Dalam satu adegan miniseri Maid (2021) di Netflix, Alex (Margaret Qualley) mengenang kali pertama ia bertemu pacar sekaligus ayah dari putrinya, Sean. Saat itu, ia bekerja sebagai pramusaji yang beraspirasi menjadi penulis. Alex sedang membacakan esai pribadinya di hadapan pelanggan yang mengacuhkannya, kecuali Sean. Hal itu yang membuatnya tertarik dengan lelaki itu.
Namun, secepat memori ‘bahagia’ itu datang, Alex langsung mengingat Sean adalah sosok yang tidak takut melempar barang pecah belah ke arahnya sampai meninju tembok ketika mabuk. Amarah dari pacarnya itu juga sering menempatkan anak tiga tahunnya, Maddy (Rylea Nevaeh Whittet) dalam posisi bahaya. Takut hal buruk akan terjadi pada putrinya, Alex ‘kabur’ dari “neraka” itu bersama Maddy.
Dengan durasi satu jam untuk setiap sepuluh episodenya, Maid secara umum menceritakan ibu yang mencoba keluar dari relasi penuh kekerasan melalui kisah Alex. Namun, pergi dari hubungan toksik tidak mudah ketika ada isu hukum yang mampu membuat Alex kehilangan Maddy lantaran tidak memiliki pekerjaan dan rumah–dua syarat penting yang membuatnya pantas dipertimbangkan sebagai wali.
Baca juga: Ulasan ‘Georgia’: Jalan Berliku Korban Pemerkosaan Cari Keadilan
Walaupun berlatar di kota pelabuhan fiksi Amerika Serikat (AS), isu yang diangkat menunjukkan realitas perempuan yang berada di lingkar kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sebagai korban, Alex tidak menganggap kekerasan emosional, psikis, sampai finansial yang dialaminya adalah bentuk nyata dari tindak kekerasan. Karenanya, ia tidak melaporkan hal itu kepada polisi.
Isu itu makin runyam ketika pegawai dinas sosial hingga pengurus rumah aman untuk korban KDRT, Denise (BJ Harrison) meyakinkannya kalau Alex adalah korban kekerasan. Namun, hukum tidak bisa menuntut Sean sebagai pelaku karena Alex tidak bisa membawa bukti ke ruang sidang. Sean yang melarang Alex untuk bekerja agar dia bergantung dan tidak bisa kabur bukan bukti kuat bagi hukum sekaligus menggambarkan proses yuridis yang tidak berpihak pada korban.
Satu hal yang membuat seri tersebut semakin menusuk karena realitasnya seseorang tidak tahu pasangannya akan tega memukul hingga melakukan manipulasi emosional. Bisa dibilang seri itu menjawab pertanyaan “kalau tahu dia kasar, kenapa berpacaran/menikahinya?” Caranya dengan menunjukkan sejak awal hubungan korban tidak tahu kalau pasangannya memiliki kapabilitas melakukan hal itu. Ketika Alex mengingat kembali masa-masa manis dengan Sean dia tidak tahu kalau pacarnya mampu menjadi pelaku kekerasan.
Baca juga: ‘Yuni’: Film ‘Coming of Age’ Feminis yang Soroti Pernikahan Anak
Akting Qualley sebagai ibu muda yang benar-benar sendiri menghadapi tantangan dari pacar hingga segi hukum juga meyakinkan. Apalagi matanya yang ekspresif menggambarkan segala kebingungan duduk sendiri di ruang sidang tanpa memahami satu pun proses hukum yang sedang berlangsung.
Kebingungan itu juga semakin dipertajam dengan dialog semacam “Your honour, Ms. Russell (Alex) has failed to ‘legal’, ‘legal’, legal’,” yang diucapkan pengacara Sean saat di ruang sidang. Kata legal tersebut melambangkan rasa tidak tahu Alex tentang situasi yang sedang berlangsung dalam persidangan.Hal yang senada juga ditekankan ketika Alex harus menandatangani sejumlah dokumen penting yang mampu membuatnya menjadi wali sah untuk Maddy. Namun, semakin membacanya tulisan di berkas tersebut berubah menjadi kalimat mencemooh, seperti “kamu sampah”.
Terlepas dari berbelitnya masalah hukum, serial yang diangkat dari memoar Stephanie Land yang berjudul sama juga menunjukkan kenyataan kadang korban akan kembali tinggal bersama pelaku, seperti yang dialami karakter perempuan dalam Maid. Alex, misalnya, sempat luluh ketika Sean meminta maaf dan berjanji akan berubah.
Baca juga: ‘Losmen Bu Broto’: Ketika Rumah Tidak Lagi Hangat
Namun, aspek yang menarik dari serial tersebut ialah hubungan Alex dengan orang tuanya. Ibunya, Paula, diperankan Andie MacDowell ibu kandung Qualley, memiliki gangguan psikis bipolar yang tidak terdiagnosis. Paula pun menjadi semacam target mudah untuk ditipu dan diperas secara finansial oleh kekasihnya yang lebih mudah.
Sedangkan ayahnya, Hank (Billy Burke) seorang pelaku KDRT yang membuat dirinya dan Paula meninggalkan rumah. Karenanya, Alex selalu mencoba meminimalisasi interaksi dengan ayahnya dan lebih memilih Paula untuk menemaninya dalam masa sulit. Walaupun, fase manik Paula membuat hubungan mereka terguncang.
Sayangnya, hubungan Paula dan Alex tidak digali lebih mendalam untuk menunjukkan ikatan kompleks dan tidak sempurna antara ibu dan anak. Namun, jika melihatnya secara keseluruhan Maid juga berkisah tentang ibu yang ingin memutus rantai kekerasan dan generational trauma untuk menciptakan ruang penuh kasih demi anaknya.
Selain itu, juga menunjukkan isu struktural yang dihadapi pekerja rumah tangga dengan upah rendah, seperti Alex, yang hidupnya sering dipersulit oleh pemberi kerja. Singkatnya, Maid menunjukkan realitas pahit yang dialami perempuan secara gamblang dan tidak menggurui.
Comments