Women Lead Pendidikan Seks
June 29, 2022

Menonton Korut dan Korsel Bersatu dalam ‘Money Heist Korea: Joint Economic Area’

Apa jadinya jika Korea Utara dan Korea Selatan bersatu? ‘Money Heist Korea’ mencoba mengimajinasikannya.

by Candra Aditya
Culture // Screen Raves
Review idonesia Money Heist Korea
Share:

(artikel ini mengandung sedikit spoiler)

Ada alasan yang jelas kenapa La casa de papel atau yang banyak orang kenal dengan Money Heist menjadi sebuah fenomena global. Alex Pina sebagai kreatornya tidak hanya berhasil membuat sebuah serial yang menegangkan, tapi ia juga membuat perampokan sebagai sebuah statement politik. Ia berhasil membuat pernyataan tentang ketidaksetaraan (inequality).

Dengan storytelling yang matang dan karakter-karakter yang sangat mencolok mata, tidak mengherankan jika Money Heist akhirnya menjadi salah satu judul andalan Netflix yang akhirnya diberi kesempatan untuk mendapatkan remake.

Memilih Korea Selatan sebagai negara yang memproduksi remake La casa de papel adalah keputusan terbaik karena, seperti yang kita tahu, ia sekarang sudah masuk jejeran pusat hiburan dunia. Tidak ada yang tidak tahu drama korea di era ini. Semua orang di belahan dunia manapun pasti pernah mendengar—paling tidak—satu lagu K-Pop.

Setelah kejayaan Squid Game, Money Heist Korea: Joint Economic Area saya kira akan jadi pembuktian berikutnya filmmaker Korea Selatan menguasai pasar dunia. Terutama dalam melaksanakan tugasnya mengikuti kesuksesan La casa de papel orisinal dengan baik.

Baca Juga: 7 Drama Korea Layak Tonton Buat Kamu yang Skeptis

Money Heist Korea: Joint Economic Area dibuka dengan narator yang sangat tidak bisa diandalkan, Tokyo (Jeon Jong-seo), seorang army.

Sebagai fans BTS, hal paling sedih yang tidak bisa dilakukan Tokyo adalah melihat langsung idolanya, karena tinggal di Korea Utara. Namun, beberapa tahun kemudian, dalam semesta series ini, Korea Utara dan Korea Selatan memutuskan berdamai. Mereka bergabung untuk menciptakan Joint Economic Area (JEA), di mana warga dari dua negara bisa bekerja dan (mudah-mudahan) hidup asri bersama-sama. Oleh karena itu di tengah-tengahnya didirikanlah Mint, tempat uang dicetak sekaligus jadi latar utama cerita ini terjadi.

Setelah prolog 10 menit (lebih panjang dari versi aslinya), barulah kita melihat adegan yang sama dengan La casa de papel. Tokyo yang sedang lari dari kejaran polisi didatangi oleh laki-laki misterius bernama Professor (Yoo Ji-tae, penjahat yang sangat memikat di Oldboy) yang menawarkan sebuah tawaran fantastis. Bersama dengan Berlin (Park Hae-soo, langganan antagonis setelah Squid Game), Moscow (Lee Won-jong), Denver (Kim Jo-hoon), Nairobi (Jang Yoon-ju), Rio (Lee Hyun-woo), Helsinki (Kim Ji-hun) dan Oslo (Lee Kyu-ho), mereka pun bersama mencoba untuk merampok Mint.

***

Dari kecil kita sudah diajari untuk tidak mencuri, merampok, mengambil barang yang bukan kita. Kita semua tahu bahwa hal tersebut adalah hal yang tidak baik tapi kita tidak bisa mengingkari bahwa keinginan tersebut kadang kala muncul. Kadang pemikiran intrusif tersebut muncul secara tiba-tiba. Disitulah menurut saya peran sebuah tontonan seperti La casa de papel untuk kita semua yang ingin merasakan adrenalin tanpa perlu melakukan semua tindakan tidak baik tersebut. Kita diajak untuk banjir adrenalin, melakukan hal-hal yang tidak akan pernah kita lakukan dalam keadaan aman.

Salah satu faktor kenapa serial ini menjadi sangat terkenal adalah karena ia tahu sekali caranya meromantisasi perampokan. Dalam La casa de papel mencuri uang tidak hanya seksi tapi juga penting. Professor (versi aslinya diperankan oleh Alvaro Morte) berkali-kali mengingatkan teman-temannya (dan juga penonton) ideologi politiknya.

Untuk menambah seru, kita diajak untuk melihat perkembangan karakter mereka seiring dengan berjalannya perampokan. Ini menjadi seru sekali karena penonton diajak untuk melihat bagaimana kita melihat mereka dari sisi yang berbeda setiap kali kita belajar hal baru tentang mereka. Baik itu motivasi atau backstory yang baru dijabarkan.

Tidak mengherankan jika banyak orang mempertanyakan kepentingan remake ini karena versi aslinya sudah lebih dari bagus. Tapi ternyata enam episode Money Heist Korea yang sudah dirilis membuktikan bahwa too many good things isn’t bad.

Terutama jika Anda belum pernah menonton versi aslinya. Money Heist Korea tidak hanya berhasil menampilkan semua ketegangan yang saya sukai dari versi aslinya, tapi ia juga memperbaiki beberapa hal dari La casa de papel. Singkatnya, ini adalah versi remix yang baik.

