1. Apa Kata Feminis Soal Parkir Khusus Perempuan?
Netizen terbelah saat merespons lelucon komedi tunggal (komika), yang menyindir adanya fasilitas parkir khusus perempuan. Bahkan tak cuma berdebat, percakapan mereka juga menimbulkan persepsi yang keliru terhadap feminisme. Jika terus dibiarkan, dikhawatirkan persepsi tersebut lambat laun akan membuat banyak orang menjadi anti pada pergerakan tersebut.
Komika itu sendiri menyindir, perempuan harusnya tersinggung dengan fasilitas parkir khusus perempuan di pusat perbelanjaan. Sebab, menurutnya, fasilitas itu menyamakan perempuan dengan kelompok difabel. Ia juga berasumsi adanya fasilitas khusus tersebut menunjukkan sikap standar ganda kelompok pendukung feminisme yang tak hanya menginginkan perempuan untuk mandiri, namun juga meminta diistimewakan.
Baca selengkapnya di sini
2. ‘Hacker’ Bjorka di Antara Puja dan Cela
Belakangan, Bjorka, peretas anonim itu jadi buah bibir masyarakat Indonesia. Tak cuma jadi trending topic Twitter, Bjorka juga kerap mengisi headline media daring kita.
Melalui akun Twitternya @bjorkanism yang kini kena suspend, Bjorka membeberkan berbagai aksi pembobolan data yang ia lakukan. Terkadang, ia juga memperjualbelikan data-data ke pasar gelap. Masih ingat dengan kasus kebocoran data kartu SIM milik pelanggan Indonesia pada (31/8) silam? Ya, itu salah satu ulah hacker ini.
Meski membobol miliaran data pribadi warga, menariknya kini aksi Bjorka secara mengejutkan panen dukungan.
Simak artikelnya di sini.
3. Kulit Putih, Standar Kecantikan Peninggalan Pra-Kolonialisme yang Masih Populer
Dalam survei Magdalene yang melibatkan 725 responden lintas generasi, mulai dari generasi X (1965 – 1980), Y (1981 – 1994), hingga Z (1995 – 2010) ditemukan, sebanyak 56 responden yang mendefinisikan cantik secara harfiah berarti memiliki kulit putih. Sementara, sebanyak 254 orang memilih kulit glowing sebagai perluasan makna kulit cerah.
Bagaimana penjelasannya?
Ini artikel lengkapnya.
4. Buruknya Liputan Gender dan Minoritas di Media: ‘Kami Memang Salah, tapi…’
Diskriminasi terhadap LGBT di Bogor memperkuat temuan survei Saiful Mujani Research pada April 2022. Dalam survei itu dijelaskan, kelompok LGBT menjadi salah satu pihak yang paling tak disukai (dibenci) oleh para responden di Indonesia.
Lembaga yang sudah melakukan survei intoleransi sejak 1999 itu ingin menunjukkan, ada hubungan kuat antara pemberitaan media dan kebencian publik. Dulu di era Reformasi 1998, paling banter kelompok yang paling dibenci adalah Komunis, tapi LGBT masuk dalam daftar sejak kasus pembunuhan mutilasi Ryan Jombang. Ryan makin dapat sentimen negatif karena orientasi seksualnya yang menyukai lelaki.
Baca artikelnya di sini.
5. 5 Lagu Indonesia yang Biner dan Heteronormatif
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dekat dengan hubungan asmara. Baik merasakan secara langsung, atau melihat relasi orang-orang di sekitar. Bahkan, saya yang waktu itu masih SD udah mulai naksir dengan teman sekelas, dan sedikit-sedikit mengerti tentang relasi romantis.
Yang enggak disadari adalah, lagu-lagu tersebut hanya menggambarkan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Secara berulang, mereka menyebutkan kedua gender biner lewat liriknya, menekankan relasi heteroseksual. Ini mencerminkan sudut pandang masyarakat yang masih heteronormatif. Mereka belum mengakui keberadaan teman-teman LGBT, yang juga bagian dari penikmat musik Indonesia.
Baca artikelnya di sini.
Comments