Bekerja dari rumah di tengah krisis karena virus Corona (COVID-19) ada enak dan enggak enaknya. Enaknya, tentu kita tidak perlu pakai baju rapi setiap hari (mandi juga opsional), bisa hemat uang transpor plus uang jajan dan ngopi. Pekerjaan bisa lebih cepat selesai (selama kita disiplin tentunya). Enggak enaknya, kalau kamu punya anak, atau tidak ada pembantu, pekerjaan rumah tangga juga menumpuk selain tugas-tugas dari kantor.
Penting buat menjaga kesehatan mental di saat-saat yang tidak menentu ini. Walaupun enggak bisa keluar rumah mencari hiburan, kamu bisa menggantinya dengan bingewatching film seri misalnya. Termasuk drama Korea alias drakor. Nah, kalau kamu salah satu orang yang selama ini tidak pernah menonton drakor, tidak mengerti daya tariknya apa, bahkan menganggap remeh orang-orang yang menonton drakor, mungkin ini saat yang tepat untuk mulai membuka pikiran kamu.
Saya juga dulunya skeptis dan seorang late bloomer dalam hal drama Korea—saya baru mulai menonton dua tahun belakangan ini. Jadi saya merasa ada dalam posisi yang tepat untuk mengubah pikiran kamu soal drakor, dan merekomendasikan drama-drama Korea yang layak tonton.
Daftar ini sangat subyektif tentunya, hanya berbasis preferensi pribadi saya. Namun, meski jauh dari lengkap, daftar ini sudah terkurasi, jadi kamu enggak perlu repot cari drama Korea yang bagus, karena banyak juga drakor yang garing dan basi.
Saya tidak memasukkan Crash Landing on You di dalam daftar, meskipun drakor ini sedang trending dan berhasil mengonversi para “non-drakorian”. Karena jiwa contrarian saya selalu membuat saya selalu menolak mengonsumsi hal-hal yang sedang hip, saya belum menonton serial tersebut (mungkin tiga bulan lagi baru saya tonton).
Jadi, berikut ini drakor yang layak bingewatching rekomendasi saya.
-
The Cravings (2 season) dan Let’s Eat (3 season)
Kalau kamu tipe orang yang suka mengikuti akun-akun memasak di instagram (meskipun enggak pernah masak), sering menonton video-video mukbang (meski kadang sampai enek), atau kamu sudah mulai bete makan telur ceplok atau Indomie tiap hari gara-gara COVID-19, maka dua serial ini bisa menemani waktu makan kamu.
Fokus utama dua serial ini adalah makanan, tapi diceritakan dari kacamata kehidupan karakter-karakternya. The Cravings bahkan memberikan resep di akhir filmnya, mungkin untuk mengompensasi tipisnya ceritanya. Let’s Eat yang saat ini sudah memiliki tiga musim memiliki plot yang lebih kuat dan menghibur (season ketiga menurut saya paling bagus).
Peringatan: Menonton film ini akan membuat kamu craving makanan Korea hampir tiap hari. Jadi kalau takut dompet bocor gara-gara kebanyakan pesan Go-Food, paling enggak siapkan beberapa jenis ramyun instan di rumah untuk darurat ngiler.
Baca juga: 5 Drakor dengan Karakter Perempuan yang Anti-Stereotip
-
Ms. Hammurabi (2018)
Harus saya akui, pada awalnya saya termasuk orang yang menganggap remeh film dan serial TV Korea, kecuali untuk yang mengandung unsur food porn seperti dua drakor di atas. Namun ketika saya melihat cuplikan satu adegan Ms. Hammurabi di Instagram, saya langsung tertarik untuk menonton. Apalagi ketika saya mendapati bahwa film ini bertema feminis. Dan ternyata memang tidak mengecewakan.
Serial yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama ini bercerita tentang seorang hakim perempuan muda Park Cha O-reum (Go Ara) yang sangat idealis dan berani berbeda, sehingga sering kali terlibat konflik dengan kolega dan atasannya. Film seri ini tidak sempurna, namun kekuatannya ada pada Cha O-reum dan atasannya Jung Bo-wang, hakim senior yang pemarah, namun berintegritas tinggi. Dan terus terang, saya sudah jatuh hati sejak menit-menit pertama, ketika Cha O-reum melawan “manspreading” di dalam MRT.
-
My Mister (2018)
Obsesi saya dengan Lee Sun-kyun, aktor di film Parasite yang menang Oscar tahun ini, membuat saya mengubek-ubek internet untuk mencari film-film lain yang dibintangi dia sampai akhirnya menemukan drama ini. Serial ini mengisahkan tentang Dong Hun (Sun Kyun), seorang insinyur di sebuah perusahaan besar yang sedang menghadapi tantangan dalam keluarga dan kariernya, dan Ji An (Lee Jie-eun atau IU), perempuan muda dengan kehidupan yang keras.
Film in menyoroti berbagai aspek dalam masyarakat Korea: Kesenjangan kelas, alkoholisme, kekerasan, pengangguran, namun tetap lewat cerita yang personal, menyentuh dan dalam. Bersama dua aktor yang memerankan kakak dan adiknya, Lee Sun-kyun memperlihatkan kualitasnya sebagai aktor papan atas Korea. Namun penyanyi K-Pop IU pun juga mampu mengimbangi sebagai seorang perempuan muda yang terobsesi secara platonis dengan laki-laki yang dua kali lebih tua dari dirinya.
