Dalam situasi seperti ini, memperhatikan keamanan diri sendiri dan membaca situasi adalah sebuah keharusan. Yuli Rustinawati, ketua Federasi Arus Pelangi yang melakukan kerja advokasi untuk hak-hak LGBT, mengatakan bahwa sangat penting bagi teman-teman LGBT untuk lebih dapat membaca situasi dan kondisi terkait keamanan mereka.
“Kawan-kawan harus sadar bahwa situasi saat ini tidak baik-baik saja. Apa yang terjadi pada teman kita bisa saja terjadi dalam hidup kita, maka dari itu kita harus berhati-hati,” ujarnya.
Dalam sebuah infografis, Federasi Arus Pelangi menjelaskan cara-cara untuk tetap aman dan meningkatkan kewaspadaan, salah satunya dalam menggunakan media sosial. Saat beraktivitas di dunia maya, penting untuk tidak membagikan informasi-informasi sensitif seperti alamat tempat tinggal, nomor telepon dan tempat bekerja di semua akun media sosial kita. Hindari juga kebiasaan check in dan menghidupkan geotagging di semua media sosial. Hal ini bisa membahayakan karena orang-orang akan tahu posisi saat itu, atau bahkan tempat tinggal kita. Lalu, jika ingin mengunggah foto bersama teman, mintalah izin terlebih dahulu jika ingin menandai teman itu di unggahan tersebut.
Penggunaan aplikasi kencan daring juga harus diperhatikan. Jangan memakai foto wajah sendiri di akun kencan daring dan pastikan teman kencan aman untuk ditemui. Jika ingin bertemu dengan teman kencan dari aplikasi tersebut, beritahukan informasi ini kepada salah satu teman dekat. Terakhir, ada baiknya semua akun media sosial dikunci agar dapat menyaring juga siapa yang bisa melihat status, foto, atau video.
Di dunia nyata, relasi kita terhadap tetangga atau lingkungan di sekitar kita harus dijaga dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal. Jangan lupa, ketika baru pindah ke tempat tinggal yang baru, melaporlah ke pihak RT dan RW. Jika pulang dari tempat bekerja, atur jadwal pulang dengan membuat pola waktu dan jalur pulang berbeda-beda tiap harinya.
Lalu bagaimana ketika sudah terlanjur tertangkap atau teman-teman mengalami kekerasan dari keluarga, atau lingkungan tempat tinggal? Sekretaris Federasi Arus Pelangi, Ryan Korbari mengatakan, edukasi mengenai hukum masih minim padahal hal ini membantu teman-teman LGBT ketika mengalami aksi kekerasan.
“Kita juga perlu mengetahui hak-hak kita sebagai warga negara di mata hukum, agar tidak panik saat mengalami kejadian tersebut,“ ujar Ryan.
Saat mengalami aksi kekerasan, Federasi Arus Pelangi bersama dengan beberapa lembaga bantuan hukum seperti LBH dan LBHM juga membantu advokasi kasus-kasus terkait dengan kekerasan yang dialami oleh kelompok LGBT. Segera hubungi Arus Pelangi lewat surel atau akun-akun media sosial seperti yang tercantum dalam infografis di atas.
“Teman-teman yang berada di luar Jakarta masih bisa menghubungi Arus Pelangi. Nanti akan kita rekomendasikan pada organisasi dan lembaga bantuan hukum yang berada di daerah tersebut,” ujar Ryan, yang juga turun ke lapangan dalam mengadvokasi teman-teman yang terkena berbagai macam kasus kekerasan seperti persekusi dan tindak kekerasan lainnya.
Keamanan diri juga dapat dijaga dengan cara banyak berdiskusi dengan teman-teman baik yang sudah bergabung dalam jaringan maupun dengan teman-teman lainnya, kata Yuli.
“Dengan berdiskusi, kesadaran mengenai situasi dan kondisi keamanan teman-teman LGBT akan semakin tumbuh. Kita tidak boleh abai terhadap hal ini, akan lebih baik jika bergabung dalam komunitas LGBT juga,” ujarnya.
Comments