Women Lead Pendidikan Seks
October 25, 2021

Serba Tanggung Moranbong Band, Girlband Pertama Korea Utara

Girlband pertama Korea Utara Moranbong Band disebut membawa perubahan budaya, tetapi musiknya masih kental dengan nuansa propaganda.

by Tabayyun Pasinringi, Reporter
Culture // Korean Wave
Share:

Rasanya jantung berdebar tidak karuan ketika Red Velvet, grup idola Korea Selatan tampil di Korea Utara tiga tahun lalu. Pasalnya, kehadiran grup besutan SM Entertainment sebagai bentuk ‘persaudaraan’ dua negara itu jadi momen cukup bersejarah. Irene, Wendy, Seulgi, dan Yeri merupakan idola K-pop pertama yang tampil di Pyongyang, ibu kota hermit kingdom.

Walaupun, mereka membawakan lagu ‘Red Flavor’ dan ‘Bad Boy’ dengan ciamik, layaknya segala hal yang dikontrol di Korut, penonton diam bak patung dan bertepuk tangan secara ‘diplomatis’ ketika penampilan usai. Musik Red Velvet yang upbeat dan sangat kebarat-baratan mungkin hal yang asing. Tapi, mereka bukan girlband pertama yang disaksikan masyarakat Pyongyang. Korut memiliki girlband mereka sendiri, Moranbong Band. 

Baca juga: Red Velvet, MAMAMOO, dan ITZY: Idola K-Pop dan Bahasa Feminisnya

Moranbong Band vs K-Pop

Untuk ukuran sebuah girlband Moranbong Band ini cukup besar. Ada lima penyanyi perempuan yang dipilih langsung oleh Kim Jong-un. Selain itu, mereka diiringi sekitar 20 pemain musik, seperti biola, gitar listrik, piano, hingga drum, yang juga personil Moranbong Band. 

Sayangnya, kita tidak bisa mengorek-ngorek kehidupan anggota Moranbong Band. Lupakan bias menebar kelucuan dengan foto masa kecil, informasi personal tentang Moranbong Band mustahil didapatkan. Kita hanya tahu apa yang pemerintah izinkan, yaitu sebatas nama. Misalnya, si leader Hyon Song-wol, Ri Myong-hui, Kim Sol-mi dan Ra Yu-mi yang sejatinya penyanyi terkenal. 

Memang tidak adil jika membandingkan girlband Korsel dan Korut karena keduanya tentu jauh berbeda. Dari segi musikalitas, misalnya, grup K-pop identik dengan musik tempo cepat. Liriknya juga beragam, kisah romansa, kesehatan mental, atau menjadi perempuan percaya diri. Secara visual, video musik dan penampilan di perhelatan musik juga enggak tanggung-tanggung. Seperti BLACKPINK yang selalu tampil serba modern dan mewah atau stage presence MAMAMOO yang bikin kagum. 

Sementara itu, Moranbong Band konsisten dengan musik bak orkestra megah dan total untuk Kim Jong-un. Lagu mereka tentu saja tidak jauh dari semangat nasionalisme dan ideologi Juche untuk bertahan tanpa bantuan, seperti ‘My Country is The Best’ dan ‘The Brilliant Motherland’. Ada juga yang langsung to the point betapa asyiknya belajar demi negara dengan ‘Let’s Study’. Atau yang mengelus ego narsistik si supreme leader, ‘Our Hearts Yearning for The Leader’. 

Meskipun begitu, kualitas Moranbong Band enggak buruk-buruk amat. Sama halnya dengan penyanyi mana pun, Moranbong Band serius dengan seninya. Harmonisasi suara yang diiringi musik campuran antara pop dan trot, semacam genre musik khasnya Korea menonjolkan kemampuan mereka. Kadang ada juga sentuhan rock dan klasik untuk memukau penontonnya. Penampilan mereka secara live yang ada di Youtube tanpa lipsync sebenarnya mengagumkan. 

Namun, lagu propaganda perang atau ajakan mengunjungi Gunung Paektu, titik tertingginya Korut, bukan sesuatu yang ingin didengarkan terus menerus. Telinga bisa pengang dan energi gampang terkuras jika satu-satunya emosi yang disalurkan lewat musik adalah mengabdi pada negara. Lupakan lagu mendamba untuk dicintai orang lain, cinta yang dibutuhkan hanya untuk Republik Rakyat Demokratik Korea. 

