Setelah dua tahun “terpenjara”, Minggu lalu saya akhirnya bisa melakukan me time menonton Dune di bioskop dekat rumah. Rasanya campur aduk, ada senang, ada haru. Saya memang lebih suka melakukan me time di ruang publik seorang diri. Mulai dari menonton film, dine in di restoran, sampai melancong ke luar kota.
Sayangnya hobi saya yang suka me time di ruang publik masih dianggap aneh di Indonesia. Seorang teman bahkan tanpa tedeng aling-aling menyebut kebiasaan saya ini tak lumrah dilakukan. Itu baru komentar orang dekat, masih ada tambahan pandangan menghakimi dari orang-orang yang melihat saya sendirian. Ketika menonton Dune kemarin saja, ada pasangan yang ngeliatin saya terus-menerus dengan tatapan bingung dan iba.
Jika bepergian sendirian di ruang publik merupakan hal yang aneh di Indonesia, hal ini tidak berlaku di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pergi sendirian di ruang publik sudah menjadi bagian fenomena budaya modern yang umum dikenal dengan istilah ohitorisama. Jika kita mencari tagar ohitorisama di Instagram dalam Bahasa Jepang, maka kamu akan menemukan ratusan ribu foto restoran, bioskop, tempat karaoke, tenda di tempat perkemahan atau transportasi yang menyoroti petualangan solo seseorang. Dikutip dari BBC Work Life, terhitung dari tahun 2020, semakin banyak orang yang menyatakan kecintaan mereka terhadap budaya ohitorisama.
Tidak hanya di Jepang, budaya pergi sendirian ini juga menyebar di berbagai belahan dunia. Misalnya di Swedia, restoran pop up bernama Bord For En (Table For One) sengaja dibuka untuk orang-orang yang ingin menikmati pengalaman dine in sendirian. Dinukil dari CNN Travel, pengunjung nanti akan mendapatkan pengalaman menyantap tiga course meal tanpa interaksi dengan orang lain di padang rumput yang rimbun di daerah Värmland.
“Setiap orang layak menghabiskan waktu dengan diri mereka sendiri,” kata Linda Karlsson, salah satu pemilik Bord For En.
Melihat fenomena di Jepang atau Swedia yang memandang bepergian sendiri di ruang publik sebagai sesuatu yang wajar, maka sudah sepatutnya kita mulai menormalisasi budaya tersebut. Nah, untuk kamu yang masih ragu memulainya, berikut ini ada 4 alasan mengapa kamu wajib banget melakukan me time di ruang publik.
Baca Juga: Just Because I'm Alone Doesn't Mean I'm Lonely
1. Tidak Perlu Repot-Repot Menyesuaikan Jadwal dengan Orang Lain
Saya termasuk seseorang yang gemar sekali melakukan me time dengan menonton film di bioskop. Alasannya, saya tak harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengajak orang lain guna menemani menonton film yang saya suka. Mengajak orang lain dan menyesuaikan jadwal mereka dengan jadwal menonton saya terlalu rumit. Kalau memang mereka tidak bisa menonton film di bioskop bareng, tanpa babibu saya akan memesan tiket sendiri.
Saya tidak mau ketinggalan menonton film yang sudah saya tunggu-tunggu hanya karena jadwal orang lain yang tidak sesuai dengan saya. Percayalah, menunggu orang lain untuk bisa memiliki jadwal yang sama denganmu akan berakhir pada akhir klise yang sama: Kamu pasti gagal menonton film yang sudah kamu tunggu-tunggu.
Tidak hanya itu, menonton film sendiri akan memberikan kamu waktu lebih untuk melakukan movie marathon. Hal yang pasti tidak bisa kamu lakukan kalau menonton bersama orang lain. Movie marathon membutuhkan waktu dan budget ekstra yang tidak setiap orang rela menghabiskannya. Namun, jika kamu menonton sendiri, kamu punya waktu luang dan uang yang lebih, kamu bisa melakukannya. Menyenangkan bukan?
2. Makan Apapun yang Kamu Mau
Ada hal yang saya paling suka ketika melakukan me time di ruang publik: Dine in di sebuah restoran. Makan di restoran seorang diri adalah sebuah kenikmatan yang tidak ternilai harganya. Hal ini karena saya bisa sesuka hati memesan menu apapun yang saya mau tanpa harus memusingkan orang lain. Setiap kali makan bersama orang lain apalagi jika makan di restoran keluarga, pasti “makan tengah” akan dipilih sebagai menu makanan kumpul bersama. Karena memilih menu tengah otomatis saya pun harus menyesuaikan makanan saya dengan orang lain.
Beruntung jika memang orang tersebut satu selera dengan saya, kalau tidak? Bukannya saya tidak bersyukur, tapi momen dine in di restoran adalah hal yang paling saya tunggu jika pergi keluar. Sehingga, setiap dine in di restoran saya selalu ingin memesan makanan yang sangat saya inginkan. Oleh karena itu jika “makan tengah” yang dipilih tidak sesuai dengan selera saya, tidak hanya saya makan seadanya terkadang saya jadi malas makan. Lebih baik saya memesan makanan sendiri saja.
