Salah satu kecanggihan drama Korea alias drakor adalah kepiawaian pembuatnya untuk menyuguhkan tontonan yang menghibur dan uwuwu, tapi di dalamnya selalu ada lapisan-lapisan yang menarik untuk dikuliti. Formula yang menjadi dasar umumnya adalah kisah percintaan atau drama keluarga, tapi biasanya ada sisipan social commentary di dalamnya.
Something in the Rain, misalnya, adalah noona romance atau percintaan perempuan dewasa dan laki-laki berondong. Tapi ada isu pelecehan seksual di tempat kerja serta orang tua toksik, dengan pergulatan-pergulatan emosional yang membuat hati ini mencelos.
Start-Up membahas jatuh bangun perusahaan teknologi rintisan dengan sangat meyakinkan, tapi juga menyisipkan isu-isu helicopter parenting, pengabaian anak, sampai stigma terhadap anak yatim piatu di Korea Selatan. Reply 1988 terus populer karena merupakan kisah klasik persahabatan anak-anak dan orang tua, dengan bumbu-bumbu kerasnya kompetisi pendidikan di negara itu.
Selain itu, banyak juga drama slice of life dengan tema beragam, dari makanan sampai kehidupan di rumah sakit.
Kecanggihan lain dari drama Korea adalah, adanya premis-premis cerita yang kalau dibaca membuat alis naik dan mulut bilang, “apa, deh”, tapi ternyata saat ditonton kok ya bisa jalan dan enak dinikmati. Contoh terbaru adalah drama Korea Vincenzo, yang minggu ini akan berakhir.
Ceritanya berpusat pada Vincenzo Cassano, seorang pengacara mafia dari Italia yang kembali ke Korea Selatan, negara asalnya sebelum dia diadopsi oleh pasangan Italia, menyusul pengkhianatan di dalam organisasinya. Sebuah misi mengambil harta karun emas yang tersimpan di sebuah gedung di Seoul kemudian malah membawa si mafia ini ke dalam pertarungan baru melawan korporat iblis yang menggurita.
Terdengar gelap dan penuh aksi, dan memang ada jalan cerita dan adegan seperti itu. Tapi Vincenzo secara keseluruhan adalah tontonan yang campy alias sengaja dilebih-lebihkan dan teatrikal agar ada efek humor, seru, mengocok perut, sekaligus menyentuh.
Ini adalah tujuh alasan mengapa Vincenzo adalah salah satu hiburan terbaik, terutama di tengah pandemi ini.
Baca juga: Kim Yeo-jin, Aktris Drama Korea ‘Vincenzo’ yang Juga Seorang SJW
-
Vincenzo Jagoan yang Membumi
Song Joong-ki bukan aktor Korea favorit saya karena wajahnya terlalu imut-imut. Tapi dalam Vincenzo, ia menjelma menjadi sosok tampan yang karismatik dan sungguh charming. Sebagai aktor, dia juga punya range terutama lewat mata yang ekspresif—dari dingin tsundere, kejam, dipenuhi keserakahan, sampai hangat, rapuh, atau kosong tanpa emosi saat membalas dendam. Gerak-geriknya pun luwes, saat berjalan, berbaku hantam, sampai sentuhan jari yang halus pada tengkuk musuh yang sedang dia taklukkan.
Karakterisasinya membuat dia menjadi superhero (tepatnya dark hero/anti-hero) yang punya kekurangan dan membumi. Dia pengacara mafia yang tak segan membunuh tapi bloon juga sampai bisa dikadalin dan dirampok sopir taksi, dikerjain tukang binatu hingga jas mahalnya menciut, dijutekin ibu penjual tteok-bokki, dan diganggu burung merpati. Serangkaian kesialan yang dia hadapi begitu sampai negara asalnya, yang kontras dari adegan ala James Bond di awal episode, membuatnya terasa sangat relatable, dan kita jadi bersimpati dan menginginkan dia untuk bangkit dan kembali keren.
Vincenzo tidak sempurna, dan terlihat bahwa di balik segala aksi dingin, kejam, dan maskulin (serta homofobik waktu ketemu penjahat gay), dia adalah karakter yang tidak merasa aman dan kesepian. Dia adalah anak hilang yang tahu dirinya tidak bersih, lalu kemudian seperti mendapatkan figur ayah pada pengacara pembela HAM yang menolong wong cilik. Hal ini membuatnya sebagai sosok yang bikin sayang dan membuat kita terus rooting for him.
-
Drama Korea Vincenzo Punya Cerita yang Kuat dan Konsisten
Drakor Vincenzo mengambil cerita klasik kisah superhero yang melawan kebatilan, dalam hal ini konglomerasi jahat. Bedanya, si pahlawan super tidak bersih dan lurus, melainkan seorang anggota mafia. Ada pemikiran menarik yang dimunculkan, bahwa kita mesti strategis melawan kejahatan, dan ada saat-saat kita harus realistis, tidak bisa idealis terus menerus. Hal ini diejawantahkan dalam kalimat yang menjadi tema serial ini, “Un diavolo scaccia l'altro” atau iblis menghukum iblis lain.