Secara keseluruhan Moranbong Band mengingatkan pada era 1970-an sampai 1990 dengan sentuhan pemerintah dan masa perang. Jika didefinisikan secara sederhana Moranbong Band adalah anti-K-pop. Namun, Korut dan Korsel yang sebenarnya saudara tapi terpisah memiliki kemiripan dari segi itu. Jika K-pop adalah bagian dari Hallyu Wave-nya pemerintah, begitu pula dengan Moranbong Band, alat propaganda lewat budaya populer. 

Baca juga: Mengenal Lisa BLACKPINK, Ratu K-Pop dari Asia Tenggara

Wajah Baru Korea Utara 

Moranbong Band menjadi semacam jendela untuk mengintip musik yang didengarkan masyarakat Korut atau mungkin hanya di Pyongyang saja. Girlband itu juga tidak sendiri sebagai anggota industri hiburannya Korut. Orkestra milik negara State Merited Chorus, misalnya dan Samjiyon Band yang memainkan musik klasik, seperti ‘Carmen Overture’. 

Namun, Moranbong Band yang paling menarik perhatian karena untuk kali pertama perempuan penyanyi diizinkan mengenakan gaun pendek yang gemerlap dengan perhiasan. Di Korut yang segalanya serba diatur dan enggak boleh mewah melebihi supreme leader, Moranbong Band menjadi semacam anomali. Mereka adalah wajah yang modern nan mewah untuk perempuan Korut. 

Media juga mengabarkan alasan Kim Jong-un membentuk Moranbong Band pada 2012 lalu karena ingin menunjukkan ada perubahan budaya yang perlahan-lahan terjadi di Korut. Mereka pun memainkan lagu ‘Barat’, seperti ‘My Way’ oleh Frank Sinatra. Moranbong Band yang modern dimaksudkan agar semangat nasionalisme meningkat dan menolak produk luar khususnya dari Korsel di pasar gelap.    

Moranbong Band yang debut di tahun sama dengan viralnya Gangnam Style milik PSY juga digadang sebagai contoh wajah baru peran perempuan di Korut. Mereka tidak harus terus di rumah karena Moranbong Band jadi inspirasi. 

Baca juga: Refund Sisters: Grup Idola K-Pop ‘Badass’ Lintas Generasi

Rumor Dieksekusi Sampai Jadi Diplomat Negara

Wajah Moranbong Band yang enggak terlalu konservatif itu tidak berlangsung lama. Mereka kembali dengan seragam militer yang tidak mencolok saat tampil di acara kenegaraan, diplomasi, maupun perayaan tahun baru. Belum lagi ada rumor kalau sebelas personil Moranbong Band bersama ketuanya Hyon Song-wol dieksekusi mati karena skandal seks pada 2013. 

Moranbong Band yang mendadak hilang itu sempat disorot media bahkan ada yang menilai Chongbong Band yang penampilannya lebih konservatif menggantikan girlband tersebut.                                                                                                                                                                                                                          

Namun, kabar eksekusi itu kembali menimbulkan pertanyaan ketika Hyon Song-wol bangkit dari kematian. 

Perempuan yang dikabarkan sebagai kekasihnya Kim Jong-un itu muncul setahun kemudian di hadapan publik dalam konvensi seniman di Korut. Dia juga menjadi delegasi yang dikirim ke Korsel pada Winter Olympics 2018 lalu. Setahun kemudian Hyon Song-wol menjadi wakil direktur Propaganda and Agitation Department

Jika Hyon Song-wol masih bernapas, Moranbong Band juga masih hidup. Mereka sering dijadikan delegasi untuk mempererat persahabatan dengan negara lain. Sayangnya pada 2015 Moranbong Band dilarang tampil di Beijing karena banyak menyebarkan propaganda perang dalam penampilannya. Moranbong Band yang digadang-gadang sebagai perubahan budaya Korut pun tidak begitu membawa perbedaan. 

Begitu pula dengan janji citra baru untuk perempuan Korut. Pasalnya, menurut Daily NK, media yang dibentuk ‘pembelot’ Korut di Korsel, Moranbong Band akan melakukan pergantian anggota. Personil yang berada di akhir usia 20 menuju 30 tahun akan digantikan dengan generasi yang lebih muda. Audisi untuk pergantian ini juga disebut sebagai upaya untuk memilih perempuan yang akan ‘mengurus’ Kim Jong-un. 

Berkaca dari itu, perempuan di Korut sangat kurang pilihan, gerak dibatasi, dan rentan dieksploitasi. Moranbong Band menjadi analogi yang tepat. Disetir pemerintah, tidak memiliki kebebasan kreatif, juga tidak membawa perubahan bagi masyarakat Korut di luar Pyongyang.

Tabayyun Pasinringi adalah penggemar fanfiction dan bermimpi mengadopsi 16 kucing dan merajut baju hangat untuk mereka.