PAP tt, catfishing, zombieing—istilah-istilah apa lagi sih itu?
Dari zaman pencarian jodoh lewat iklan biro jodoh di koran, lewat chat room di internet, via media sosial, sampai eranya dating apps, selalu ada istilah-istilah gaul yang muncul dalam dunia perkencanan. Buat yang lahir tahun 1980-1990-an dan doyan ngobrol di chat room seperti MIRc, misalnya, istilah “asl pls” yang merupakan singkatan “age, sex, location please” mungkin sudah tidak asing lagi.
Seiring waktu, bukan hanya istilah-istilah yang sering dipakai dalam obrolan saja yang jamak di kalangan warga pencari jodoh. Banyak istilah gaul yang menggambarkan suatu kejadian atau fenomena yang marak dalam perkencanan, baik yang bermakna netral, positif, atau negatif. Ada yang berhubungan dengan aktivitas seksual, relasi, ada juga yang menggambarkan perilaku ngeselin seseorang.
Berikut ini beberapa istilah-istilah populer di dating apps yang kami kompilasi. Biar kamu paham dan bisa langsung bertindak saat teman kencan sudah mulai kurang ajar.
-
FWB (friends with benefit) dan fuck-buddy
Istilah ini bisa jadi merupakan istilah yang paling jamak dipakai dalam percakapan, baik dengan gebetan maupun teman-teman setongkrongan. FWB adalah status ketika dua orang berhubungan dekat, bisa juga terlibat dalam aktivitas seksual bersama, tetapi tidak berkomitmen kepada satu sama lain alias pacaran. FWB sering juga diasosiasikan dengan istilah “casual sex” dan fuck buddy alias teman nge-seks.
Tak ada tuntutan untuk mengetahui kehidupan pribadi masing-masing dalam-dalam atau ekspektasi bertemu atau berinteraksi sesering mungkin layaknya sepasang kekasih. Tidak ada pula ikatan untuk menjadi eksklusif dalam FWB. Kalau seseorang punya FWB lain, tak ada yang berhak memprotes dia kecuali ditentukan berbeda di awal. Intinya, semuanya dijalankan dengan santai, yang penting kedua pihak merasa nyaman dan enggak baper.
Baca juga: Mengenali Diri Lebih Baik lewat ‘Online Dating’
Namanya “with benefit”, idealnya kedua pihak sama-sama merasa tak dirugikan dari bentuk relasi mereka yang tanpa ikatan ini. Tidak ada yang merasa dimanipulasi atau dimanfaatkan sehingga penting untuk menyatakan intensi menjadi FWB saja di awal perkenalan.
-
PAP (post a picture) dan VCS (video chat sex)
Sering kali kita mendengar istilah PAP dalam sosial media. Sebenarnya apa itu PAP? istilah PAP dihubungkan dengan niatan seksual walau aslinya, maknanya netral: Meminta gambar sesuatu atau seseorang. Saat berkaitan dengan niatan seksual, PAP biasanya diikuti kata anggota tubuh seseorang yang ingin dilihat, misalnya payudara (sehingga muncul istilah PAP tt) atau genital. Sementara VCS jelas, tujuannya melakukan chat sex melibatkan video kita dan orang yang kita kencani.
Ketika PAP berkonten seksual dan VCS dilakukan secara konsensual untuk kepentingan pribadi, sebenarnya tak masalah. Hanya saja, ini sangat potensial menjadi bumerang di kemudian hari ketika orang yang kita kirimi gambar, yang notabene baru kita kenal, menyalahgunakannya atau mengancam akan menyebarkannya. Kekerasan berbasis gender online salah satunya bisa bersumber dari aktivitas PAP ini. Jadi, pikir berulang kali saat ada orang di dating apps yang memintamu melakukan ini, atau lebih mudah lagi: tolak saja.
Baca juga: Cegah OkCupid Jadi OkCOVID: Moratorium Kencan di Tengah Krisis Corona
-
Cuddling
Istilah cuddle atau cuddling sempat populer awal tahun ini di media sosial. Media Vice bahkan menyebut aktivitas ini sebagai “gaya hidup baru anak muda di kota besar” yang aktif di dating apps. Saking ngetren-nya, sampai muncul jasa pemberi cuddle profesional di mancanegara, termasuk di Indonesia baru-baru ini!
Sesuai arti harfiahnya, cuddling dipahami sebagai kegiatan berpelukan atau kelonan. Tapi, apakah benar dalam cuddling sama sekali tidak ada aktivitas seksual? Hmmm… belum tentu juga. Setiap orang bisa saja memaknai cuddling lebih atau kurang dari makna harfiahnya ini. Di Twitter bahkan pernah ada yang curhat, cuddling lantas mengarahkan dia dan pasangan kencannya ke hubungan seks..
