1. Bahasa Cinta ‘Words of Affirmation’, Kapan Kita Tahu itu Cuma Gombal?
Afirmasi lewat kata-kata adalah cara Laras menerima, dan mengekspresikan rasa sayangnya. Dalam The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate (1992), Gary Chapman menyebutnya sebagai words of affirmation.
Selain mengomunikasikan rasa sayang, bahasa cinta itu juga digunakan untuk menyampaikan apresiasi dan sikap menghargai. Kata-kata yang disampaikan pun tidak harus langsung diutarakan, tetapi lewat berbagai medium. Contohnya telepon, catatan, atau surat.
Baca selengkapnya di sini
2. Surat untuk Mendiang Puput: ‘Matahari di Sana Lebih Cerah, Nak!’
Dear Puput,
Bunda masih ingat kamu pulang ke rumah dengan mata sembab. Tak ada lagi yang mau berteman, katamu saat itu. Orang-orang menjauh, di setiap sudut sekolah pun hinaan dan perundungan jadi kawan. “Ih takut, ada anak HIV,” “Jangan temenan sama Puput,” dan seterusnya.
Tentu saja hati Bunda sakit. Dunia Bunda runtuh mendengar putri kesayangan Bunda diperlakukan begitu. Hari ini saat Bunda menulis surat untukmu, sisa-sisa luka itu masih
menganga. Namun, Bunda harus tetap kuat menuliskannya. Sebab, ini tak cuma jadi puisi kangen Bunda untukmu tapi juga penguat untuk ibu-ibu lain yang punya masalah serupa.
Baca artikelnya di sini
3. Apa itu ‘Thirst Trap’: Ketika Selfie Amanda Zahra Jadi Kontroversi
Familier dengan thirst trap? Istilah ini belakangan banyak dibicarakan warganet Indonesia. Semua bermula saat Amanda Zahra mengunggah foto selfie di akun Twitternya pada (17/10). Dalam foto tersebut, ia menggunakan kemeja dan celana pendek matching berwarna biru. Foto Amanda meraup banyak likes dan retweet.
Meski dipuji, selfie Amanda juga banjir hujatan karena dianggap terlalu vulgar. Akun @serbasendiri mencuit pose yang Amanda lakukan layaknya pekerja seks yang sedang Open Booking Out (BO) Amanda sampai disarankan untuk pergi ke psikolog.
Baca selengkapnya di sini
4. Ramai-ramai Caleg Perempuan Pamer Citra Salihah di Medsos
Para pemilih di Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, cenderung lebih suka mencoblos kandidat yang memiliki kepribadian religius dan gaya hidup serta penampilan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Preferensi ini sejalan dengan meningkatnya tren menuju kesalehan bagi Muslim.
Selama periode kampanye, banyak kandidat yang mengikuti kontestasi politik di Indonesia memanfaatkan media sosial untuk menampilkan citra ketakwaan mereka. Calon legislatif (caleg) perempuan, secara khusus, menggunakan media sosial untuk membawa perubahan sosial dan mendorong perempuan untuk terlibat dalam politik.
Baca artikelnya di sini
5. Review ‘Inang’: Cerita Horor Perempuan yang Menghadapi Kehamilan Tak Diinginkan
Inang adalah sebuah film thriller karya Fajar Nugros. Bercerita tentang Wulan, seorang perempuan yang mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD). Wulan (Naysila Mirdad) kemudian memutuskan untuk tinggal bersama calon orang tua angkat jabang bayi yang sedang dikandungnya. Rumah luas serta makanan enak jadi kenikmatan yang ia rasakan setelah pindah ke kediaman milik Eva dan Agus. Namun, sayangnya kebahagiaan Wulan tidak bertahan lama. Ternyata bayi yang dikandungnya akan dikorbankan demi sebuah mitos, bernama Rebo Wekasan.
Sebelum pindah ke rumah Eva dan Agus, Wulan menempati kamar kontrakan kecil di dalam gang. Ia dikelilingi oleh penyewa lain yang mayoritas adalah masyarakat kelas bawah. Membayar uang sewa bagi Wulan yang bekerja sebagai kasir swalayan bukan hal mudah. Setelah hamil, penghasilannya makin tidak bisa menutupi seluruh kebutuhan. Sehingga Wulan terpaksa hengkang dari kontrakannya.
Baca artikelnya di sini.
Comments