Bumi tahun 2092, gersang tanpa hutan, penuh polutan, dan nyaris tak bisa dihuni manusia. Pilihannya ke luar angkasa, ke kota orbit buatan UTS Corporation.
Namun tak semua manusia punya akses ke sana. Hanya mereka yang punya uang, atau mereka yang direkrut UTS Corporation yang berhak atas kehidupan yang layak. Sisanya, bertahan sebisanya. Kelas dibagi menjadi warga UTS dan non-UTS.
Itu adalah plot utama film Korea baru di Netflix, Space Sweepers. Kalau sudah pernah menonton Elysium (2013), konsepnya serupa, lah.
Tae-ho, diperankan aktor Song Joong-ki yang terkenal lewat drama Korea Descendant of The Sun, merupakan warga UTS yang didepak menjadi warga non-UTS. Perubahan status itu mengubah nasibnya dari warga elite dengan kehidupan layak menjadi manusia pinggiran yang bekerja sebagai pembersih sampah luar angkasa.
Ia pun bergabung dengan kru kapal luar angkasa Victory yang dipimpin Kapten Jang, (diperankan aktris Kim Tae-ri yang beken lewat drakor Mr. Sunshine). Kapten Jang ini jenius, keluar dari koloni UTS dan memberontak melawan monopoli UTS yang tak adil.
Kru Victory lainnya ialah Tiger Park (diperankan aktor Jin Seon-kyu), anggota kartel narkoba berjiwa Robin Hood yang melarikan diri dari bumi demi menghindari hukuman mati, dan Bubs, robot militer yang ingin punya emosi seperti manusia.
Keempatnya bekerja keras demi menyambung hidup dan membayar utang. Hingga suatu hari, mereka menemukan Dorothy alias Kot Nim, anak perempuan berwajah menggemaskan yang diperankan aktris cilik Park Ye-rin. Dari berita yang beredar, disebutkan Dorothy adalah robot pemusnah massal. Tersedia hadiah bagi yang menemukan Dorothy.
Namanya lagi butuh uang, kru Victory pun bersiap mengantarkan Dorothy yang sebetulnya sudah bikin mereka jatuh sayang. Namun ternyata, Dorothy punya kebenarannya sendiri. Urusan itu pun bubar, berganti menjadi petualangan seru kru Victory menyelamatkan bumi.
Apa yang Bisa Diharapkan dari Film Luar Angkasa Korea ini
1. Efek visual luar biasa
Space Sweepers merupakan film fiksi ilmiah bertema luar angkasa pertama yang diproduksi Korea Selatan. Tak kalah dengan cita rasa Hollywood, efek visual film ini memuaskan penglihatan. Mulai dari luar angkasa yang luas, hilir mudik para pesawat pembersih sampah, hingga utopia surga di angkasa yang indah.
Well, ketika sudah banyak drama Korea “rasa movie” tayang di saluran televisi, mestinya film Space Sweepers ini sudah enggak bikin kaget lagi. Bendera Korea pun melekat pada kapal Victory yang berjuang untuk umat manusia, merepresentasikan heroisme Korea di luar angkasa.
2. Multikultural, multibahasa
Kemajuan teknologi tahun 2092 memungkinkan perangkat penerjemah real-time yang memungkinkan setiap orang berbicara dengan bahasa ibu masing-masing, dan tetap bisa berkomunikasi. Kru Victory tetap berbahasa Korea, ketika bersekutu dengan orang-orang dari negara lain. Tak ada bahasa yang lebih superior dibandingkan bahasa lainnya.
3. Sosok perempuan pemimpin
Kapten Jang, perempuan pemimpin Victory, bukan perempuan yang perkasa dengan otot-otot yang terlihat nyata. Gayanya cool dengan kacamata aviator yang ia modifikasi sendiri. Kapten Jang sangat cerdas, memiliki kemampuan kepemimpinan yang dihargai kru lainnya, dan berani. Kapten Jang pernah memberontak dan menodongkan senjata kepada James Sullivan, pemimpin UTS Corporation
4. Robot trans
Kenalkan, Bubs, robot militer yang ingin menjadi manusia. Bubs, dengan suara aktor veteran Yoo Hae-jin, tersipu senang ketika Kot Nim memanggilnya onnie (kakak perempuan). Bubs akhirnya percaya diri untuk cangkok kulit, dan memilih sendiri gendernya. Dengan tampilan baru itu ia bersantai membaca puisi karya Rainer Maria Rilke di luar angkasa.
5. Rasa ‘drama keluarga’
Mereka yang banyak kehilangan dan tak punya siapa-siapa, barangkali justru bisa memiliki kemewahan: memilih keluarganya sendiri. Konsep keluarga dalam Space Sweepers tak lagi terkungkung dalam konsep ayah-ibu-anak, tapi bisa saja para paman-tante-keponakan. Mereka tetap saling bertengkar, tapi juga saling sayang.
6. Cerita yang ringan dan menghibur
Dibungkus isu lingkungan dan teori nano, plot cerita Space Sweepers cukup mudah dipahami. Meski terkesan mereduksi sejumlah teori dan sebab akibat, nalar kisah Space Sweepers yang memang bukan film dokumenter masih bisa diterima.
Dua puluh menit pertama, rasa Guardian of Galaxy masih begitu kental. Namun lambat laun, film ini menemukan identitasnya sendiri. Dialognya menghibur, dan quotable.
7. Emosi yang komplet
Space Sweepers bukan semata tentang perjuangan manusia yang berakhir dengan kemenangan gegap gempita. Emosi yang dihadirkan dalam film ini tergolong komplit. Ada kemarahan, rasa putus asa, kehilangan, kesedihan, tapi juga semangat juang dan kegembiraan. Tidak sedikit yang “mengkritik” adegan sedih dalam film ini, namun bukankah ini yang kerap menjadi warna khas film-film atau drama Korea? Sutradara Jo Sung-hee, yang juga menulis naskah, menggambarkan pertemuan ayah dan anak yang mengharukan, lewat data dan teknologi.
Space Sweepers Trending di Netflix
Saat pertama kali tayang di Netflix awal Februari 2021, Space Sweepers langsung bisa ditonton di 19 negara. Film blockbuster produksi Korea Selatan itu langsung ada di puncak daftar trending.
Ketika drama Korea Vincenzo yang dibintangi aktor Song Joong-ki tayang perdana 17 Februari 2021, grafik pencarian film Space Sweepers ini kembali naik.
Sutradara Jo Sung-hee mengatakan ia cukup puas akan hasilnya, meskipun harus membuat sejumlah perbedaan dengan naskah asli yang mulai ia kembangkan sejak 10 tahun silam. Jika di awal, Sung-hee menggunakan karakter berusia paruh baya, namun di film karakter-karakter yang hadir berusia lebih muda.
Hingga tulisan ini dibuat, film Space Sweepers masih menjadi trending dan bisa ditonton di Netflix.
Comments