Women Lead Pendidikan Seks
November 30, 2021

Masa Depan Kencan dan Bagaimana ‘Dating Apps’ Beradaptasi Kala Pandemi

Beberapa dating apps menciptakan fitur untuk memfasilitasi kegiatan kencan virtual sebagai bagian dari new normal perkencanan selama pandemi.

by Christopher Dietzel, David Myles dan Stefanie Duguay
Issues // Relationship
Share:

Pandemi telah menjadi tantangan baru yang mengubah cara orang berkencan. Berbagai kebijakan pemerintah seperti pembatasan fisik, tinggal di rumah (stay at home), serta inisiatif-inisiatif kesehatan masyarakat lain lambat laun mengubah kencan menjadi kegiatan yang diadakan dalam bentuk daring.

Perubahan ini meningkatkan jumlah pengguna aplikasi kencan dan jumlah waktu yang orang habiskan dalam aplikasi tersebut. Salah satu aplikasi kencan, Tinder, menyatakan bahwa terdapat 11 persen peningkatan swipe pada para penggunanya dan 42 persen lebih banyak match dalam aplikasinya. Hal tersebut menjadikan tahun 2020 sebagai tahun tersibuk bagi Tinder.

Aplikasi kencan pada dasarnya dibuat untuk membantu orang terhubung secara daring dan di kemudian hari dapat bertemu langsung. Lantas, bagaimana perusahaan aplikasi kencan menanggapi pandemi? Dan apa peran mereka dalam membantu orang menyesuaikan diri dengan realitas kencan baru ini?

Baca juga: Mengenali Diri Lebih Baik lewat ‘Online Dating’

Tiga Cara Aplikasi Kencan Merespons Pandemi

Sebagai peneliti yang mempelajari bagaimana teknologi digital mengubah kencan dan hubungan asmara, kami melihat respons-respons perusahaan aplikasi kencan saat kebijakan pembatasan-pembatasan jarak diberlakukan.

Selama Maret - Mei 2020, kami mempelajari 16 aplikasi kencan melalui akun media sosial mereka serta media yang lebih luas untuk memahami respons mereka terhadap pandemi.

Kami membagikan hasil penelusuran ini dalam buku The COVID-19 Crisis: Social Perspectives. Kami mempertimbangkan apakah perusahaan aplikasi, sebagai perusahaan yang bertujuan mencari profit, harus berperan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kami mendapati bahwa aplikasi kencan telah berupaya untuk mempermudah kegiatan berkencan di masa pandemi dalam tiga cara utama:

  1. Membicarakan tentang kesehatan

Pesan pop-up tentang kesehatan di aplikasi kencan mendorong pengguna untuk berhenti bertemu langsung dan memilih untuk bercengkerama secara online.

Bumble, sebuah aplikasi kencan dari Amerika, mengirim pesan langsung pada pengguna. Sedangkan Tinder memunculkan pengumuman layanan masyarakat dari pemerintah provinsi di antara fitur swipe-nya.

Aplikasi lain, Grindr, memberi tahu pengguna dengan fitur Right Now untuk memperlambat kemungkinan pertemuan langsung oleh para pengguna.

Aplikasi kencan pun beroperasi sebagai pendukung kesehatan masyarakat. Mereka menyarankan para pengguna untuk tinggal di rumah, mencuci tangan, mengamalkan pembatasan fisik, dan berkonsultasi dengan dokter bila bergejala COVID.

Baca juga: Jenis-jenis Kebohongan di ‘Dating Apps’ dan Kenapa Orang Melakukannya

  1. Mengatasi rasa kesepian dan keterasingan

Aplikasi kencan juga berusaha mendorong pengguna untuk membangun komunitas dan mengatasi perasaan terisolasi atau ketakutan. Aplikasi seperti Grindr, Lex, Bumble, HER, dan Coffee Meets Bagel menyelenggarakan acara online seperti konserkencan kilat, dan sesi bimbingan kencan.

Di media sosial, perusahaan aplikasi kencan juga mempromosikan kampanye untuk pedulit terhadap diri sendiri (self-care). Salah satu aplikasi kencan Plenty of Fish mengunggah konten di Instagram yang menyatakan, “Sangat penting berisolasi tanpa merasa terisolasi … dan kami di sini membantu Anda melewatinya!”.

Sementara, aplikasi Bumble menyampaikan, “Jika Anda hanya baik-baik saja, maka itu tidak apa-apa.”. Di sisi lain, aplikasi Coffee Meets Bagel mengunggah Instagram story, “Tidak apa-apa bila hanya sedikit beraktivitas, karena dengan sedikit beraktivitas, Anda menyelamatkan lebih banyak hal.”

Unggahan ini mencerminkan berbagai pesan dukungan yang disebarluaskan di media sosial oleh berbagai perusahaan dan individu di bulan-bulan awal pandemi.

  1. Menjadikan kencan virtual sebagai bagian dari new normal

Beberapa aplikasi menciptakan dan membuka fitur untuk memfasilitasi kegiatan kencan virtual. Dibuat untuk menjadi lebih dari sekadar pertemuan sederhana melalui aplikasi, kencan virtual dibentuk dengan berbagai aktivitas online yang dapat diikuti orang-orang meski dalam keadaan pembatasan fisik.

