Women Lead Pendidikan Seks
March 04, 2022

5 Artikel Pilihan Sepekan: Review ‘Euphoria’ hingga Polusi Toa Masjid

Redaksi Magdalene merangkum lima berita pilihan untuk pekan ini, mulai dari ulasan ‘Euphoria’ hingga polusi suara toa masjid.

by Magdalene
Issues
5 Berita Pilihan
Share:

Perkara Toa Masjid, Polusi Suara, dan Kerukunan Beragama

Hari-hari ini, Kemenag tampaknya sudah lebih progresif setelah mengeluarkan peraturan teranyar tentang toa masjid. Dalam Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala dijelaskan beberapa pengaturan dasar, termasuk jenis pengeras suara, durasi untuk menggunakan pengeras luar, dan macam-macam peruntukannya.

Dalam keterangannya di Antara, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, pengaturan penggunaan pengeras suara di masjid bertujuan untuk menjaga hubungan harmonis antar umat beragama. Aturan tersebut bukan bentuk pelarangan.

"Surat edaran ini dikeluarkan dengan tujuan agar tidak ada umat agama lain yang terganggu. Kita tahu itu syiar agama Islam, silahkan gunakan toa, tapi tentu harus diatur. Diatur bagaimana volumenya tidak boleh keras, maksimal 100 desibel," ujarnya kepada Antara, (24/2).

Baca selengkapnya di sini.

‘Euphoria’: Kumpulan Momen Tak Nyambung yang Dirangkai Satu

Sejak pertama kali tayang di HBO, saya sudah tertarik dan langsung mengikuti Euphoria. Selain karena selalu suka dengan tema Coming of Age, saya juga penasaran bagaimana HBO mengemas tema ini. Saat itu, mereka belum pernah “main-main” di pasar remaja. Produk-produknya juga selalu serius, mahal dan berkualitas. Apa yang membuat HBO tertarik untuk memproduksi Euphoria?

Dari musim pertama, kita tahu kalau Euphoria adalah cerita remaja yang vulgar (secara harfiah menampilkan ketelanjangan karakter perempuan dan laki-laki, lengkap dengan the infamous scene penis ereksi). Bukan cuma secara seksual, naskah Euphoria juga vulgar menampilkan cerita tentang adiksi pada narkotika, toxic relationship, gender identity, dan isu-isu tabu lainnya.

Simak artikelnya di sini.

Kencani ‘Serial Dater’: Ingin Perhatian, Enggan Berkomitmen

Biasanya, serial dater menginginkan hubungan romantis bersifat kasual, atau memiliki ikatan fisik dan emosional yang ringan.  Alasannya, mereka menyukai sensasi mengejar seseorang, dan masa-masa di honeymoon phase di awal hubungan. Namun, sebelum hubungan itu bergerak lebih jauh, mereka buru-buru mencari “target” berikutnya.

Enggak heran kalau kamu pernah terikat dengan seorang serial dater, karena dapat dikatakan mereka pandai memanipulasi dan tidak menunjukkan diri yang sebenarnya. 

Melansir Women’s Health, serial dater senang jika merasa diinginkan seseorang, karena itu memvalidasi kehadirannya. Maka itu, mereka berusaha mendapatkan afeksi atau memenuhi hasrat, tanpa melibatkan emosi.

Simak artikelnya di sini.

Di Balik ‘Mobile Game’ yang Menguras Dompet dan Menyasar Anak-anak

Aplikasi permainan FTP menjual berbagai item atau barang virtual melalui pembelian dalam aplikasi, yang harganya berkisar antara Rp 3.000,00 - Rp 2.999.000,00 per item

Berbagai jenis item virtual ditawarkan melalui pembelian dalam aplikasi berkisar dari mata uang virtual, hingga karakter dalam permainan yang dapat dikoleksi dan memengaruhi estetika permainan.

Salah satu penawaran yang umum ditemukan pada pembelian dalam aplikasi adalah mekanisme loot box (kotak hadiah atau jarahan) atau gacha (mesin penjual mainan), yang memberikan hasil secara acak dan menyerupai perjudian.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak. Sebagai reaksi, beberapa negara seperti China dan Uni Eropa akhirnya menetapkan regulasi ketat untuk membatasi implementasi mekanisme loot box

Selengkapnya di sini.

Russia-Ukraine Conflict: What are the Nuclear Risks?

Nuclear weapons aren’t just abstract instruments intended to deter aggression and maintain stability.

As countries modernize and expand their nuclear weapons arsenals, experts around the world have been warning that nuclear weapons are increasingly being seen as “usable” by the political and military leaders who wield them. 

Read the article here.

MAGDALENE is an online publication that offers fresh perspectives beyond the typical gender and cultural confines. We channel the voices of feminists, pluralists and progressives, or just those who are not afraid to be different, regardless of their genders, colors, or sexual preferences. We aim to engage, not alienate.