-
Something in the Rain atau Pretty Sister Who Buys Me Food (2018)
My Mister memang film yang sangat bagus dan membuat kita susah berhenti menonton. namun setelah menamatkan serial ini, mungkin kamu perlu sesuatu yang bisa membuat kamu melupakan sulitnya hidup. Lagipula, bukan escapism namanya kalau yang kita tonton berat terus. Nah, Something in the Rain adalah the ultimate escapist film.
Film ini mengeksplorasi relasi antara Jin-ah (Son Ye-Jin), seorang supervisor di sebuah perusahaan waralaba kedai kopi, dan Joon-hee (Jung Hae-in), seorang animator yang juga adik dari sahabatnya. Dari poster, intro, sampai soundtrack-nya jelas menunjukkan bahwa ini adalah film romantis–yang sebenarnya bukan genre favorit saya–tapi membuat saya jatuh hati karena film ini tetap terasa personal dan intim, jauh dari kesan klise.
Karakterisasi yang kuat (dan didukung oleh aktor-aktor mumpuni) mengimbangi premis yang sebenarnya sangat biasa–hubungan yang tidak lazim (bayangkan kamu naksir sama adik sahabat kamu yang usianya enam tahun lebih muda dan sudah kamu kenal sejak kecil), dan tidak direstui keluarga (ibu kamu matre dan senang pansos).
Chemistry Joon-hee dan Jin-ah pun benar-benar menggemaskan, sehingga penonton yang skeptis seperti saya pun tanpa sadar berinvestasi secara emosi ke dalam film ini. Yang saya sukai juga dari film ini juga adalah perkembangan karakter Jin-ah, yang awalnya menyebalkan karena terlalu penurut dan enggak enakan, menjadi salah satu pencetus gerakan #Metoo di kantornya.
Bonus point: saya jadi punya celebrity crush kedua selain Lee Sun-kyun.
Baca juga: Ini Satu Alasan Lagi Mengapa Harus Menonton Drama Korea
-
The Producers (2015)
Seperti banyak drama Korea lainnya, ini serial yang tidak hanya menghibur tapi juga memperlihatkan banyak aspek tentang masyarakat dan sistem di Korea, dalam hal ini industri penyiaran di negara tersebut. The Producers adalah drama tentang kehidupan pekerja di dunia hiburan, khususnya para produser variety shows di stasiun televisi publik di sana.
Film in dikisahkan dari kacamata seorang produser junior, dua orang produser senior (acara reality TV dan acara musik), serta seorang bintang K-Pop (yang diperankan oleh IU juga). Di drama ini kamu akan bisa mengerti fenomena bunuh diri para bintang K-Pop. Serial ini juga mengingatkan saya pada W1A, sebuah komedi situasi Inggris yang mengambil latar kantor BBC, sangat self-deprecating dan meta, dengan menggunakan acara-acara TV yang memang ada dalam kehidupan nyata.
-
Diary of Prosecutor (2019)
Dinarasikan oleh Lee Sun Wong dan dibintangi oleh Lee Sun-kyun (ya, saya memang terobsesi dengan dia), film ini menyoroti dinamika kantor kejaksaan di Jinyoung, sebuah kota fiktif di daerah pesisir yang sering dianggap remeh oleh para jaksa di bagian lain di Korea Selatan. Seperti drama Korea berkualitas lainnya, kekuatannya ada di karakterisasi yang solid, akting yang natural, dan pengangkatan tema-tema sosial yang dibungkus dalam cerita keseharian yang membumi. Nilai-nilai feminisme yang berkonteks lokal juga terwakili dalam serial ini, terutama dalam beberapa episode khusus, namun tetap dengan gaya khas drakor yang ringan dan menarik. Kita juga banyak belajar tentang sistem peradilan di Korea Selatan dan tantangan yang dihadapi para jaksa termasuk kolusi dan nepotisme (beda tipislah dengan di Indonesia). Di luar keseriusan temanya, serial ini juga tetap lucu dan menggemaskan.
-
Itaewon Class (2020)
Don’t get mad, get even! Ini mungkin pesan utama dari serial yang diadaptasi dari webtoon dengan nama yang sama ini. Serial ini mengisahkan seorang mantan napi Park Sae-ro-yi (Park Seo-joon) yang mengalami banyak ketidakadilan, dan berusaha bangkit dengan menjadi pengusaha bar-restoran di daerah trendi Itaewon di Seoul. Yang saya sukai, tokoh perempuan di drama ini digambarkan dengan kompleksitas dan kekurangannya: Kuat, berdaya, sadar diri, tapi juga arogan, self-serving, dan sedikit sosiopatis. Serial ini masih berlangsung, dan, jujur, saya baru menonton sampai episode 6, jadi kalau ternyata drama ini mengecewakan, sebelumnya saya minta maaf. Tapi sampai saat ini, drama ini masih menarik dan lucu.
Mudah-mudahan daftar ini bisa mematahkan asumsi kamu drama Korea itu cheesy dan stereotipikal. Selamat bingewatching! Kabari saya kalau kamu ada rekomendasi drakor bagus lainnya.
Comments