Women Lead Pendidikan Seks
November 26, 2021

Ngomongin Soal Mantan ke Pacar Baru, Perlu Enggak Ya?

Sebagian orang berpikir membahas soal mantan hanya akan memicu masalah di relasi baru. Namun, apa benar kita sama sekali tak perlu membicarakannya?

by Patresia Kirnandita, Junior Editor
Lifestyle // Madge PCR
Share:

Belum lama ini, kawan saya, “Santi” bercerita tentang pengalaman pacaran salah satu keponakannya, “Tara” yang paling dekat dengannya. Tara, yang duduk di bangku kelas 3 SMA itu, baru saja menjalin hubungan dengan cowok yang dikenalnya lewat dating app. Tentu saja perasaan Tara sedang sangat berbunga-bunga saat ini, tetapi ada satu momen di bulan ketiga relasi yang membuat Tara dilema.

“Tara bilang, pacar barunya itu nanyain soal dia sama mantannya dulu gimana dan udah ngapain aja. Terus, dia ragu buat cerita sejujurnya apa enggak dan nanya pendapat gue,” kata kawan saya.

Santi lantas bercerita, sebenarnya Tara sudah pernah berhubungan seksual dengan mantan pacarnya, tetapi ia enggan berkata jujur pada pacar barunya karena takut langsung dicap buruk dan diputuskan. Menjawab pertanyaan keponakannya itu, Santi menyarankan untuk bersikap terbuka saja kepada sang pacar. Pasalnya, kalau memang benar pacar Tara mencintainya, dia akan menerima Tara yang sekarang dan menganggap yang lalu bukan bagian dari masalah. Santi pun menambahkan cerita pengalamannya kepada Tara, bahwa ia pun dengan pacarnya yang sekarang biasa saja dalam membicarakan masa lalu masing-masing, tanpa rasa cemburu atau perasaan dibanding-bandingkan.

“Malah ada mantannya cowok gue yang sampai sekarang jadi teman deketnya, dan gue enggak masalah dengan itu. Begitu pun cowok gue ketika tahu gue kebetulan satu proyek kerjaan sama salah satu mantan,” papar Santi. 

Perbincangan soal mantan pacar ketika kita menjalin hubungan baru memang mengundang pendapat berbeda-beda. Ada yang seperti Tara, yang khawatir hal tersebut hanya merusak situasi atau berpotensi memunculkan konflik di kemudian hari, ada yang seperti Santi. 

Baca juga: Hidup setelah Pisah, Perlu Banget Umbar Aib Mantan ke Publik?

Lantas sebenarnya, perlukah kita membicarakan soal ini kepada pasangan baru kita? Kenapa dan sejauh apa kita bisa membicarakannya? 

Kenapa Kita Perlu Terbuka Soal Mantan?

Dalam artikel Huffingtonpost disebutkan, berbicara tentang mantan ke pasangan baru kita bisa membantu pasangan untuk memahami diri kita yang sekarang. Setelah menjalani relasi terdahulu, seseorang akan punya sejumlah pengalaman yang membentuk kebutuhan, ketertarikan, serta batasannya. Hal-hal ini penting untuk diketahui pasangan baru agar relasi berjalan dengan lancar.

“Saya pikir tiap pengalaman bisa membantu membangun karakter kita,” kata Dr. Karen Finn, divorce coach dalam artikel tersebut.

“Dalam berhubungan, sering kali kamu menghabiskan waktu secara intens dengan seseorang, sehingga itu memungkinkan ia memberi pengaruh lebih besar dibanding hal lainnya terhadap karakter dan cara kamu merespons sesuatu.”   

Alasan lain kita perlu membicarakan secara jujur tentang relasi masa lalu adalah karena ini bagian dari komunikasi terbuka yang menjadi kriteria relasi yang sehat. Dalam berbagai kasus, bisa jadi relasi lampau meninggalkan beban berat yang masih terseret-seret hingga seseorang menjalin relasi baru. Atau, ia pernah mengalami suatu trauma akibat kekerasan oleh mantannya, dan berimbas pada cara dia bersikap, perasaan insecure, atau masalah kepercayaan terhadap orang lain termasuk pasangan barunya. Kalau hal ini tak dibicarakan sejak awal, ia akan menjadi bom waktu dalam relasi baru.

“Kamu tidak bisa menyelesaikan masalah insecurity atau perasaan lainnya kalau kamu berpura-pura itu tidak ada,” kata seksolog Dr. Jessica O’Reily dalam Refinery29. Ia menyatakan pula, pasangan tidak akan sadar bagaimana masalah insecurity itu bisa muncul dalam diri kita bila kita tidak pernah membicarakannya. 

Dengan membuka cerita terkait relasi masa lampau, kita juga dapat menilai apakah pasangan yang sekarang cukup tepat untuk kita atau tidak. Pasalnya, ada orang-orang yang setelah mendengar cerita mantan pacar pasangannya langsung cemburu berat meski pasangannya itu sudah tidak ada perasaan atau hubungan sama sekali dengan mantannya. Ada yang tidak sabar atau sanggup menghadapi kondisi pasangannya yang trauma akibat perlakuan mantannya, atau malah berlaku menghakimi. 

