Belum lama ini, video seorang mahasiswa di Makassar yang menyebut dirinya non-binary sempat viral di Twitter. Ia dikeluarkan dari ruangan acara penyambutan mahasiswa oleh dosennya, setelah mengidentifikasikan diri sebagai non-binary.
Kasus diskriminasi yang dilakukan dosen Universitas Hasanudin, Makassar itu lantas jadi percakapan nasional. Istilah nonbiner kemudian sempat jadi trending di Twitter. Lantas, apakah sebetulnya nonbiner atau non-binary?
Apa Itu Non-binary?
Non binary—atau yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Nonbiner—adalah istilah payung untuk identitas gender yang menolak gagasan gender biner (keyakinan yang menganggap gender cuma terdiri dari laki-laki dan perempuan atau maskulin dan feminin). Nonbiner juga biasa disebut enby atau NB.
Seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai bukan laki-laki atau perempuan, atau di saat bersamaan adalah laki-laki dan perempuan. Buat mereka, gender adalah kontruksi, bukan sesuatu yang pakem. Mereka cenderung menolak dan mengkritisi hal-hal yang dikontrol sistem biner. Misalnya, cara berpakaian yang mendikte rok sebagai milik perempuan atau celana hanya boleh untuk pria. Atau gagasan ekstrem yang melabeli tiap benda dengan gender tertentu.
Banyak nonbiner yang memiliki ekspresi gender yang beragam. Ada pula yang menolak semua identitas gender. Seorang enby bisa mengidentifikasi diri dengan lebih dari satu gender, tanpa gender (agender), atau memiliki identitas gender yang berfluktuasi (genderfluid).
Baca Juga: Aprilia Manganang dan Buruknya Wawasan Gender, Seksualitas di Indonesia
Nonbiner Bukan Hal Baru
Orang-orang nonbiner bukan orang yang kebingungan dengan identitas gender mereka, atau cuma mengikuti tren baru. Orang-orang nonbiner bahkan sudah ada sejak lama. Orang-orang dengan gender bervariasi sudah tercatat lama di sejarah manusia dan banyak kultur.
Dalam buku Gay New York: Gender, Urban Culture, and the Making of the Gay Male World 1890-1940, misalnya, George Chauncey mengenalkan istilah fairies. Sebuah identitas yang biasa digunakan untuk menyebut gender ketiga (third gender) yang mengombinasikan elemen dari laki-laki dan perempuan.
Bahkan, di tanah Sulawesi Selatan, tempat mahasiswa nonbiner itu didiskriminasi, ada kultur orang Bugis yang mengenal lima gender. Bukan cuma laki-laki dan perempuan saja.
Pengetahuan dan sejarah yang mencatat tentang orang-orang dengan gender di luar sistem biner sering kali hilang atau dihapus oleh kolonialisme. Imperialisme Inggris dan negara-negara Barat ke banyak wilayah dan kebudayaan, sering kali menghapus jejak atau pengetahuan orang-orang yang mereka jajah. Itu sebabnya, orang dengan varian gender sering kali dianggap hal baru oleh media dan masyarakat.
Padahal, orang dengan varian gender bukanlah hal baru, yang benar: bahasa yang dipakai untuk menjelaskan keberadaan merekalah yang berubah sepanjang zaman.
Mari Lebih Menghargai dan Suportif
Daripada melanggengkan perilaku ignorant dan diskriminatif, mari lebih menghormati keberagaman dan merayakan kemanusiaan. Menjadi suportif untuk orang-orang nonbiner tidaklah sesulit yang kamu kira. Bahkan, buat kamu yang benar-benar baru tahu sekarang, kalau gender bukan cuma laki-laki dan perempuan. Berikut adalah tips untuk menghormati dan jadi suportif buat para ally, yang diambil dari transequality.org:
Tidak perlu mengerti artinya untuk sampai bisa menghormati mereka. Kebanyakan orang mungkin belum pernah mendengar istilah nonbiner, dan kesulitan memahami artinya, but that’s okay. Kita tak perlu mengenal seluruh umat manusia di dunia ini kan, untuk bisa menghormati eksistensi dan nyawa mereka?
Panggil mereka dengan nama yang mereka gunakan. Ini adalah salah satu esensi dari menghormati. Jangan menanyakan nama lama yang mungkin ingin mereka lupakan.
Jangan buat asumsi apa pun tentang gender seseorang, ini penting! Kamu enggak bisa menyebut seseorang adalah nonbiner cuma dari melihat ekspresi atau pakaian mereka.
Kalau tidak yakin dengan pronouns yang digunakan seseorang, bertanyalah. Kebanyakan orang-orang nonbiner tidak memakai kata ganti “she” atau “he”, mereka lebih memilih “they” atau pronouns baru yang biasa disebut neopronouns. Pergantian kata ganti ini karena sejumlah bahasa di dunia juga memiliki gender, seperti bahasa Inggris. Bertanya tentang pronouns yang dipakai seorang nonbiner adalah langkah awal untuk berlaku sopan dan menghormati mereka.
