Women Lead Pendidikan Seks
December 09, 2022

‘Hotline 1998’: Dokumenter yang Merekam Rahasia Kelam Tragedi 1998

Satu lagi kejadian penting yang dilupakan sejarah hadir dalam sebuah film berjudul ‘Hotline 1998’.

by Chika Ramadhea, Reporter
Culture // Screen Raves
Share:

Pertama kali mengetahui tentang Tragedi 1998, aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Buku cetak menyebut kata itu sambil menggambarkan situasi krisis moneter atau krisis keuangan yang menimpa Indonesia. Perekonomian dunia juga disebut-sebut anjlok. Tapi, tak ada keterangan tentang pelanggaran HAM.

Baca jugaMenolak Lupa, Kerusuhan Mei 1998

Aku cuma ingat cerita tentang Presiden Soeharto yang terpaksa mundur karena mahasiswa sudah ramai menduduki atap DPR. Guruku sempat bilang, pada 1998 keadaan Indonesia memang sangat kacau. Semua daerah terkena dampaknya. Cuma cerita tiap daerah beda-beda, kebanyakan tersimpan sebagai trauma warga, bukan berita yang bisa kita tonton dan baca.

Salah satu cerita yang bikin aku paling terkejut adalah cerita tentang perkosaan massal yang terjadi di kerusuhan 1998, di Jakarta.

Baca jugaGenerasi yang Dijauhkan dari Sejarahnya: Refleksi Setelah Baca 'Laut Bercerita'

Salah Satu Sejarah Indonesia yang Kita Tak Pernah Tahu

Banyak fakta-fakta Tragedi 1998  yang disembunyikan. Terutama tentang perkosaan massal yang konon menyasar perempuan-perempuan keturuan Tionghoa itu. Untuk waktu yang cukup lama, fakta itu diperlakukan sebagai desas-desus. Ornag-orang yang menceritakannya dianggap tukang kibul oleh para penguasa.

Dokumenter Hotline 1998 hadir sebagai antitesa, sekaligus bukti yang berusaha mengungkap rahasia kelam itu. Film ini berisikan narasi tentang para volunteer yang saat itu bertugas sebagai bala bantuan korban-korban pelecehan dan kekerasan seksual ketika Tragedi 1998 terjadi.

Dari sekian banyak volunteer yang terlibat hanya empat orang yang bersedia di wawancara dalam film ini. Nama dan wajah mereka disamarkan, sesuai permintaan mereka sendiri. Hanya satu orang yang bersedia ditampilkan nama dan wajahnya, yaitu Sandyawan Sumardi.

Mereka bercerita bagaimana pada saat itu mereka membantu para korban ini, dan kebanyakan perempuan yang mengalami korban pelecehan dan kekerasan seksual dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Kebanyakan korban ini berasal dari perempuan keturunan Cina.

“Ketika kita baca data-data dan penelitian, Indonesia umumnya perekonomian dan bisnis banyak dijalankan oleh Cina-Indonesia. Bahkan sudah sejak lama, sentimen kepada Cina-Indonesia ini sudah ada karena menganggap mereka bagus di bisnis. Tapi karena itu mereka tidak diberi jalan lain untuk bekerja,” ujar Mrs. J, salah satu volunteer Hotline 1998 yang bersedia diwawancara untuk film dokumenter ini.

Tim Hotline 1998 saat itu membuat selebaran yang berisikan nomor telepon lalu disebar di sekitar Jakarta dan juga dinding-dinding sepanjang jalan. Agar memudahkan mereka dalam menghubungi tim Hotline ini. Tapi kebanyakan dari korban yang berhasil menelpon ada yang masih takut kalau korban ini akan ketahuan identitasnya. Mereka takut kalau identitasnya akan terbongkar. Yang menelepon ke hotline ini juga bukan semuanya korban. Ada juga beberapa orang yang sengaja menelepon karena menyaksikan kejadian itu dan memberitahu lokasi kejadiannya.

