kocak karena keduanya sama sekali bertolak belakang. Howard sangat polos sementara Nicholas jenis millenial savage. Namun, keduanya saling mengisi dan di akhir musim, keduanya memberikan pengaruh besar dalam hidup masing-masing.
Masih Ada Celah Menggali Potensi Maya
Bahkan sampai episode terakhir Loot, serial ini sebenarnya masih belum mengoptimalkan bakat Maya Rudolph yang luar biasa.
Namun, kesempatan itu masih bisa digali di musim kedua. Penulis-penulisnya punya kesempatan mengeksplor keunikan Molly, yang belum tersentuh dalam 10 episode musim pertama.
Menonton Loot rasanya seperti bertemu dengan teman-teman yang kita sayang. Kehangatan yang ditampilkan di serial ini sangat ampuh untuk membuat hari kamu agak sedikit lebih rileks.
Kalau kamu mencari tontonan ringan tapi lumayan bergizi, saya sangat merekomendasikan Loot. Percayalah, di akhir musim, kamu akan menemukan teman-teman (karakter-karakter) baru yang ngangenin.
Loot dapat disaksikan di Apple TV+
Comments