Advokasi kebutuhan dan kepentingan teman-teman nonbiner. Sama seperti kita semua, sangat penting untuk menjamin hak teman-teman nonbiner agar bisa hidup layak, berpakaian, dan mengenakan gender mereka di tempat kerja, sekolah, dan sarana publik.
Pahamilah, buat banyak orang-orang nonbiner, menentukan toilet yang ingin digunakan bisa jadi masalah. Sebab dunia ini dibangun dengan sistem biner yang diskriminatif, kebutuhan orang-orang nonbiner sering kali luput dipertimbangkan ketika pemerintah atau masyarakat membuat regulasi atau hukum. Toilet, sebagai salah satu sarana umum yang juga diberi gender, sering kali justru jadi tempat orang-orang nonbiner mendapat diskriminasi sampai pelecehan, atau kekerasan. Ingat, merasakan aman adalah hak kita bersama.
Ajaklah bicara. Salah satu cara belajar adalah dengan berdialog. Tak ada satu cara pakem atau ciri-ciri tunggal untuk jadi nonbiner. Cara terbaik untuk mengerti dan memahami bagaimana hidup mereka adalah dengan berpikiran terbuka, memberi kesempatan, dan mendengarkan.
Beberapa Selebritas Non-Binary, di Antaranya:
Seiring dengan pengetahuan gender dan perjuangan keadilan gender yang makin maju, makin banyak pula orang yang terbuka mengidentifikasi diri mereka sebagai nonbiner.
Data terbaru yang diolah Genny Beemyn, Director Stonewall Center, menyebut ada kenaikan jumlah mahasiswa yang mengaku gender mereka bukan perempuan atau laki-laki di Amerika Serikat. Data yang dikumpulkannya dari 900 kampus, dengan total 1,2 juta pendaftar di tahun ajaran 2022-2023, ada 37 ribu orang yang mengidentifikasi diri sebagai bukan perempuan atau laki-laki.
Beberapa selebritas juga terbuka dengan identitas nonbiner mereka. Di antaranya:
Baca juga: Magdalene Primer: Memahami Gender dan Seksualitas
1. Sam Smith
Penyanyi Sam Smith sudah mengakui kalau dirinya mempunyai orientasi seksualnya yang berbeda.
Bulan September 2019 lewat akun Instagramnya, Sam Smith mengumumkan supaya orang-orang memanggilnya dengan sapaan netral. Ia tidak mau dipanggil sebagai 'he' yang menunjuk kepada laki-laki atau 'she' yang menunjuk ke perempuan.
"My pronouns are they/them," tulis Sam Smith yang menjelaskan kalau dirinya merupakan non-binary.
2. Janelle Monae
Selain Sam Smith, ada Janelle Monae yang mengumumkan kalau dirinya seorang non-binary.
Janelle mengumumkan hal tersebut lewat akun sosial medianya, twitter.
Di tahun 2021, Ia pernah me-retweet gif karakter non-biner dari sebuah tayangan animasi dengan tambahan caption, "Kamu laki-laki atau perempuan? Saya adalah pengalaman. Tidak ada yang lebih baik dari menjalani hidup di luar gender."
Baca Juga: 7 Cara Sederhana Mendukung Komunitas Transgender
Janelle juga memberikan tagar #IAmNonbinary dengan tambahan emoji saturnus.
Di tahun 2018 ia juga mengaku sebagai panseksual, yaitu label bagi seseorang yang tertarik secara seksual bukan karena gender, tapi dari personal.
3. Ellen Page
Ellen Page juga pernah membuat publik heboh pada Desember 2020. Hal tersebut karena dirinya mengaku sebagai transpria dan non biner. Lewat akun twitternya, ia juga mengatakan kalau dirinya ingin disebut sebagai he/they. Disana ia juga mengungkapkan namanya yang baru, yaitu Ellion Page.
4. Ruby Rose
Berikutnya ada model Australia terkenal Ruby Rose yang menggambarkan gendernya yang fleksibel serta netral. Ia juga mengatakan kalau dirinya bukan merupakan perempuan ataupun laki-laki.
Dikutip dari insider.com, Ruby Rose mengatakan "Saya merasa seorang laki-laki, tapi sepertinya tidak harus terlahir dengan organ-organ tubuh yang berbeda atau semacamnya. Semuanya bisa kelihatan dari bagaimana saya berpakaian, berbicara, dan yang saya rasakan, dan itu membuat saya bahagia… Saya benar-benar berada di posisi netral, dan saya bersyukur untuk itu,".
Ilustrasi oleh Karina Tungari
Comments