-
DTF (down to fuck) dan ONS (one night stand)
Istilah ini pertama muncul sekitar tahun 2008 di Urban Dictionary. DTF berarti seseorang mau terlibat dalam hubungan seksual dengan orang yang dikencaninya. DTF ini bisa tumpang tindih dengan konsep FWB atau casual sex, hanya saja yang mencirikannya adalah jangka pendek hubungan seksual antara orang-orang yang berelasi. Seperti halnya DTF, ONS juga merupakan relasi seksual jangka pendek, hanya berlangsung sekali atau dalam semalam saja setelah berkenalan.
Saking banyaknya penggunaan DTF ini, dan dianggap mengasosiasikan dating apps dengan seks saja, salah satu platform kencan OKCupid berkampanye mendefinisikan ulang DTF. Alih-alih menjabarkan F sebagai fuck, OKCupid menggantinya dengan kata-kata yang lebih “ramah keluarga” dan bahkan politis seperti F = fifty-five-hour binge atau filter out the far right.
Kata chief marketing officer OKCupid, Melissa Hobley di The Drum, kampanye DTF ini dipicu juga kampanye #MeToo dan Women’s March. Dengan mengklaim kembali frase yang biasa dipakai laki-laki untuk merendahkan perempuan ini, harapannya pesan kampanye OKCupid lebih bisa diterima baik para pengguna perempuan.
Baca juga: 5 Tipe Cowok di Aplikasi Kencan yang Tampak Normal Tapi ‘Unmatchable’
-
Catfishing
Catfishing berarti memakai informasi pribadi orang lain (foto, identitas yang sering diambil dari media sosial) untuk membentuk identitas baru di internet. Biasanya hal ini dilakukan untuk membuat orang-orang di dating apps “terpesona” olehnya sehingga mau dikencani.
Bisa dibilang, pelaku catfishing ini “dobel jahat”: Tidak hanya dia telah menipu kita dengan identitas palsunya, ia bisa saja mengambil identitas orang lain dan memakainya seolah kepunyaan sendiri tanpa sepengetahuan si pemilik identitas.
Kapan kita tahu kita di-catfish? Cara sulitnya, bertingkah ala detektif dengan mengecek kebenaran dan sinkronisasi pernyataan dengan identitasnya. Cara gampangnya, ajak ketemu dan lihat apakah rupanya sama dengan yang dipajang di dating apps. Kalau dia menghindar terus waktu diajak kopdar dengan macam-macam alasan? Hmm…boleh curiga juga dia catfishing kita.
-
Ghosting
Enggak sedikit orang yang pernah merasakan hal ini dalam dunia kencan online. Waktu merasa sedang nyambung-nyambungnya dan mulai ada perasaan sama orang yang kita swipe right di dating apps, tiba-tiba dia menghilang ditelan bumi saat tak ada angin dan hujan, tanpa kabar.
Menyebalkannya, ini sering membuat orang bertanya-tanya, “Salah gue apa? Apa gue kurang kece, ya?” walau sebenarnya tidak ada masalah dengan diri mereka. Alasan kepergian si tukang ghosting ini ya cuma dia yang tahu.
Perilaku ini bermasalah sekali karena selain bisa saja memicu orang merasa rendah diri atau bersalah, tiba-tiba menghilang atau mendiamkan seseorang alias silent treatment juga merupakan kekerasan emosional, lho! Belum apa-apa sudah ketemu yang seperti ini? Jangan pernah taruh harapan lagi ke si tukang ghosting, ya!
-
Zombieing
Seakan ghosting enggak cukup kejam, ada perilaku yang disebut zombieing. Istilah ini merujuk pada perilaku seseorang, yang setelah hilang kontak begitu saja dengan orang yang pernah dikencaninya, tiba-tiba kembali seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Si Zombie ini bisa saja mendadak mengirimi direct message, chat, atau bahkan tiba-tiba nongol di tempatmu.
Menurut para pakar relasi di situs Refinery29, motif orang zombieing orang lain itu macam-macam. Bisa saja dia bosan, lalu kembali mencari kesenangan dengan mengontak kita kembali setelah sekian lama “menyublim”. Bisa juga dia hanya pengin mengecek apakah dia masih menarik buat kamu, atau sekadar mencari validasi ketika dia sedang merasa low.
-
Benching dan cushioning
Nah, kalau kedua istilah ini merujuk pada perilaku membuat seseorang jadi “serep”-nya dalam perkencanan. Benching secara umum berarti menggantungkan seseorang (atau lebih) terlepas dari orang tersebut berharap padanya atau tidak. Orang yang melakukan benching biasanya belum siap terlibat dalam satu komitmen. Mereka hanya akan sesekali menghubungi kita kalau sedang membutuhkan.
Cushioning enggak jauh berbeda dengan benching. Hanya saja, pelaku cushioning ini biasanya sudah punya satu “target” untuk dikencani, sementara orang-orang lainnya cuma berperan sebagai “bantal” kalau-kalau targetnya itu menolaknya.
Comments