Badan PBB untuk anak-anak UNICEF telah menunjuk aktor dan aktivis lingkungan hidup Nicholas Saputra sebagai Duta Nasional Indonesia yang baru untuk mendorong kampanye lembaga tersebut, menyusul Ferry Salim yang telah menjadi duta yang sama sejak 2004.
Perwakilan UNICEF Indonesia Debora Comini mengatakan, penunjukan ini berdasarkan rekam jejak Nicholas sebagai seseorang yang memiliki kepedulian dan komitmen untuk perubahan.
“Sejak 70 tahun lalu kami telah bekerja sama dengan mitra-mitra dari berbagai latar belakang – atlet, aktor, musisi. Mereka menggunakan pengaruh mereka sebagai figur publik untuk menyuarakan kepentingan anak-anak,” ujar Comini.
“Kami selalu berhati-hati dalam mencari tokoh publik yang memiliki rekam jejak yang tidak tercela dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan dan pencapaian mereka. Karena itu kami bangga telah menemukan sosok tersebut dalam Nicholas Saputra.”
Nicholas mengatakan proses menjadi Duta Nasional UNICEF cukup panjang dan ia mempertimbangkan banyak hal karena itu komitmen yang cukup besar.
“Saya ingin memastikan saya dapat memberikan dampak yang luas dalam waktu yang terbatas. Namun akhirnya kami sepakat karena kami memiliki visi yang sama, yaitu berbuat sesuatu untuk perubahan,” kata aktor berusia 35 tahun tersebut.
Sebagai awal, Nicholas akan berfokus untuk meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan memperbaiki mutu layanan air dan sanitasi serta praktik kebersihan dasar. Setiap tahun, sekitar 150.000 anak Indonesia meninggal karena penyakit yang dapat dicegah yang disebabkan oleh buruknya sanitasi. Ia telah melakukan perjalanan ke Nusa Tenggara Timur untuk memahami permasalahan tersebut dan melihat kerja-kerja UNICEF di sana.
“Biasanya saya melakukan advokasi tentang lingkungan hidup,” ujar bintang Ada Apa dengan Cinta? itu.
“Tapi saya rasa lingkungan hidup hanya bisa diselesaikan jika masyarakat kita sudah terinformasi dan lebih peduli. Meningkatkan kualitas sanitasi juga berkaitan dengan lingkungan yang paling kecil yaitu rumah tangga. “
Menurut data UNICEF, saat ini 20 juta warga Indonesia masih belum memiliki akses untuk fasilitas toilet yang higienis, sehingga praktik buang air besar sembarangan masih tinggi dan mengotori lingkungan sekitarnya. Penyebaran bakteri karena praktik ini menyebabkan banyak orang terutama anak-anak terpapar diare, malnutrisi, hingga menyebabkan kematian dini.
“Ini adalah topik yang besar yang sering kali dihubungkan dengan kurangnya sumber daya ekonomi, namun sebenarnya ada juga faktor kurangnya pengetahuan,” kata Comini.
“Penyebarannya juga tidak merata. Ada daerah-daerah yang sudah memiliki akses ke toilet yang cukup, namun di daerah lain fasilitas toilet masih sangat terbatas. Ini menunjukkan sekelompok besar masyarakat masih tertinggal.”
Ia menambahkan, daerah yang tidak memiliki akses ke toilet yang baik juga memiliki angka stunting, malnutrisi, dan kematian anak yang tinggi.
Comini mengatakan jika dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki tingkat pembangunan ekonomi yang sama, kualitas sanitasi di Indonesia lebih buruk.
“Kabar baiknya adalah, kita memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan. Kemauan politik sudah ada untuk memperbaiki kondisi ini. Itu sebabnya kami menekankan pada percepatan program,” tambahnya.
Baca juga: 32 Tahun Posyandu: Miskin Dana, Perspektif Gender, dan Regenerasi
UNICEF bekerja dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mencapai tujuan ini. Di tingkat pemerintah pusat, UNICEF mendorong adanya investasi pada fasilitas sanitasi di daerah-daerah yang membutuhkan lewat anggaran negara. Di tingkat daerah, kerja sama dengan pemerintah beragam, mulai dari peningkatan pengetahuan teknis, sampai perbaikan kondisi di daerahnya, ujar Comini.
“Kami yakin Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan untuk mencapai salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada 2030, yaitu penghapusan angka buang air besar sembarangan, maupun pembuangan limbah dan fasilitas sanitasi yang aman,” tambahnya.
Spesialis Kemitraan UNICEF Dayce Sjaflan mengatakan pada bulan Desember, UNICEF akan meluncurkan laporan pengelolaan limbah yang aman di Indonesia serta hasil perjalanan ke Alor dengan Nicholas.
Comments