Mendengar ada risiko-risiko seperti ini, mungkin kita malah jadi enggan bercerita soal mantan karena menyayangkan relasi yang baru, ketika sedang merasa sayang-sayangnya pada pacar, harus retak. Namun, mengetahui bagaimana sikap pasangan baru terhadap masa lalu kita lebih awal tetap lebih baik sebelum melanjutkan relasi lebih jauh. Tentunya kita ingin pasangan yang bisa menerima diri kita, termasuk masa lalu kita, bukan?  

Baca juga: Setop, Sampai Kapan Mau Bicara Buruk Soal Mantan?

Bagaimana Cara Kita Bisa Membahasnya?

Meski kita perlu membahas soal mantan kepada pasangan baru, bukan berarti kita bebas membicarakannya dengan cara apa pun. Karena merasa sakit hati misalnya, sebagian orang cenderung membicarakan mantannya dengan buruk, bahkan tidak jarang melebih-lebihkannya dari kenyataan. Ada juga yang terlalu sering membicarakan mantan hingga membuat pasangan baru tidak nyaman.

Menurut terapis relasi Lena Derhally dalam artikel Refinery29 yang sama, “Saat orang menjelek-jelekkan mantannya dengan cara tak sehat, itu berarti mereka belum benar-benar membereskan masalah relasi lalunya itu.”

Mungkin saja mereka memang sudah move on dari mantannya, tetapi tidak berarti mereka sepenuhnya bebas dari isu personal atau perasaan negatif terkait relasi masa lalunya. Ketika seseorang berulang-ulang membicarakan soal mantannya dengan buruk karena masih merasa emosi, bisa saja ini kemudian malah membuat pasangan barunya berpandangan buruk terhadapnya, merasa insecure atau canggung, sehingga membuat situasi jadi tidak nyaman.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan saat membicarakan soal mantan adalah melakukannya tanpa intensi membanding-bandingkan. Semanis apa pun momen yang sudah dilewati dengan mantan, sebaik apa pun dia, tidak selayaknya dibandingkan dengan momen dan karakter pasangan yang sekarang. Ini hanya akan membuat pasangan baru merasa tersinggung, rendah diri, atau berpikir dia tak benar-benar diterima dalam kehidupan cintamu.

Bersikap terbuka dengan pasangan tidak berarti segala hal mutlak harus diceritakan. Dalam konteks bercerita soal mantan pun demikian. Kamu hanya perlu menceritakan hal-hal dari relasi lama yang menurutmu signifikan mempengaruhimu hingga sekarang. Bagaimanapun, di relasi lama maupun baru, kamu tetap boleh memberi batasan sejauh mana informasi yang mau kamu bagikan ke pasangan sesuai kenyamananmu dan selama tak menyakiti atau membohongi pasangan.

Saran lain seperti dikutip dari GQ UK, kita bisa membicarakan mantan dengan menyebut namanya dibanding “mantanku”. Ini membantu kita untuk membahas tentangnya selayaknya orang betulan alih-alih “makhluk mistis” yang hanya disebut “si mantan”. Selain itu, bila kita punya lebih dari satu mantan pacar, hal tersebut juga memudahkan pasangan baru kita mengidentifikasi cerita kita terkait orang yang mana. 

Terakhir, kita perlu mempertimbangkan kapan waktu yang tepat untuk membahas ini. Apakah pada kencan pertama? Apakah saat kalian berdua baru pulang kerja setelah dua jam bermacet-macetan dan seharian diisi dengan tugas menumpuk? Apakah saat bertemu dengan keluarganya yang lain? Tentu saja jawaban semua itu tidak. Buatlah percakapan tentang ini mengalir senatural mungkin, ketika kedua pihak sudah saling mempercayai, dan terkait konteks tertentu, tidak tiba-tiba juga. Misalnya, dalam konteks Santi yang bertemu dengan mantannya lagi dalam suatu proyek kerja atau pacarnya yang berteman dengan sang mantan. Menutup-nutupi hubungan dengan mantan dalam konteks seperti mereka hanya akan menimbulkan kecurigaan dalam diri pasangan yang baru.

Pada intinya, berbicara tentang mantan adalah tentang menggali diri satu sama lain. Menurut terapis pernikahan dan keluarga Christie Kederian di Elite Daily, “Saat seseorang menanyaimu tentang relasi lama, mereka sebenarnya mau mengetahui ‘kenapa seseorang tidak mau bersama kamu’ atau ‘kenapa kamu tidak mau bersama orang itu’. Ini tak lepas dari tujuan pasangan barumu untuk mencari relasi yang aman dengan cara mendapat informasi lebih banyak.”

Ia menambahkan, jalan terbaik untuk menjawab pertanyaan seputar mantan kita adalah berfokus pada apa yang sudah kita pelajari dari relasi lalu dan tipe orang macam apa yang kita cari berdasarkan pelajaran tersebut.

Patresia Kirnandita adalah alumnus Cultural Studies Universitas Indonesia. Pengajar nontetap di almamaternya. Ibu satu bocah laki-laki dan lima anak kaki empat. Senang menulis soal isu perempuan, seksualitas, dan budaya pop