Women Lead Pendidikan Seks
October 27, 2022

Lima Rekomendasi Film Indonesia Pasca-Reformasi

Momen Reformasi 1998 juga dipakai sineas Indonesia untuk mendobrak industri perfilman yang diatur negara. Berikut rekomendasi film Indonesia pasca-Reformasi yang bisa masuk daftar tontonanmu.

by Theresia Amadea, Reporter
Culture // Screen Raves
Petualangan Sherina
Share:

Era pasca-reformasi sering disebut-sebut sebagai masa kebangkitan industri film Indonesia. Indikatornya adalah kenaikan jumlah produksi film Indonesia yang sempat surut pada tahun 90-an. Petualangan Sherina, film produksi Miles Production karya sutradara Riri Riza, sering disebut-sebut sebagai pintu gerbang semangat penonton Indonesia. Film itu adalah film pertama Indonesia yang jumlah penontonnya tembus 1 juta.

Setelah itu, peningkatan produksi film nasional meningkat. Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat sineas kita memproduksi empat film pada 2001. Angkanya meningkat 87 film pada 2008.

Genre film-film kita juga makin berkembang pasca-Reformasi. Mulai dari horor, romance, drama, dan biofilm makin sering dibuat. Beberapa film bahkan jadi kultus dan punya fans garis kerasnya masing-masing. Buat anak-anak yang tumbuh bersama Petualangan Sherina, misalnya. Adegan Sadam (Derby Romero) dan Sherina (Sherina Munaf) berkelahi sambil bernyanyi dengan lirik, “Dia pikir dia yang paling hebat?” mungkin adalah satu dari sedikit adegan legendaris yang masih terkenang hingga dewasa.

Buat penonton Gen Z atau yang lebih muda, menonton film-film yang lahir pada era itu bisa jadi keseruan baru mengamati konteks ekonomi-sosial-politik (ekosospol) Indonesia setelah Reformasi.

Jika kalian ingin bernostalgia dengan film-film Indonesia era 2000-an awal, berikut rekomendasi film terbaik Indonesia pasca-reformasi yang bisa kalian tonton.

Baca juga: Film di Asia Tenggara Belum Inklusif, Minim Representasi Lesbian dan Transpuan

1. Ada Apa dengan Cinta? (2002)

Ada Apa dengan Cinta? menceritakan percintaan Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan Rangga (Nicholas Saputra) saat SMA. Cinta seorang siswa populer, cantik, dan pintar yang punya geng paling caem. Isinya, Maura (Titi Kamal), Mili (Sissy Priscillia), Carmen (Adinia Wirasti), dan Alya (Ladya Cheryl).

Berbeda Cinta yang selalu riang dan ekstrovert, loves interest-nya Rangga adalah karakter penyendiri dan dingin.

Sumber: IMDB

Cinta yang yakin menang lomba puisi kecewa ketika tahu Rangga berhasil mengalahkannya. Setelah menerima kekalahannya, Cinta berencana mewawancarai Rangga untuk mading sekolah. Rangga menolak berkali-kali permintaan itu, tapi Cinta tidak menyerah. Dinamika ini kemudian jadi awal hubungan Cinta-Rangga, yang kini jadi salah satu pasangan fiktif paling terkenal dalam khasanah film Indonesia.

Jika kalian suka dengan film romantis dengan nuansa sastra, Ada Apa dengan Cinta? bisa jadi opsi. Terlebih, jika kalian ingin bernostalgia menonton masa-masa SMA  era 2000-an awal. Film pertama Ada Apa dengan Cinta? bisa kalian tonton di Netflix, Vidio, atau Amazon Prime.

Ada Apa dengan Cinta? merupakan salah satu kisah romantis dengan tema musuh-jadi-kekasih. Jika kalian penasaran dengan perjumpaan Rangga dengan Cinta kalian bisa lanjut menonton Ada Apa Dengan Cinta 2.

2. Keramat (2009)

Keramat menceritakan tentang rentetan kejadian mistis yang dialami sebuah kru film selama membuat film mereka. Ia dikemas dengan konsep found footage. Ceritanya berawal saat Miea (Miea Kusuma) dengan kru film mereka berangkat dari Jakarta ke Yogyakarta untuk keperluan syuting film. Film ini memiliki format dokumentasi sehingga dari awal Poppy dan Cungkring (Monty Tiwa), merekam kegiatan tim.

Baru sampai di Yogyakarta, kru film mendapatkan banyak gangguan. Ada yang tiba-tiba sakit. Lalu,muncul laki-laki asing yang menyuruh mereka pulang ke Jakarta. Namun, Miea dan timnya tetap melanjutkan rencana syuting mereka. Kru film akhirnya tinggal di desa yang terletak di Bantul dan ditemani pemandu wisata Brama (Brama Sutasara).

Sumber: IMDB

Gangguan mistis yang dialami kru film terus berlanjut. Dari suara tangisan, suara gamelan misterius, sampai penampakan-penampakan menyeramkan. Kengerian film ini memuncak ketika Migi kerasukan. Makin parah lagi, Migi sempat menghilang dan diduga dibawa roh halus ke pantai Parangtritis.

