Drama Korea Weightlifting Fairy Kim Bok-joo ini sungguh merupakan tontonan ringan nan manis yang sangat tepat di tengah pandemi ini. Tanpa konflik-konflik dramatis yang bikin julid di medsos, drakor keluaran tahun 2016 ini tak pernah gagal membuat saya terhibur dan bangkit dari rasa bosan, bahkan setelah berulang kali menontonnya.
Temanya sebetulnya sederhana, yaitu proses coming of age dan beragam kegalauan yang dialami anak-anak kuliah usia awal 20-an. Tapi drakor ini juga mempromosikan banyak nilai kehidupan penting yang kerap terlupakan ketika kita mulai membicarakan apa yang kita alami ketika menjadi orang dewasa.
Drakor Weightlifting Fairy Kim Bok-joo ini mengisahkan keseharian dan perjuangan para mahasiswa di universitas olahraga Haneol untuk bisa menjadi atlet profesional. Dua tokoh utamanya adalah Kim Bok-Joo (diperankan Lee Sung Kyung), perempuan atlet angkat berat, dan Jung Joon-hyung (Nam Joo Hyuk), seorang perenang. Keduanya adalah teman masa kecil yang lama terpisah, yang kembali dipertemukan kembali di universitas yang sama, bersahabat, dan kemudian saling jatuh cinta.
Baca Juga: Kim Yeo-jin, Aktris Drama Korea ‘Vincenzo’ yang Juga Seorang SJW
Ini tema klise dalam drama Korea, tapi sang writer-nim dengan canggih menulisnya menjadi kisah cinta yang manis, sambil menyisipkan isu-isu sosial seperti ayah tunggal, kehilangan ibu, body image, kesenjangan ekonomi, dan stereotip negatif terhadap perempuan.
Karakterisasi dan akting solid dari semua aktor, termasuk para tokoh pendukung berhasil menghidupkan cerita. Kedua aktor utama punya chemistry yang kuat dan menggemaskan. Lalu kisah-kisah sahabat karib Bok-joo, sahabat dekat Joon-hyung, ayah dan paman Bok-joo yang keras dan blakblakan tapi penyayang, serta pelatih dan teman-teman kuliah Bok-joo, juga menyenangkan untuk diikuti.
Kisah keseharian mereka ini sarat dengan nilai pendewasaan yang menyentuh dan menghangatkan hati. Narasi dan dialognya dibangun dengan konflik-konflik sederhana yang memang kita alami di keseharian. Tak ketinggalan humornya yang tak pernah gagal membuat kita tertawa terbahak-bahak karena tingkah polah polos dan kocak para tokohnya.
Berikut adalah beberapa nilai dan pelajaran penting yang bisa saya dapatkan dari drama korea Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo.
Baca juga: Hospital Playlist Meredefinisi Komitmen Lewat Konflik yang Humanis
1. Kim Bok-joo Menjalani Proses Pendewasaan dengan Orang-orang yang Tepat
Selama berkuliah dan menjadi atlet angkat berat, Kim Bok-joo harus mengalami berbagai konflik eksternal sampai krisis eksistensial. Mulai dari kecemasan terhadap masa depan yang tidak pasti, konflik keluarga, masalah dalam pergaulan, sampai problem asmara.
Ada titik di mana Bok-joo sampai merasa depresi, kehilangan semangat sampai berpikir untuk menyerah (poin plus drakor ini karena membahas kesehatan mental). Untungnya, Bok-joo tidak menutup diri dari teman-teman dan keluarganya yang selalu berusaha mendukung dia.
Persahabatan yang erat dengan Nan-hee dan Seon-ok menggambarkan bagaimana hubungan yang sehat dan dewasa bukan hanya soal asyik nongkrong, begadang, atau makan bareng. Tapi juga soal dukungan emosional dan telinga yang bisa mendengarkan ketika orang terdekat kita sedang ditimpa masalah.