Selain tidak perlu menyesuaikan dengan selera makan orang lain, dine in di restoran sendirian memberikan kamu kesempatan untuk makan apapun yang kamu kamu sepuas hati. Apalagi jika kamu terbiasa makan bersama dengan keluarga atau teman yang suka mengomentari nafsu makan kamu, inilah saatnya untuk kamu mencoba sensasi makan sendirian. Kamu juga tidak perlu repot berbagi makanan yang kamu suka dengan orang lain. Kamu bisa menikmati makanan kesukaanmu sendirian, mulai dari makan berat hingga penutup, mulai dari jajanan sehat hingga kudapan penuh micin. Inilah yang disebut sebagai kebahagiaan hakiki.
Baca Juga: ‘Me Time’ Bukan Mitos Bagi Orang Tua Baru, Ini Perlu Dilakukan Rutin
3. Belanja Sendirian adalah Sebuah Kebahagiaan
Saat kamu berbelanja dengan orang lain, pasti kamu tidak bisa leluasa memilih barang yang kamu suka apalagi jika orang tersebut sudah bete atau rewel ingin buru-buru pulang (seperti papa saya setiap kali mama saya mengajaknya belanja). Hal ini tidak akan terjadi kalau kamu berbelanja sendirian. Kamu akan punya waktu yang banyak untuk dirimu sendiri untuk menelusuri semua toko yang ingin kamu singgahi tanpa perlu repot memikirkan orang lain.
Kamu juga bisa menyesuaikan waktu berbelanja dengan pace kamu sendiri. Misalnya, kamu leluasa meluangkan waktu untuk melihat-lihat toko dan mencoba pakaian atau sekadar kepo. Jika kamu tidak menemukan apa pun di toko tertentu, tentu saja kamu bisa pergi kapan pun kamu mau tanpa harus menunggu orang lain yang kamu ajak.
Hal mengejutkan lain yang kamu tidak ketahui dari berbelanja sendirian adalah secara tidak langsung kamu bisa membangun rasa kepercayaan diri. Kamu belajar untuk percaya pada pendapat dan pilihanmu sendiri tentang sesuatu. Jika berbelanja bersama orang lain, pasti hal yang kamu lakukan adalah dengan menanyakan kepada orang tersebut apakah barang yang pilih bagus atau tidak. Jika orang tersebut bilang tidak bagus padahal menurutmu barang itu bagus, kepercayaan diri kamu akan menipis, kamu meragukan pilihanmu sendiri.
Hal yang tidak kalah penting adalah dengan berbelanja sendiri kamu tidak akan dibujuk untuk mencoba barang-barang yang tidak kamu suka atau membeli sesuatu yang sedang diskon 1 buy 1 bersama orang lain. Jujur, godaan buy 1 get 1 itu sangat berbahaya. Oleh karena itu, jika kamu berbelanja sendiri kemungkinan kamu untuk membeli barang promo itu akan berkurang. Kamu bisa lebih menghemat pengeluaranmu lho!
Baca Juga: The Lone Traveler
4. Mencoba Hal Baru dan Mengeksplorasi Dunia Baru Tanpa Batas
Me time di ruang publik adalah ruang untuk kamu berkembang. Jika kamu terbiasa pergi kemana-mana bersama orang lain, saya yakin kamu pasti ragu untuk mencoba sesuatu hal yang baru karena ada suatu dorongan di diri manusia untuk menyesuaikan diri sendiri dengan orang di lingkarannya sendiri. Namun, dengan melakukan me time di ruang publik sendirian kamu diberikan kesempatan mencoba hal baru yang mungkin sebelumnya kamu tidak terpikirkan akan kamu lakukan sebelumnya. Di saat bersamaan dengan melakukan me time di ruang publik, kamu akan dibukakan dunia baru tanpa batas.
Hal inilah yang saya alami ketika pertama kali saya keluar kota sendirian. Sesaat setelah saya wisuda S1, saya booking tiket kereta ke Semarang sendirian. Selama kurang lebih 1 minggu di Semarang, saya menumpang di rumah saudara saya dan mengkesplorasi Semarang dengan warna yang berbeda. Bepergian sendiri di ruang publik membuat saya dipaksa keluar dari zona nyaman saya dan memberikan saya kesempatan untuk bertemu dengan orang baru yang tentunya memperluas perspektif saya terhadap sesuatu. Saya misalnya jadi bisa dekat mendiang teman eyang saya yang kebetulan tinggal di Semarang dan mengobrol dengan beberapa pengunjung museum-museum yang saya singgahi.
Melalui perjalanan solo saya ini, saya juga jadi banyak mencoba hal-hal baru yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya, misalnya seperti merencanakan jadwal bepergian saya dengan budget pas-pasan sehingga mau tidak mengembangkan keterampilan baru seputar travel planning hingga tawar-menawar untuk tetap bisa membeli oleh-oleh walau uang saya pas-pasan dengan harga miring dari penjual (saya itu dulu tidak pernah bisa tawar menawar). Pengalaman-pengalaman ini memperkaya hidup saya dan membuka pikiran saya terhadap penemuan-penemuan baru tentang diri saya sendiri.
Ilustrasi oleh Karina Tungari
Comments