Peran gender tradisional di mana perempuan jadi satu-satunya yang andil dalam kerja domestik adalah anggapan basi. Sayangnya, ini telah mengakar sedemikian rupa dalam masyarakat kita.
Hal itu pula yang kerap membuat perempuan, terutama ibu yang terpaksa menanggung beban ganda. Mulai dari ibu rumah tangga sekaligus mengurusi kerja domestik, sebagai istri dari suami, orang tua bagi anak, dan peran sebagai pencari nafkah untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarga.
Merespons ini, Asha Puan, komunitas yang bergerak di isu kesetaraan gender, bekerja sama dengan Yayasan Pulih sebagai salah satu penggerak utama kesetaraan gender di Indonesia meluncurkan kampanye sosial #BerbagiPeran. Kampanye sosial ini hadir guna memberi dukungan dan kesempatan yang sama tanpa pandang gender untuk menghilangkan stereotip peran gender tradisional.
Baca juga: Hari Perempuan Sedunia, Jumlah Pengusaha Perempuan di Tokopedia Melejit
Yasmin Afifah, Founder Asha Puan mengungkapkan, kampanye sosial ini digagas karena naiknya intensitas pekerjaan rumah tangga akibat pembagian pekerjaan rumah tangga yang tidak merata yang dialami oleh perempuan sejak pandemi COVID-19.
“Dengan adanya kampanye ini diharapkan terlahirnya kebiasaan baru laki-laki yang tidak segan dalam melakukan peran domestik dan tidak ada lagi stigma ‘kewajiban’ untuk perempuan mengerjakan pekerjaan domestik karena peran itu bisa dikerjakan bersama-sama,” ungkap Yasmin dalam rilis resmi yang diterima Magdalene, (8/3).
Pada dasarnya, imbuh dia, tiap anggota keluarga memiliki peran serta tanggung jawab masing-masing. Itu tidak terbatas pada peran gender tradisional, sehingga sudah waktunya untuk setop mengglorifikasi jika lelaki turut mengambil peran.
Dian Indraswari, Direktur Yayasan Pulih bilang, “Pembagian peran di pekerjaan domestik merupakan salah satu cara untuk menciptakan isu kesetaraan gender. Melalui berbagi peran, kita akan belajar caranya untuk menciptakan kemitraan yang sehat dan setara antara perempuan dan laki-laki, menantang bias persepsi mengenai peran gender yang kita miliki selama ini, termasuk juga saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan kesetaraan.”
“Peran perempuan dan laki-laki dalam ranah domestik sama-sama penting dan setara, tidak ada yang lebih penting ataupun kurang penting,” tandasnya.
Baca juga: Sejarah Perempuan dan Bulan Maret
Hentikan Sekarang Domestifikasi Perempuan
Lingkungan sosial dan rumah tangga yang menerapkan norma gender tradisional kerap memaksa perempuan tetap melakukan tugasnya sebagai penanggung jawab pekerjaan domestik. Ini bahkan berlaku sekali pun ia telah memiliki tanggung jawab sebagai pencari nafkah di sektor publik.
Berdasarkan data dari Bps.go.id, angka perempuan menikah atau ibu rumah tangga sambil bekerja pada 2020 mencapai 28,74 persen dan naik signifikan dari 2019 yang persentasenya mencapai 26,77 persen.
Terkait ini, Yayasan Pulih berpendapat, jika terjadi ketimpangan, maka tidak ada kesetaraan di rumah. Ketimpangan ini dapat mengarahkan pada munculnya konflik yang berkepanjangan dan tidak selesai, sehingga berdampak pada seluruh anggota keluarga. Tak hanya itu, dampaknya bisa sangat beragam, termasuk psikologis, emosional, fisik dsb.
Sebagai informasi, kampanye sosial ini dijalankan seluruhnya secara digital lewat aplikasi Campaign #ForChange, sebuah platform aksi sosial garapan startup Campaign.com.
Baca juga: Bagaimana Perempuan Lokal Maknai Hari Perempuan Internasional
Untuk menyukseskan kampanye ini, Asha Puan mengajak publik untuk melakukan empat aksi dan setiap aksi yang terselesaikan akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp10.000 oleh Yayasan Dunia Lebih Baik dan Kampus Merdeka.
Donasi ini nantinya akan digunakan untuk pelaksanaan lokakarya (workshop) gratis seputar pembagian peran anggota keluarga di dalam rumah tangga bersama Yayasan Pulih.
Keterlibatan Asha Puan dan dua sponsor ini juga diharapkan dapat menginspirasi generasi muda dan masyarakat umum untuk sadar akan perjuangan perempuan menghadapi kerasnya peran gender dan beban ganda.
Comments