Inilah salah satu esensi terpenting yang saya tangkap dalam drama ini. Bahwa hubungan yang baik—entah dengan teman, keluarga, atau pacar—selalu dilandaskan pada kesadaran untuk saling mendukung untuk menjadi orang yang lebih baik, juga untuk mencapai impian masing-masing. Dukungan moral dan emosi positif yang mereka berikan selalu bisa menjadi penyemangat dan pewarna hari-hari yang berat.
2. Kamu Boleh Berubah sebagai Bagian dari Pendewasaanmu
Drakor Weightlifting Fairy Kim Bok-joo dengan andal menggambarkan proses perkembangan karakter dari tiap tokoh secara gamblang dan realistis. Cara pandang Bok-joo dan Joon-hyung mengenai cita-cita mereka, diri mereka sendiri, sampai siapa yang mereka pilih untuk menjadi pasangan hidup, mengalami banyak perubahan.
Salah satunya, di awal cerita, Bok-joo dikisahkan menyukai Jae-yi, kakak Joon-hyung yang seorang dokter ganteng. Tapi akhirnya, Bok-joo menyadari bahwa orang yang benar-benar ia inginkan untuk jadi pasangannya adalah Joon-hyung, yang selalu setia ada di sampingnya.
Ini memberi saya pelajaran bahwa mengubah keputusan hidup bukan berarti kita plin-plan dan tidak konsisten. Sering kali, kondisi hidup dan kematangan emosional yang lebih baik justru baru bisa kita dapatkan setelah melakukan perubahan itu. Atau bahkan, perubahan itulah yang menjadi perwujudan hasil pendewasaan kita.
Baca juga: 5 Drama Korea yang Tampilkan Ragam Karier Perempuan
3. Hubungan Kim Bok-joo dan Nam Joon-hyung Sungguh #RelationshipGoals
Hubungan Bok-joo dengan Joon-hyung adalah salah satu hubungan paling sehat yang pernah saya saksikan di film atau serial. Mereka sangat apa adanya, tanpa manipulasi, dan selalu saling mendukung sekaligus mengoreksi dengan baik. Meski tetap unyu dan uwu-uwu tapi interaksi mereka realistis, dan mereka berjalan beriringan dalam upaya menemukan jati diri masing-masing.
Kisah hubungan mereka juga berhasil mendobrak stereotip laki-laki dan perempuan dalam sebuah hubungan. Joon-hyung tidak pernah insecure karena fisik Bok-joo lebih kuat. Bok-joo juga tidak pernah mempermasalahkan Joon-hyung yang jauh lebih perasa daripada dirinya.
Setelah berpacaran pun keduanya tidak lantas mengubah diri habis-habisan demi pasangan atau standar masyarakat. Joon-hyung selalu menyayangi Bok-joo apa adanya, dan menyemangati Bok-joo untuk terus konsisten menjadi atlet angkat berat, ketika sang pacar sedang merasa tidak percaya diri karena dianggap tidak seperti perempuan “seutuhnya”.
Hubungan mereka lebih seperti dua orang sahabat yang selalu saling mendukung, tidak saling menuntut, dan juga fun dan konyol tanpa harus jaga image.
4. Karakter Nam Joo Hyuk Perlihatkan Maskulinitas Tidak Perlu Toksik
Joon-hyung, yang diperankan Nam Joo Hyuk, adalah cowok kocak yang asyik diajak ngobrol apa saja, dan juga hangat dan penyayang terhadap siapa saja, terlebih kepada Bok-joo. Joon-hyung tidak ragu mengungkapkan kata-kata sayang atau menunjukkan afeksi kepada orang tua dan kakaknya.
Yang terpenting lagi, Joon-hyung juga seorang laki-laki yang tidak gengsi menunjukkan kesedihan, amarah, sampai tangisannya kepada orang-orang terdekatnya. Hal ini adalah penggambaran yang layak diapresiasi, karena tidak melanggengkan tuntutan-tuntutan tidak masuk akal mengenai maskulinitas laki-laki, yang menabukan mereka untuk menunjukkan sisi rapuh dan sensitifnya.
5. Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo Gambarkan Ragam Bentuk Keluarga
Drama Korea ini menyuguhkan beragam bentuk keluarga dengan esensi kehangatan yang sama. Ada keluarga Bok-joo yang terdiri dari ayah dan pamannya, karena ibunya telah meninggal. Sementara Joon-hyung dibesarkan oleh orang tua angkat, yaitu paman dan bibinya, bersama kakak sepupunya.
Tapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi orang-orang tersebut untuk membangun keluarga yang harmonis dan kehidupan yang baik bagi semua. Kita juga bisa meneladani bagaimana peran gender yang cair diterapkan di dalam keluarga Bok-joo.
Bok-joo sebagai perempuan satu-satunya di rumah tidak pernah dibebankan untuk mengurus semua urusan rumah tangga. Memasak, mencuci, dan merapikan rumah menjadi tanggung jawab semua orang. Bahkan porsi itu kelihatannya lebih banyak diambil oleh ayah dan paman Bok-joo, sebagai bentuk dukungan agar Bok-joo bisa fokus menjalankan jadwal latihan dan pertandingannya, dan beristirahat di hari libur.
Baca juga: 7 Drama Korea Layak Tonton buat Kamu yang Skeptis
6. Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo Tampilkan Isu Citra Tubuh dan Ragam Kecantikan
Drakor Weightlifting Fairy Kim Bok-joo menampilkan keberagaman kecantikan perempuan, dari mulai bentuk tubuh, gaya rambut, cara berpakaian, sampai porsi makan. Terutama karena drama ini berpusat mengisahkan tim angkat berat, yang kebanyakan perempuannya dianggap tidak memedulikan penampilan.
Sementara itu, para atlet senam ritmik, yang memenuhi standar kecantikan masyarakat, dituntut sekurus mungkin dan akhirnya mengalami gangguan pola makan. Sebagian dari mereka juga suka mengolok-olok Bok-joo dkk. karena dianggap berpenampilan jelek.
Baca Juga: Drakor ‘Mr. Queen’, Aset Negara dan Bentuk ‘Soft Power’ Korea Selatan
Meski begitu, drama ini tidak berakhir dengan menampilkan Bok-joo sebagai cewek yang mengubah penampilannya habis-habisan hanya karena berpacaran dengan cowok ganteng. Meski sempat merasa tidak percaya diri dengan tubuh dan penampilannya, Bok-joo berhasil berdamai dengan keadaan, menerima dirinya sendiri, dan membuktikan bahwa nilai terbaik dari diri seseorang adalah bagaimana ia bersikap baik dan empatik kepada sesama, bukan sekadar soal memenuhi standar masyarakat tentang penampilan fisik perempuan.
7. Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo Tontonan yang Penuh Komedi
Sudah kita bahas di atas kalau jalan cerita yang disuguhkan oleh 'Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo' terasa sangat ringan dan menyegarkan dari hubungan setiap karakternya. Selipan-selipan adegan komedi di setiap episode sangatlah pas dinikmati waktu kamu lagi butuh tontonan yang bikin ketawa.
8. Drakor Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo Tidak ada Karakter Antagonis
Dalam drakor 'Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo' kamu tidak akan menemukan karakter antagonis. Pada saat mulai menonton, biasanya para penonton pasti akan memilih karakter Song Shi Ho sebagai orang jahat. Tapi setelah mengikuti terus cerita drama ini, tokoh Song Shi Ho lalu mengalami pengembangan karakter yang menjadi baik.
9. Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo Terasa Sangat "Dekat" dengan Kehidupan Sehari-hari
Karena memang berasal dari kisah nyata, enggak mengherankan kalau banyak kejadian dari plot 'Weightlifting Fairy Kim Bok-Joo' terasa sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Contohnya misal saat Kim Bok Joo yang merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya saat ia suka dengan seorang dokter gizi.
Comments