Saya selalu menunggu-nunggu kartun Jepang (anime) favorit saya tayang di televisi. Salah satu anime pertama yang saya tonton adalah anime shonen Hunter x Hunter karya Yoshiro Togashi. Anime ini berkisah tentang petualangan anak laki-laki berusia 12 tahun, Gon Freecs, yang bercita-cita menjadi hunter (profesi yang membutuhkan lisensi resmi untuk keahlian tertentu, biasanya mereka bekerja sebagai pemburu harta karun, body guard, dan lainnya. Red) terhebat agar ia bisa bertemu dengan sang ayah, yang juga hunter.
Dalam perjalanannya, Gon bertemu dengan beragam orang hingga berkawan dengan Leorio, hunter yang bermimpi belajar di sekolah kedokteran; Kurapika yang jadi hunter untuk balas dendam atas genosida sukunya; dan Killua, anak laki-laki seusia Gon yang sebetulnya adalah mantan pembunuh bayaran. Semua karakter dalam anime ini memiliki latar belakang dan sifat yang menarik sekali, tetapi saat itu saya sangat menyukai karakter Killua, karena sisi tsundere-nya yang terkadang bikin gemas (walau ada yang bilang Killua lebih cenderung Kuudere dan Yandere).
Baca juga: Waspada, Kekerasan Emosional Bisa Diam-diam Membunuhmu
Sebagai anak yang dibesarkan dalam keluarga pembunuh bayaran, sedari kecil Killua diajarkan untuk tidak memperlihatkan emosinya dan agak sulit menampakkan afeksi terhadap Gon. Namun, di balik sisi “enggak peduli” Killua, Gon tahu betul Killua menyayangi sahabat-sahabatnya. Selain Killua, Leorio juga tipikal karakter laki-laki tsundere yang lebih berapi-api dan emosional daripada Killua. Walaupun begitu, Leorio tetap peduli dengan ketiga sahabatnya.
Jadi, Sebetulnya Apa itu Tsundere?
Tsundere adalah istilah dari Bahasa Jepang yang diberikan kepada karakter yang terlihat keras, emosional, dan terkadang acuh. Namun ternyata sifat keras tersebut sebenarnya ditunjukkan karena ia peduli dengan karakter lain. Ada juga karakter tsundere yang digambarkan sebagai karakter yang supel dan ceria, dan bakal berubah drastis menjadi karakter yang agak kasar untuk menutupi perasaan sukanya pada karakter yang ia cintai.
Dikutip dari laman TV Tropes, karakter tsundere sendiri memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya tsundere klasik yang biasanya adalah karakter perempuan tomboy. Biasanya, karakter-karakter tsundere ini lebih populer dalam genre romantic-comedy, yang biasanya salah satu karakter, atau mungkin bisa kedua karakter yang saling menyukai, agak sulit mengungkapkan perasaan mereka, hingga akhirnya bersikap agak kasar terhadap satu sama lain.
Apakah Jadi Tsundere di Dunia Nyata itu Unyu?
Saya akui beberapa karakter favorit saya ini memiliki sifat tsundere totok, emosional, menyebalkan, dan terkadang minta ditampol tapi tetap lovable. Di dunia fiksi, kita masih bisa memakluminya, tapi di dunia nyata, jika punya gebetan atau teman macam ini, sebaiknya justru kita hindari karena cenderung toksik.
Baca juga: Celana Rangkap di Balik Seragam Tanda Mengakarnya Pelecehan Seksual
Coba bayangkan jika kita bertemu dengan karakter Tsukasa Doumyouji dalam manga shoujo Hana Yori Dango yang awalnya sering merundung protagonis utamanya Tsukushi Makino, tapi akhirnya dia jadian dengan Tsukushi. Jatuh cinta dengan pelaku perundungan bukanlah sesuatu yang “romantis” di dunia nyata. Sikap-sikap kasar yang diperlihatkan oleh si tsundere bisa sangat berdampak pada orang-orang disekitarnya secara fisik maupun mental.
Berikut beberapa alasan kenapa sikap tsundere itu nggak banget kita lakukan.
1. Tsundere terlihat kekanak-kanakan
Walaupun saya menyukai karakter tsundere, saya tidak memungkiri juga kalau sikap mereka terlalu kekanak-kanakan. Salah satu yang sering saya lihat dalam cerita-cerita di manga, karakter ini sulit sekali mengungkapkan perasaannya seperti mengucapkan terima kasih, dan memilih untuk bersikap kasar ketika ia mendapat afeksi dari orang lain. Alih-alih membicarakan perasaannya dengan terbuka, si individu memutuskan untuk menutupinya dengan kata atau sikap kasar. Ini, sih bukannya unyu tapi kekanak-kanakan.
2. Cari Perhatian Enggak Perlu dengan Melecehkan
Mungkin kamu sering melihat adegan karakter anak laki-laki yang yang cari perhatian pada karakter anak perempuan. Misalnya, dengan menyibak rok si anak perempuan sampai kelihatan celana dalamnya. Lalu, teman-teman si perempuan berkata, hal itu dilakukan si anak laki-laki karena ia suka dengan si perempuan tersebut. Logika ini sungguh keliru, sebab menyukai orang tak sama dengan melakukan pelecehan seksual.
Faktanya, di dunia nyata, anak perempuan yang mengalami hal ini pasti merasa sangat malu dan mungkin merasa dirinya tidak berharga lagi setelah mendapatkan perlakuan seperti ini. Jika sikap-sikap melecehkan seperti ini dimaklumi dengan dalih “si cowok caper karena suka”, saya yakin semakin banyak orang-orang yang akan menormalisasi kekerasan seksual. Selain itu, mereka akan menganggap perempuan mestinya bersyukur mendapatkan perlakuan seperti itu karena ada laki-laki yang menyukainya.
3. Emosional dan Gampang Main Tangan
Dalam beberapa adegan di anime atau manga, ada beberapa karakter tsundere yang ketika dia malu saat diberikan afeksi oleh love interest-nya, malah membalasnya dengan menonjok atau menampar si love interest dengan muka yang merona. Kalau misalnya, ini kamu lakukan di dunia nyata, tentunya kamu bakal dicap sebagai orang super kasar dan menyebalkan. Orang yang gampang main tangan serta emosi yang meledak-ledak menjadi salah satu red flag dari orang-orang toksik.
Baca juga: Pasangan dalam Film yang Tak Seharusnya Jadi #CoupleGoals
Jika kamu memang tidak bisa mengutarakan apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu rasakan, entah apapun alasannya, itu berarti kamu butuh bantuan konsultasi ke psikolog agar kamu bisa mengatasi anger issue yang kamu gunakan untuk menutupi perasaanmu.
Comments