Supaya bisa lebih mengenal kompleksitas dari perceraian, lima film ini bisa membantumu melihat perceraian dari berbagai spektrum dan sudut pandang yang berbeda.
"Omongan-omongan di atas membuat saya merasa tidak diterima. Apa jangan-jangan saya akan langsung ditolak oleh keluarga pasangan, karena dianggap produk gagal dari sebuah pernikahan?" Omongan berbalut stigma selalu membayang-bayangi orang yang bercerai, terutama pihak perempuan, yang selalu jadi objek tuntutan-tuntutan masyarakat yang tidak masuk akal. Tidak hanya pihak perempuan, anak juga sering menjadi sasaran pernyataan-pernyataan negatif.
Sebagai anak dari orang tua yang bercerai, penulis menemukan relasi dalam film-film bertema perceraian.
Mengumbar keburukan mantan pasangan setelah berpisah bagi sebagian orang mendatangkan kesenangan sendiri, tetapi pada saat yang sama juga bisa memunculkan bumerang.
Perceraian adalah sebuah proses hijrah diri untuk menjadi lebih baik. Namun tantangan pertama dalam proses ini biasanya justru datang dari keluarga. Keluarga dekat alih-alih menasihati sering kali berperan sebagai pahlawan kesiangan yang justru memperkeruh keadaan.
Cara hijrah bermacam-macam, salah satunya dengan keluar dari pernikahan yang penuh kekerasan.
Aturan PSBB dan regulasi baru akibat pandemi membuat proses pengajuan cerai terhambat.
Mediasi bukan cara yang ideal untuk menyelesaikan atau mengatasi KDRT.
Banyak perempuan korban KDRT yang masih merasa malu jika bercerai karena masyarakat menimpakan tanggung jawab atas keharmonisan keluarga di pundak mereka.
Alih-alih dikunjungi suami, banyak narapidana dikunjungi pegawai pengadilan agama yang membawa surat cerai.