Konflik Korut-Korsel

Hal pertama yang membuat Money Heist Korea berbeda dari versi aslinya adalah hubungan antar karakter-karakternya. Keputusan penulisnya (Ryu Yong-jae, Kim Hwan-chae dan Choe Sung-jun) untuk membuat setting JEA langsung berkontribusi dengan hubungan antar karakternya karena seperti yang kita tahu Korea Utara dan Korea Selatan adalah saudara yang bermusuhan.

Menarik sekali melihat bagaimana karakter-karakter seperti Berlin menggunakan identitas Korea Utara-nya dalam menghadapi konflik. Demikian juga peran task force yang harus menangani kasus perampokan ini. Dalam Money Heist Korea, ada Seon Woo-jin (Kim Yunjin) dan Cha Moo-hyuk (Kim Sung-oh) yang terpaksa harus kerja sama.

Dua orang yang berbeda asal ini terpaksa harus “berantem” dan perang ideologi karena mereka mempunyai metode yang sangat berbeda dalam menghadapi masalah. Realita baru bahwa dua korea bersatu inilah yang akhirnya menjadi background yang unik karena semua karakternya baru beradaptasi dengan situasi ini. Hasilnya adalah tambahan drama yang seru.

Hal kedua yang membuat versi ini berbeda dengan versi aslinya adalah tafsir karakter-karakternya. Secara sekilas, hampir semua karakternya memang mengikuti blueprint dari La casa de papel.Tapi ada beberapa tokoh dan beberapa plot line yang mempunyai interpretasi baru yang menurut saya membuat Money Heist Korea terasa seperti perbaikan dari versi aslinya.

Di versi aslinya, Tokyo digambarkan sebagai sosok yang impulsif dan liar. Kempulsifannya memang membuat drama La casa de papel jadi menarik tapi karakternya menjadi menyebalkan. Tokyo versi Korea jauh lebih anteng meskipun ia sangat misterius.Di versi aslinya, hubungan antara Tokyo dan Rio menjadi highlight karena Professor melarang sesama tim untuk menjalin hubungan. Ini adalah plot yang menurut saya kurang penting karena mereka sudah punya plot yang lebih ribet.

Dalam Money Heist Korea, kita tidak mendapatkan itu. Hubungan Tokyo dan Rio sangat profesional. Meskipun pembuatnya memberikan remah-remah bumbu asmara diantara keduanya (terutama di tiga episode terakhir) tapi sejauh ini hubungan mereka platonik dan tidak menyita durasi.

Hal berikutnya yang juga saya suka dalam Money Heist Korea adalah bagaimana Professor memanfaatkan task force ke dalam rencananya. Di versi Korea ini, Professor memacari Woo-jin bahkan sebelum perampokan dimulai karena ia tahu bahwa Woo-jin akan memegang peran yang penting. Drama “pura-pura jadi pacar demi kepentingan perampokan” ini menambah ketegangan tersendiri. Apalagi karena Kim Yun-jin dan Yoo Ji-tae mempunyai chemistry yang luar biasa. Bagian mereka membuat Money Heist Korea terasa seperti drakor sungguhan.

Terakhir yang menurut saya patut diacungi jempol adalah bagaimana pembuat Money Heist Korea mengubah Berlin tapi tanpa kehilangan sensasi bahayanya. Di versi aslinya, Berlin menjadi salah satu karakter yang digemari karena dia sangat tidak terduga.

Dia adalah karakter villain yang sempurna karena dia tidak pernah berpikir dua kali dalam melakukan sesuatu. Tapi sayangnya, Berlin di versi aslinya lumayan misogynist.Untungnya di versi korea bagian itu dihilangkan. Kreator Money Heist Korea membuat backstory yang baru bagi Berlin yang lumayan menjawab kenapa dia melakukan hal-hal yang dia lakukan. Dan Park Hae-soo lagi-lagi melakukan tugasnya dengan baik karena seperti yang ia lakukan di Squid Game, ia membuat Berlin tiga-dimensional.

Money Heist Korea Pilih Jalur Aman

Satu-satunya hal yang membuat Money Heist Korea menjadi kurang nilainya adalah fakta bahwa kebanyakan adegan sensasional dalam serial ini mengikuti blue print versi aslinya. Kalau kamu belum menonton versi aslinya, kamu pasti akan melongo tegang. Tapi, kalau sudah tahu ceritanya, perasaan senang menontonnya bisa jadi menguap. Saya juga menyayangkan keputusan pembuatnya untuk memilih “jalur aman”.

Mengingat betapa handalnya pembuat film Korea dalam merangkai ketegangan (terutama kalau Anda rajin nonton thriller Korea), saya agak kecewa bahwa Money Heist Korea terlalu safe meskipun secara presentasi audio visual serial ini sangat diatas rata-rata.

Jawaban dari pertanyaan “apakah Money Heist Korea lebih baik dari aslinya?”, amat bergantung terhadap pengetahuan kamu sendiri mengenai serial ini. Apakah kamu menonton versi aslinya atau tidak?

Buat saya sendiri, tiga episode terakhir sangat epik. Sehingga, saya tidak sabar menunggu bagian keduanya.

Kalau pun saya sudah tahu ceritanya, saya tidak peduli. Meskipun cara membuatnya sama, rasanya—jujur saja—tetap beda.

Money Heist Korea: Joint Economic Area dapat disaksikan di Netflix.

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.