Keramat adalah salah satu film horor Indonesia yang sempat ramai diperbincangkan karena disangka betulan kisah nyata. Bagi kalian yang ingin menonton film horor yang mirip The Blair Witch Project, Keramat bisa ditonton di Netflix.

Baca juga: 8 Film tentang Ayah yang Inspiratif dan Bikin Mewek

3. Petualangan Sherina (2000)

Petualangan Sherina adalah film yang menjadi bagian masa kecil Gen Z. Film musikal ini menceritakan petualangan Sherina dan Sadam.

Sherina yang berasal dari Jakarta pindah ke Lembang lalu bertemu Sadam. Di sekolah baru, Sherina kerap diganggu Sadam. Tak mau diam saja, Sherina melawan balik. Serunya, film musikal ini dilengkapi dengan nyanyian-nyanyian yang seru dan berkesan. Salah satunya, lagu Jagoan.

Pertengkaran Sherina dan Sadam berlanjut ke persaingan mendaki bukit terdekat. Sadam mencoba meninggalkan Sherina, tetapi saat berjalan pulang dia malah diculik. Penculiknya adalah orang suruhan pengusaha licik yang ingin membeli tanah ayah Sadam.

Sumber: IMDB

Sherina yang khawatir, akhirnya mencoba mencari Sadam. Setelah berhasil membebaskan Sadam, mereka berjuang untuk pulang ke rumah. Kejadian ini menjadi awal pertemanan Sherina dan Sadam.

Petualangan Sherina adalah film musikal yang bisa kalian tonton di Vidio. Film ini cocok buat kalian Gen Z yang rindu masa kecil 2000-an awal. Petualangan Sherina bisa jadi opsi menonton bersama orang terdekat atau anak kecil.

4. Gie (2005)

Gie adalah salah satu film biografi paling terkenal di era 2000-an. Mengangkat kehidupan Soe Hok Gie (Nicholas Saputra), aktivis mahasiswa yang menentang kediktatoran Sukarno dan Suharto. Gie adalah pemuda keturunan Tionghoa-Indonesia yang hidup di Jakarta era 1960-an.

Gie sosok yang kritis terhadap pemerintahan Indonesia. Saat remaja, Gie sudah terlihat idealis. Rasa cintanya pada Indonesia menjadi alasan dia berjuang melawan rezim saat itu.

Sumber: IMDB

Film ini bisa menjadi opsi nonton buat kalian yang ingin melihat Indonesia era 1960-an. Terlebih menonton pergolakan politik yang terjadi saat peralihan kekuasaan Sukarno ke Suharto. Kalian bisa menonton Gie di Vidio dan Prime Video.  

Baca juga: Etiket Nonton Film di Bioskop: Perlukah Orang Tua Ajak Anak?

5. Kuldesak (1998)

Kuldesak adalah sebuah film omnibus yang mengisahkan empat anak muda era 1990-an. Mereka anak muda yang ingin bebas dari kekangan. Lewat Kuldesak, penonton bisa melihat pandangan remaja tentang dunia saat 1990-an.

Aksan (Wong Aksan) memiliki obsesi membuat film. Meski terlahir sebagai anak orang kaya, ayahnya menolak membiayai obsesi Aksan. Setelah dikompori tangan kanan ayahnya, Aksan berencana mencuri uang ayahnya sendiri.

Andre (Ryan Hidayat) anak band tidak bahagia. Dia kesepian karena orang tuanya sibuk. Andre juga sangat terobsesi dengan Kurt Cobain. Suatu ketika, dia mendapatkan ramalan bahwa hidupnya akan berubah drastis. Besoknya, ramalan itu menjadi nyata.

Dina (Oppie Andaresta), penjual tiket di bioskop terobsesi menjadi pembawa acara TV populer. Dina berteman dengan tetangga kos-nya, pasangan gay bernama Budi dan Yanto. Pada mereka, Dina kerap mengaku bahwa pacarnya seorang selebritis terkenal.

Sumber: IMDB

Lina (Bianca Adinegoro) bekerja di biro iklan yang suka dipaksa lembur. Saat pulang dari lembur, dia diperkosa orang tak dikenal. Tak percaya pada polisi, dia menangani permasalahannya dengan tangan sendiri.

Kuldesak menceritakan kehidupan unik anak muda ibu kota. Walaupun kisah para tokoh tidak bersinggungan, mereka mempunyai kesamaan. Memiliki keresahan akan kehidupan.

Kuldesak memang tidak tersedia di layanan OTT. Namun, beberapa kali masih diputar oleh beberapa bioskop alternatif.

Theresia Amadea, reporter yang bermimpi hidup dengan tulisannya dan hidup sederhana dengan circle pilihannya. Menyukai budaya Korea dan Jepang dan bermimpi kuliah lanjut ke Eropa.