Women Lead Pendidikan Seks
June 13, 2022

Riset: Awas, Stres Bisa Bikin Kita Lebih Egois

Tak hanya bikin lebih egois, riset terbaru menunjukkan stres berpengaruh pada meningkatnya sifat serakah orang.

by Anita Tusche diterjemahkan Arina Apsarini
Lifestyle
Ketika Kita Diwariskan Trauma dan Bagaimana Mengatasinya
Share:

Kamu tak sendirian jika sedang merasa stres sekarang. Di Kanada, seperempat penduduk melaporkan mereka mengalami tingkat stres yang tinggi nyaris saban hari. Separuh populasi Kanada mengatakan tingkat stres mereka meningkat sejak pandemi dimulai.

Stres memengaruhi semua diri kita. Stres memengaruhi tubuh, pikiran, dan perilaku kita. Saya baru-baru ini menjadi bagian dari tim peneliti yang meneliti bagaimana stres memengaruhi kemurahan hati seseorang dan siapa yang sangat rentan merubah perilaku sosialnya saat berada di bawah tekanan.

Kami ingin memahami bagaimana hormon stres, respons otak, dan pemikiran kami tentang orang lain bekerja sama untuk menjelaskan bagaimana stres dapat membuat orang menjadi egois dan mengapa hal itu tidak terjadi pada semua orang di level yang sama.

Baca juga: ‘Emotional Eating’: Mengapa Kita Banyak Makan Saat Stres?

Stres Berdampak pada Altruisme

Dalam penelitian kami, kami meminta peserta untuk menyumbang ke berbagai badan amal sebelum dan sesudah mengalami tekanan sosial. Untuk mensimulasikan konsekuensi dari sebagian besar tindakan altruistik di dunia nyata, sumbangan dalam eksperimen ini memiliki konsekuensi nyata.

Masing-masing peserta diberi 20 euro sekitar Rp310 ribu dan mereka dapat menyimpan uang berapa pun untuk tidak disumbangkan. Kami menemukan, sebagian besar peserta bersedia mendukung tujuan amal.

Namun, setelah peserta mengalami stres, yang ditangkap lewat peningkatan kadar hormon stres kortisol — memengaruhi kemurahan hati mereka.

Dengan kata lain, respons stres tubuh yang lebih tinggi mengurangi altruisme mereka.

Namun, tidak semua orang terpengaruh oleh stres dengan cara yang sama. Kerentanan peserta terhadap hormon stres kortisol terkait dengan kemampuan mereka untuk memahami keadaan mental batin orang lain (seperti kebutuhan, keyakinan, tujuan, atau sudut pandang mereka). Kemampuan ini terkadang secara positif dikaitkan dengan perilaku altruistik.

Peserta dengan keterampilan mental yang tinggi adalah orang-orang yang sangat rentan untuk menjadi lebih egois di bawah tekanan.

Baca juga: Ibu Depresi, Bayi Stres: Pentingnya Akses Kesehatan Mental Pascamelahirkan

Otak Setelah stres

Kami mengukur aktivitas otak peserta selama pemberian amal, baik sebelum dan sesudah stres, menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional.

Kami menemukan, ada wilayah otak yang memediasi pergeseran altruisme terkait kortisol: Korteks prefrontal dorsolateral. Area ini telah lama dikenal memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan altruistik dan kontrol kognitif.

Hormon stres kortisol mengubah aktivasi di wilayah otak ini dan memediasi efek negatif stres pada perilaku altruistik. Ini memberikan mata rantai yang hilang antara respons stres tubuh dan perubahan yang diamati dalam perilaku sosial kita. Secara khusus, ini menjelaskan bagaimana tepatnya otak merespons stres dan berkontribusi pada keinginan yang berubah untuk membantu di bawah tekanan.

Temuan kami penting karena mengungkapkan beberapa hal:

  1. Mereka membantu memahami hubungan antara respons stres tubuh dan perubahan terhadap kesediaan kita untuk membantu orang lain. Masyarakat bergantung pada kesediaan orang untuk berbagi, bekerja sama, dan membantu. Altruisme penting untuk memastikan sebuah masyarakat berfungsi — Tinggi tingkat stres yang dilaporkan oleh banyak orang Kanada merupakan ancaman bagi masyarakat.

Memahami bagaimana stres dapat memengaruhi perilaku sosial kita terhadap orang dan organisasi lain sangatlah penting. Memahami hal ini pada akhirnya dapat membantu mengembangkan intervensi baru.

  1. Tidak semua orang sama: tidak semua orang menunjukkan respons yang sama di bawah tekanan. Mengidentifikasi karakteristik yang menjelaskan kerentanan terhadap efek stres berguna karena dapat membantu melindungi orang yang rentan dengan memberi tahu kita siapa mereka.

  2. Temuan ini menunjukkan strategi untuk membantu kita memperlakukan orang lain yang berpotensi berbahaya karena respons stres. Secara khusus, hasilnya menunjukkan bahwa intervensi yang ditargetkan untuk mengurangi tingkat stres dapat meningkatkan altruisme di antara orang Kanada (terutama pada mereka yang bermental kuat).

Kita memerlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan proposisi ini, tetapi ini menunjukkan hal yang menarik bagi siapa saja yang tertarik untuk menciptakan komunitas dan lingkungan yang lebih prososial. Meskipun mungkin bukan hal pertama yang terlintas dalam pikiran, cara baru dan efektif untuk mengurangi stres pada anggota komunitas kita yang rentan dapat menjadi kunci untuk memastikan lingkungan sosial yang mendukung.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Anita Tusche, Assistant Professor, Psychology, Queen's University, Ontario, sedangkan Arina Apsarini dari Binus University.