Aplikasi Match, Bumble, Engsel, Jack’d, dan Plenty of Fish menawarkan layanan video gratis. Aplikasi lain seperti HER, Coffee Meets Bagel, dan OkCupid merekomendasikan pengguna untuk terhubung melalui Zoom atau aplikasi video call lainpesan teks, dan bahkan panggilan telepon kuno untuk memperbanyak opsi kencan virtual.

Tinder menggratiskan fitur paspor mereka, yang memungkinkan pengguna untuk melakukan geolokasi di mana saja di dunia serta mendorong mereka untuk terhubung dengan orang-orang secara global meski berada di rumah.

Berbagai perusahaan memberikan ide untuk kencan virtual di blog dan media sosialnya; mulai dari tur museum virtual hingga memesan UberEats untuk satu sama lain dan berbagi makanan melalui FaceTime. Mereka juga menawarkan berbagai saran, mulai dari apa yang harus dikenakan untuk menghadiri kencan virtual hingga cara menyesuaikan pencahayaan untuk kencan lewat video-call.

Perusahaan aplikasi kencan berfokus pada upaya untuk meyakinkan orang bahwa kencan virtual juga bermanfaat. Dalam berbagai aplikasi, ada keyakinan bahwa menjaga hubungan secara online dipandang sebagai hal yang bertanggung jawab, romantis, atau bahkan menggoda.

Apakah Aplikasi Kencan Memang Peduli dengan Kita?

Temuan kami menimbulkan pertanyaan tentang peran apa yang harus dimainkan oleh perusahaan aplikasi kencan terkait kesehatan, kesejahteraan, dan perilaku kencan pengguna mereka.

Aplikasi kencan memang telah menjadi alat penting untuk menjalin hubungan di saat krisis. Fitur baru dan sistem pengiriman pesan pun membantu orang merasa lebih terhubung. Namun, perusahaan aplikasi pada dasarnya bertujuan untuk meraup keuntungan.

Hal ini tampak dari bagaimana sesungguhnya perusahaan mendapat manfaat dari pandemi, dengan peningkatan jumlah pelanggan berbayar dan data pengguna yang lebih besar saat mereka mempertahankan orang di aplikasi mereka lewat fitur-fitur tersebut.

Sebagai korporasi, apakah aplikasi kencan benar-benar mempedulikan kita? Haruskah mereka bertindak seperti otoritas kesehatan?

Jika demikian, dapatkah fitur one-on-one match mereka benar-benar mendukung pembentukan komunitas tertentu? Dan apakah perusahaan-perusahaan ini memiliki kemauan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menopang masyarakat untuk jangka waktu yang lebih jauh ke depan?

Ini adalah pertanyaan penting untuk dipertimbangkan, terutama karena pesan kesehatan dari pemerintah daerah maupun nasional biasanya tidak memberikan solusi bersahabat, malah membuat orang menjadi bingung.

Para ahli telah menunjukkan bahwa komunitas yang termarginalkan tidak merasa didukung oleh lembaga kesehatan dan pemerintah selama pandemi. Hal itu mendorong mereka untuk mencari informasi di tempat lain. 

Organisasi nirlaba telah berinisiatif untuk membantuBeberapa inisiatif pun bermunculan untuk menyebarkan bantuan dari komunitas nasional dan internasional kepada komunitas lokal, bahkan individu tertentu.

Masa Depan Kencan

Perusahaan aplikasi kencan melaporkan keberhasilan dalam pengadaan kencan virtual. OkCupid menyatakan bahwa sekitar 31 persen pengguna menyukai aktivitas virtual, sebanyak 25 persen lebih menyukai obrolan video daripada bertemu langsung, dan 15 persen sisanya menyukai kegiatan menonton film atau TV bersama secara online.

Meskipun ini adalah kabar baik untuk aplikasi kencan, perusahaan-perusahaan ini juga terus mempersiapkan diri untuk membuat para pengguna dapat bertemu secara langsung. Tinder baru-baru ini memberikan ratusan permohonan alat tes COVID gratis. Setiap paket menyertakan sepasang alat tes: satu untuk individu dan satu untuk pasangan Tinder-nya.

Sebagaimana kini kita semua sudah beralih pada manajemen dalam menghadapi krisis COVID, di kemudian hari orang-orang yang ingin berkencan akan bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. Jika pemerintah, pakar kesehatan, dan tokoh masyarakat tidak memberikan saran yang jelas, maka masyarakat bisa jadi akan mengalihkan perhatian mereka kepada perusahaan aplikasi kencan untuk menjadi sumber saran paling berpengaruh.

Tentu saja perusahaan aplikasi kencan lebih baik bertindak untuk menanggapi krisis COVID ketimbang tidak melakukan apa-apa. Namun, upaya mereka tidak boleh menggantikan berbagai inisiatif publik dan komunitas yang menawarkan dukungan gratis untuk mengatasi risiko, keamanan, dan kesepian kepada orang-orang di masa-masa sulit ini.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Christopher Dietzel adalah Postdoctoral fellow, School of Health and Human Performance, Dalhousie University. David Myles adalah peneliti pascadoktoral Ilmu Komunikasi, McGill University. Stefanie Duguay adalah asisten profesor, Department of Communication Studies, Concordia University.