Jika kamu mencari tontonan di mana perempuan ditampilkan dalam dimensi beragam, silakan tonton Big Sky. Serial ABC Network bergenre kriminal ini secara keseluruhan didominasi oleh karakter perempuan tangguh, berani, dan percaya diri. Tak hanya menonjolkan karakter perempuan berdaya, serial yang rilis perdana pada November 2020 itu juga membedah ketimpangan dan kekerasan perempuan bahkan hingga di level terkecil di keluarga.
Baca Juga: Setop Romantisisasi ‘Softboy’ dalam Drakor ‘Nevertheless’!
Big Sky mengisahkan tentang detektif swasta perempuan, Cassie Dewell (Kylie Bunbury) dan Jenny Hoyt (Katheryn Winnick), yang berusaha memecahkan kasus penculikan sopir truk terhadap dua kakak beradik di Montana. Permasalahan itu semakin kompleks ketika mereka menemukan ada perempuan lain yang diculik dan suami Jenny yang menghilang di saat bersamaan.
Berikut hal-hal menarik yang dicatat oleh Magdalene dari serial ini:
Kekerasan terhadap Perempuan
Rick Legarski (John Carroll Lynch), polisi di Montana, mengajak sopir truk, Ronald Pergman (Brian Geraghty), untuk memperdagangkan perempuan sebagai pekerja seks. Ronald bertugas menangkap dan menyekap korban di gudang, sebelum mengirim mereka ke Kanada. Selama penyekapan, mereka memborgol tangan dan kaki tawanannya hingga memberikan makanan yang tidak layak. Ini belum termasuk parade penyiksaan yang menimpa perempuan sebagai kelompok rentan, seperti dialami oleh karakter Jerrie Kennedy (Jesse James Keitel).
Kekerasan terhadap perempuan juga ditampilkan saat Rick mengintimidasi Cassie agar tidak ikut campur dalam penyelidikan kasus penculikan. Lantas Ronald mencekik ibunya, Helen Pergman (Valerie Mahaffey), karena mencurigainya sebagai pelaku penculikan.
Di balik kekerasan yang disorot, serial yang diadaptasi dari buku berjudul The Highway karya C.J. Box ini turut memperlihatkan perempuan yang mendukung satu sama lain. Misalnya karakter salah satu tawanan, yakni Grace Sullivan (Jade Pettyjohn), yang rela datang ke TKP dan memberikan keterangan sejelas mungkin agar tidak ada perempuan lainnya yang menjadi korban penculikan Rick dan Ronald. Walaupun saat itu ia masih mengalami trauma.
Baca Juga: Perangi Kekerasan Seksual dengan Kampanye ‘No! Go! Tell!’
Karakter dengan Sindrom Peter Pan
Di balik perbuatannya, karakter Ronald sebenarnya seorang man-child. Ia akan datang ke kamar Helen saat tak bisa tidur. Bahkan, setelah ibunya meninggal, Ronald datang ke pusaranya dan terlelap di sana, berharap bisa merasakan kehangatan ibunya.
Sifat man-child dalam diri Ronald pun ditunjukkan melalui perilaku lainnya. Ia senang makan sereal di berbagai waktu, sulit mengontrol emosi dan meluapkannya dengan merusak barang-barang—atau marah pada ibunya, dan membiarkan ibunya melakukan pekerjaan domestik.
Emosinya yang tidak stabil terlihat ketika ibunya kecewa dengan profesi Ronald sebagai seorang sopir truk yang tidak bisa dibanggakan. Selain itu, ia juga selalu berteriak dengan lawan bicaranya ketika berada di bawah tekanan, seperti saat polisi mulai mencari pelaku penculikan.
Baca Juga: Masih Banyak Negara Ramah pada Pemerkosa
Saat emosinya meledak, ia cenderung mengucapkan kalimat yang sering diucapkan oleh Helen seolah dituturkan langsung olehnya, seperti, “We keep a clean house, Ronald. We don’t like filth.”
Beberapa hal tersebut juga menunjukkan, ia mengalami sindrom Peter Pan, yakni sikap orang dewasa yang tidak tumbuh dewasa secara sosial dan psikologis. Umumnya, sindrom ini dialami seseorang berdasarkan masa kecilnya, yaitu pola asuh permisif dan orang tua yang protektif. Oleh karena itu, anak tidak siap memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa.
Kentalnya Budaya Patriarki
Selain berfokus pada kejahatan yang dilakukan Ronald, serial ini juga menyorot budaya patriarki dalam keluarga Kleinsasser yang sibuk memperebutkan hak milik peternakan. Sebagai kepala keluarga, Horst Kleinsasser (Ted Levine) menilai hanya salah satu dari ketiga putranya yang pantas meneruskan posisinya. Cheyenne Kleinsasser (Britt Robertson) yang merupakan anak perempuan satu-satunya, merasa sudah saatnya bertindak setelah haknya dibungkam oleh sang ayah.
Terlepas dari urusan harta, Horst pernah memintanya untuk mengucapkan maaf karena menusuk kaki salah seorang kakaknya menggunakan garpu. Padahal ia bertindak demikian karena dipukul lebih dulu. Adegan ini menunjukkan bagaimana perempuan tidak memiliki kebebasan untuk membela dirinya dan membenarkan setiap perlakuan laki-laki.
Tak hanya anak perempuan yang menjadi korban patriarki dalam keluarga tersebut. Sang ibu, Margaret Kleinsasser (Michelle Forbes), juga mengalami hal serupa. Ia mematuhi seluruh perintah dari Horst, mulai dari mendengarkan tanpa ada kesempatan didengarkan hingga minta dibuatkan kopi dengan cara yang tidak sopan.
Nahasnya, ia selalu melakukannya. Termasuk saat Horst menuntut dimasakkan makan malam, ketika istrinya baru saja pulang dari rumah sakit pasca melahirkan Cheyenne.
Untungnya, Margaret mau mendengarkan kata-kata putrinya untuk memberontak dan mengalahkan kekuasaan suaminya. Meskipun, budaya patriarki yang kental itu baru menghilang setelah seluruh laki-laki dalam keluarga Kleinsasser meninggal akibat dibunuh.
Secara garis besar, serial Big Sky merepresentasikan realitas kita saat ini, bagaimana laki-laki masih mendominasi kehidupan sekaligus pembuktian perempuan yang mampu mendobrak budaya patriarki, baik itu dalam keluarga maupun lingkungan pekerjaan.
Selain itu, Big Sky juga membuktikan kehidupan yang lebih baik akan tercipta dengan adanya kerja sama antara laki-laki dan perempuan melalui karakter polisi dan detektif swasta dalam membekuk pelaku kejahatan.
Comments