Kebanyakan korban yang ditolong oleh tim Hotline 1998 ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Bahkan banyak yang meninggal gara-gara pendarahan akibat kejadian kekerasan dan pelecehan ini. Tim Hotline 1998 juga berusaha untuk mencari rumah sakit dan dokter-dokter yang ingin menerima para korban kekerasan seksual ini.

“Banyak dari korban ini adalah perempuan muda yang masih kuliah atau yang belum menikah. Beberapa dari mereka bahkan ada yang mencoba untuk bunuh diri. Tapi ada juga yang pemulihannya cepat. Meskipun cepat tapi penerimaan akan kenyataan hidup ini tidak bisa dihindarkan, mereka menjadi setengah amnesia dan selalu menganggap kalau tubuh mereka itu murah. Selain perempuan muda, ada juga ibu-ibu yang menjadi korban. Keadaan mereka masih stabil dan bisa menceritakan apa yang terjadi. Karena pernyataan akan hidup yang pahit sudah lebih siaga. Korban ibu-ibu yang lebih sepuh ini sangat pemaaf, mereka hanya tidak ingin ibu-ibu yang lebih muda menjadi korban pemerkosaan,” ujar Sandyawan Sumardi, seorang pekerja kemanusiaan yang masuk ke dalam tim Hotline 1998.

Alasan Dibuatnya Film Hotline 1998

Hotline 1998 sengaja dikemas dalam bentuk animasi karena cerita korban sebagian berasal dari testimoni para volunteer. Tujuannya jelas, ingin ceritanya lebih mudah dicerna.

Film ini ingin mengingatkan kita bahwa masih ada kejadian-kejadian penting terjadi selama sejarah di Indonesia yang orang tidak ketahui. Padahal kejadian ini cukup penting untuk dibahas karena menelan banyak korban. Hak asasi mereka sebagai manusia seolah direnggut begitu saja.

“Sebenarnya dibuat film dokumenter ini karena pada 1998 itu saya mahasiswa. Dan ibu saya Tionghoa dan kami merasakan tekanan itu, tahu apa yang terjadi. Tapi ketika ada penghilangan dan usaha-usaha untuk membuat kita melupakan. Disitu saya merasa tidak harusnya begitu. Saya juga jadi sadar kalau ini adalah sebuah pola yang dilakukan oleh negara ini dimana banyak baba-babak dalam sejarah Indonesia ditutup. Saya tidak sependapat dengan hal ini, karena ini jadi semacam luka, luka kalau tidak diobati akan tetap jadi luka,” ujar Mandy Marahimin, produser dari Film Hotline 1998 ini. Ini juga mengingatkan bahwa kejadian seperti ini ada meskipun ditutup oleh sejarah.

Baca juga: Jangan Biarkan Korban Pelecehan Seksual Diam

Kesulitan dari film ini adalah menampilkan narasi apra korban dan juga para volunteer ini. Dari sekian belasan orang yang diwawancarai hanya empat orang yang berhasil untuk ditampilkan. Hotline 1998 ini dibuat animasi karena kesaksian para korban yang tidak bisa disampaikan secara langsung. Tindakan ini juga patut kita apresiasi karena tidak gampang untuk membuka luka yang lama ditutup.

Hotline 1998 juga bisa menjadi contoh agar lebih banyak film-film lain yang bisa menampilkan sejarah Indonesia yang sengaja dilupakan. Agar kita warga negara Indonesia bisa sama-sama belajar bahwa masih banyak sejarah-sejarah yang belum diketahui untuk dibahas dan didiskusikan bersama. 

Film Hotline 1998 ini menjadi bagian dari Program Buried Chapters. Nanti akan ada film-film lain yang akan tayang. Film-film tentang kejadian-kejadian yang seharusnya kita ketahui tapi ditutup negara.

Film ini bisa disaksikan secara gratis di Youtube.

Dulunya fobia kucing, sekarang pencinta kucing. Chika punya mimpi bisa backpacking ke Iceland.