Pengacara pembela HAM, Hong Yoo-chan, mengatakan bahwa dirinya terlalu lurus untuk dapat menghancurkan kejahatan. “Perlu monster untuk menghancurkan monster,” ujarnya. Tema ini dipegang teguh sepanjang drama 20 episode ini, dan menjadi mengasyikkan melihat apa lagi trik yang diambil Vincenzo dan kawan-kawannya dalam menghabisi begundal-begundal di Babel Group.
Menggabungkan drama, komedi, laga, dan heist, skenario Vincenzo ketat dan plotnya terjaga terus, dengan setiap episode menghadirkan klimaks yang memuaskan.
-
Penggarapan Teknis Vincenzo Solid
Sinematografi Vincenzo mengambil pendekatan yang sangat memanjakan pencinta komik lewat sudut-sudut pengambilan gambar dan efek-efek seperti dalam panel-panel komik, meskipun ceritanya orisinal, bukan adaptasi dari manhwa.
Adegan-adegan berantemnya dikoreografi dengan sangat baik. Efek visualnya bikin iri, karena pasti berbiaya tinggi, padahal ini drama televisi bukan film layar lebar. Semua adegan Vincenzo waktu masih di Italia ternyata CGI, alias memakai efek visual khusus dengan komputer karena Joong-ki sendiri belum pernah menginjakkan kaki ke Italia.
Sutradara Kim Hee-won, seorang perempuan, dan timnya telah melakukan pekerjaan dengan sangat baik.
Baca juga: ‘Because This Is My First Life’ Soroti Ragam Perjuangan Perempuan Kelas Menengah
-
Character Ensemble yang Lucu dan Beragam
Salut kepada writer-nim alias para penulis drama ini karena telah membuat kumpulan karakter yang menarik, beragam, dan lucu, dengan latar belakang dan bagasi masing-masing. Semua karakter bermain baik karena rata-rata merupakan aktor teater. Sesuai dengan tema komedi hitam yang campy fun, mereka tampil konyol cenderung slapstick tapi porsinya pas. Setiap rombongan penghuni Geumga Plaza muncul, mereka selalu mencuri adegan dan perhatian.
Sampai para penjahatnya pun komikal dan membuat kita enggak bisa membenci mereka. Seperti si Babo alias bos besar Babel yang psikopat tapi juga konyol dan bisa menertawakan dirinya yang punya kuping besar.
-
Karakter Utama Perempuan yang Enggak Takut Kelihatan Jelek
Karakter utama perempuan, pengacara Hong Chae-young (diperankan dengan baik oleh Jeon Yeo-been), berbeda dari karakter-karakter perempuan di drama Korea yang suka digambarkan timid dan canggung. Dia percaya diri, pintar, cantik, tapi juga lucu dan tidak segan tampil konyol. Dia pemberani, pintar bicara, dan mampu cutting through Vincenzo’s bullshit.
Dinamika hubungannya dengan Vincenzo sangat menyenangkan untuk dilihat karena chemistry-nya kental, membuat para penggemar shipping mereka berdua.
Baca juga: Drakor ‘Mr. Queen’, Aset Negara dan Bentuk ‘Soft Power’ Korea Selatan
-
Vincenzo Punya Warna Asia yang Dekat dengan Kita
Yang menyenangkan dari drama Korea adalah kedekatannya dengan penonton Indonesia karena banyak tradisi dan budaya yang mirip sebagai sesama negara Asia. Tidak terkecuali dalam Vincenzo.
Kita bisa relate sama anak SMA yang dikeplak ibunya karena ketahuan merokok. Atau tuan rumah yang mau gila karena tamu pakai sepatu di dalam rumah. Bagaimana seorang anggota mafia disuguhi dan kemudian gemar ubi Cilembu. Atau petinggi media yang korup yang sangat percaya dukun.
-
Vincenzo Tampilkan Banyak Referensi Budaya Pop
Ada banyak easter eggs berisi referensi dan budaya pop dalam Vincenzo, seperti homage terhadap Lord of the Rings, Great Gatsby sampai The Godfather dan Carrie. Lalu Ok Taecyon, aktor pemeran bos Babel, mengolok-olok dirinya sendiri yang merupakan rapper grup 2 PM, dengan mengucapkan salah satu lirik dalam lagu boyband tersebut, “Can you feel my heartbeat?", lengkap dengan gerakan tangan khasnya.
Yang menyenangkan juga adalah referensi-referensi dari drama Korea sendiri, misalnya saat geng Geumga Plaza saling mencela:
“Dasar lu, Park Saeroyi KW! (mengacu pada karakter utama di Itaewon Class).”
“Lah, daripada lu mirip tentara Korut (referensi pada Crash Landing on You).”
Bedanya, Vincenzo tidak hanya telah mengisi lubang-lubang dan memperbaiki apa yang Itaewon Class gagal lakukan, tapi drama Korea ini telah membawanya ke level yang lebih tinggi.
Comments