1. Terlalu Baik, Terlalu Menarik: Karakter Cowok Drakor Tak Masuk Akal?
Drama Korea (drakor) selalu punya daya pikat. Tak cuma menawarkan sinematografi apik, plot menarik, tapi juga karakter lelaki yang terlalu baik. Mulai dari Moon Kang-Tae (Kim soo-Hyun) dari It’s Okay Not To Be Okay, Hong Du-sik (Kim Seon-ho) dari Hometown Cha Cha Cha, dokter anak Kim Jun-Wan (Jung Kyoung-Ho) dari Hospital Playlist, hingga Lee Jun-Ho (Kang Tae-Oh) dari Extraordinary Woo.
Karakter laki-laki utama tersebut, setidaknya punya pesona yang sama di mata penonton perempuan. Mereka berempati tinggi, pengertian, dan sensitif pada keadaan orang lain. Mereka juga memandang perempuan secara setara. Sehingga, mereka tidak punya apa yang kita sebut sebagai men entitlement, alias mengutamakan keinginan pribadinya.
Baca selengkapnya di sini
Adagium bahwa bad news is a good news atau if it bleeds, it leads tampaknya tak lagi “menjual” belakangan. Buktinya, sejumlah media seperti DW, The Guardian, The New York Times, hingga BBC mulai ramai-ramai menggunakan pendekatan reportase yang lebih konstruktif. Alih-alih menonjolkan nestapa bencana kelaparan atau perang, DW mengangkat sisi positif dalam seri 10 video bertajuk “The Bright Side” (2018). Sementara, BBC (2020) memilih menceritakan bagaimana orang saling bantu selama pandemi COVID-19.
Di Indonesia, genre jurnalisme konstruktif relatif belum familier digunakan. Magdalene dalam hal ini, menjadi salah satu media yang mengaplikasikannya di ruang redaksi. Bahkan tak hanya berhenti di ruang redaksi internal, media yang fokus pada isu gender dan minoritas tersebut juga menularkan genre jurnalisme konstruktif pada 25 jurnalis di Jawa Barat dan DKI Jakarta, 6-7 Agustus 2022.
Simak artikelnya di sini.
Budaya menumpahkan keluh kesah dengan tujuan viral dan mencari keadilan di mata netizen ini bernama spill the tea.
Istilah ini pertama kali terekam dalam buku One of the Children: An Ethnography of Identity and Gay Black Men oleh William G. Hawkeswood, pada 1991. Lalu, pada 1994, John Berendt mewawancarai Lady Chablis, drag queen kulit hitam terkenal, tentang kisah cintanya. Lady Chablis bilang, “My T. My thing, my business, what’s going on in my life.”
Ini artikel lengkapnya.
Kalau selama ini kamu lebih banyak mendengar pengalaman orang yang naksir dengan orang lain, mungkin kamu belum familier dengan aromantisme. Aromantisme adalah sifat seseorang yang tidak—ataupun jarang, merasakan ketertarikan romantis terhadap individu. Karena itu, seorang aromantis cenderung tidak ingin memiliki relasi romantis dengan siapa pun, terlepas dari gendernya.
Awalnya, kata “aromantis”—sebutan untuk orang yang tidak memiliki ketertarikan seksual atau disebut juga aro—mulai dikenal sejak awal 2000-an. Berdasarkan catatan Aromantic-Spectrum Union for Recognition, Education, and Advocacy (AUREA), istilah tersebut terbentuk dalam komunitas aseksual.
Baca artikelnya di sini.
Pekan lalu, kandasnya hubungan aktor Leonardo DiCaprio dengan Camila Morrone menjadi bulan-bulanan warganet. Pasalnya, mereka mengakhiri hubungan beberapa bulan setelah Morrone berulang tahun ke-25. Warganet sendiri cenderung enggak kaget dengan kabar tersebut lantaran DiCaprio digadang-gadang memiliki “pola” dalam berkencan. Dalam visualisasi data yang dibuat oleh Trust Little Brother di Reddit, batasan usia perempuan yang dikencani DiCaprio hanya mencapai 25 tahun.
Hubungan dengan rentang usia jauh seperti DiCaprio merupakan kronofilia. Yang perlu digarisbawahi dari kecenderungan ini adalah kemungkinan adanya relasi kuasa dalam hubungan yang dijalin. Sebab, perbedaan rentang usia yang cukup jauh, menjadi celah bagi salah satu pihak untuk mengontrol pasangannya. Ditambah rentetan figur publik tersebut memiliki prestise dan kekayaan.
Baca artikelnya di sini.
Comments