Women Lead Pendidikan Seks
November 17, 2020

Apa Salahnya ‘Make Up’ Walaupun di Rumah Saja?

Make up walaupun sedang di rumah saja adalah cara perempuan menghargai diri sendiri.

by Sybill November
Lifestyle // Health and Beauty
Share:

Karena ulah secangkir kopi yang saya minum makan malam tadi, saya masih terjaga sampai 2 jam pagi. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otak saya. Saya mulai memilih pakaian di lemari, mencatok rambut saya, memoles foundation ke wajah, menggambar alis, dan mewarnai bibir saya dengan lipstik.

Saya senyum-senyum sendiri di depan cermin, memuji betapa cantiknya saya malam..err dini hari ini. Lalu saya berpikir untuk mengabadikan dalam beberapa gambar, edit-edit tipis, mencari teks di internet dan voilaa, salah satu masterpiece saya berhasil saya bagikan di Instagram.

Saat saya sedang mengagumi unggahan sendiri, sebuah pesan dari seorang lelaki mampir ke pesan pribadi saya.

“Dandan jam 2 pagi?! Buat apa?!?” tulisnya.

Self pleasure,” balas saya.

“Jam 2 pagi siapa yang lihat? Hantu?” dia tertawa mengejek.

Sebentar, sebentar. Memangnya perempuan tidak boleh bersolek untuk dirinya sendiri? Saya, kamu, dan banyak perempuan di luar sana pernah bersolek jam 2 pagi. Berganti-ganti pakaian hanya untuk melihat pantulan diri di cermin. Percaya atau tidak, saya melakukannya benar-benar untuk kesenangan pribadi yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.

Baca juga: Raisa dan Ekspektasi Cantik Natural

Kalau bersolek hanya untuk menyenangkan visual orang, lalu kenapa teman saya masih memoles lipstik padahal ditutupi masker seharian? Dia tidak pernah keberatan memulas bibirnya berulang kali setelah membuka masker atau setelah makan. Untuk apa? Untuk dipuji orang lain? Saya rasa tidak.

Salah satu teman saya bahkan lebih nyaman untuk tidak bersolek sama sekali. Masa bodo dengan ejekan orang-orang yang menjulukinya hideung (hitam) karena bedak bayi adalah satu-satunya alat rias yang dia punya. Lebih lagi, dia tidak pernah sibuk mengurusi riasan orang lain.

Selama pandemi, saya sendiri masih mengaplikasikan rutinitas bersolek saya padahal sedang kerja di rumah (WFH). Untuk apa? Pertanyaan itu sering muncul tiap kali ada yang melihat saya memoles perona pipi seharga Rp500 ribu ke wajah. Lalu saya mulai berpikir, apakah merias diri itu sebatas pagar rumah? Atau sudah menjadi standarnya perempuan untuk selalu cantik 24 jam?.

Berkat patriarki, perempuan yang suka bersolek dianggap semata-mata untuk menarik perhatian lelaki. “Wajib cantik” 24 jam hanya agar lelakimu tak melirik perempuan lain. Bersolek untuk diri sendiri adalah lelucon di mata partriarki. Kecantikan saya dinilai sebatas pandai tidaknya saya memoles lipstik dan bedak pada wajah.

Baca juga: Bagaimana Rias Wajah Mengubah Hidup Saya Sebagai Laki-laki

Pertanyaan seperti “kamu kok pucat” atau “kamu sakit ya” sering mampir ke telinga saat saya kedapatan tidak bersolek pada suatu kesempatan. Padahal saat itu saya benar-benar lagi kehilangan keinginan untuk bersolek. Seakan perempuan hidup hanya untuk menyenangkan visual orang lain. Kalau enggak menyenangkan pasangannya, ya warganet nyinyir. Ugh, pemikiran seperti itu sudah usang, hyung

Sekarang, perempuan bisa bersolek sesukanya. Berdandan dengan riasan lengkap walau hanya kucing peliharaan yang menyaksikan atau wajah polos selama berbulan-bulan dan tiba-tiba merias diri hanya demi sebuah foto. Bebas, lakukan saja apa pun yang membuatmu bahagia.

Bagi saya, riasan adalah salah satu cara perempuan untuk menampilkan dirinya persis seperti yang dia pilih. Mau make up tipis, heavy make up, atau bare face sekalipun tidak masalah. Selama kamu melakukannya secara sadar dan tanpa paksaan ya kenapa tidak.

Baca juga: Dompet Aman, Kulit Nyaman: 10 Produk ‘Skincare’ yang Tak Kuras Kantong

Penting untuk menanamkan dalam diri kalau kamu tidak boleh membiarkan orang lain memutuskan apakah kamu lebih baik saat pakai riasan atau tidak. Kamu yang memutuskan bagaimana kamu merepresentasikan diri kamu. Yang bertanya “untuk apa” tidak pernah merasakan “aha moment” saat kamu menemukan warna foundation yang cocok dengan kulitmu atau senangnya kamu saat lipstik merah yang dibeli kemarin begitu menyatu dengan bibirmu.

Menurut saya, memasang make up saat di rumah saja adalah bentuk cinta seorang perempuan pada diri sendiri. Lelah juga lama-lama mengikuti standar masyarakat dan lupa kalau merayakan diri sendiri itu juga perlu. Saya jatuh cinta pada make up dan merias diri adalah salah satu cara saya menghabiskan waktu selama pandemi. Make up juga menjadi sebuah pelarian yang menyenangkan buat saya dari suasana dunia yang tidak menentu.

Sama seperti lelaki yang menghabiskan waktunya bermain gim atau konsol, saya menghabiskan sore saya untuk duduk di depan meja rias. Saya berkata pada pantulan diri di cermin, “Saya cantik dan saya layak mendapatkannya.” Kalau itu bukan untuk menghargai diri sendiri, I don’t know what is dear.

Sybill November adalah manusia yang hobi menulis bacotannya tentang perempuan dan patriarki di story IG. Hampir membenci matahari tapi bukan vampir dan penikmat kopi tubruk kelas berat. Karena terlalu senang berkhayal tentang dunia lain, akhirnya ia memutuskan untuk menerbitkan buku fantasi berjudul “Dunia Yang Hanya Tuhan Tahu”.