Women Lead Pendidikan Seks
February 21, 2020

Queer Love: Adakah Pasangan Lesbian yang Bertahan?

Benarkah hubungan pasangan lesbian tidak bisa bertahan lama?

by Paramita Mohamad dan Downtown Boy
Issues // Relationship
WomenLikeWomen_Lesbian_LBQWomen
Share:

Dear Magdalene,

Aku mau tanya, apakah di Indonesia ada pasangan lesbian yang berumur di atas 40 tahun? Aku nanya karena one day, aku mau banget commit dengan pasanganku sampai hari tua (sekarang sih belom ada, hehe). Tapi sepanjang aku mengikuti perkembangan komunitas lesbian di sini, aku hampir enggak pernah (atau belum?) lihat pasangan lesbian yang berumur 40 tahun ke atas. Kalau ada, aku pengen tahu kehidupan mereka seperti apa sih?

Aku mikir, apakah pada akhirnya seorang lesbian memutuskan hubungan dengan pasangannya untuk mengikuti "norma sosial" dan dituntut untuk menikah secara heteroseksual lalu hidup sebagai closeted lesbian sepanjang hidupnya? Seperti salah satu film Queer Korea berjudul ‘Moonlit Winter'?

Di sisi lain, aku cukup sering melihat pasangan gay yang berumur di atas 40 tahun. Contoh terdekat ya tukang salon langgananku, hehe.

Mohon bantuan pencerahannya.
Lesbian (masih jauh) di bawah 40 tahun.

Kata Mita:

Dear Seeker of a Relationship Model,

Terima kasih ada pertanyaannya. Saya rasa kamu tidak hanya sekedar penasaran apakah di Indonesia ada pasangan lesbian berusia di atas 40 tahun. Saya duga yang kamu cari adalah contoh yang membuatmu percaya bahwa harapanmu untuk punya pasangan “sampai hari tua” (di atas 40 tahun sudah termasuk tua? Really? Baiklah) bisa dicapai. Benarkah dugaan saya ini?

Saya termasuk dalam kelompok yang kamu cari. Kalau dijumlahkan, usia saya dan pasangan saya nyaris mendekati 100 tahun. Kami sudah bersama sejak 2011. Selain itu, saya kenal beberapa pasangan lain yang seumur dan lebih tua. Di luar pergaulan kami pun pasangan-pasangan ini bisa ditemukan, asal tahu ke mana harus menemui mereka.

Sebetulnya tidak mengherankan jika kamu belum pernah ketemu pasangan lesbian berusia di atas 40 tahun di komunitas kamu. Satu, kamu dan komunitasmu mungkin tidak bergaul dengan Generasi X atau Boomer dari orientasi seksual mana pun. Selain itu, setiap generasi punya tempat hangout yang berbeda-beda, sehingga kecil kemungkinan kamu pernah bersinggungan dengan mereka (ya, banyak dari mereka yang suka kumpul bareng).

Dua, meskipun saya belum menonton Moonlit Winter (yang saya sudah tonton adalah Moonlight dan dulu pernah ke disko techno-koplo dengan nama yang sama), saya yakin di Indonesia, lesbian bisa menjalin hubungan yang panjang dan bahagia.

Baca juga: Queer Love: Benarkah Pria Gay Anti-Komitmen?

Banyak pasangan lesbian yang hanya melela (coming out) di kalangan terdekat saja. Mereka menjaga privasi mereka dengan hati-hati demi keselamatan fisik atau keberlangsungan nafkah. Namun bukan berarti mereka semua berlindung di balik tabir pernikahan heteroseksual.

Sejujurnya, saya agak geli kamu ingin tahu seperti apa kehidupan lesbian di atas 40 tahun yang berpasangan. Seakan-akan kami adalah makhluk yang begitu unik. Kehidupan kami banyak samanya dengan pasangan lain segenerasi dari orientasi seksual mana pun. Kami mencari nafkah, bersaing dengan mereka yang lebih muda atau lebih haus, membayar tagihan dan cicilan, menunaikan berbagai kewajiban sosial termasuk kadang-kadang ke keluarga, sambil tetap cari waktu untuk senang-senang atau rebahan saja. Saya tahu sebagian dari kami ada yang mengadopsi pembagian peran yang heteronormatif, tapi ada juga yang tidak. Saya termasuk yang tidak, karena menurut saya pembagian tugas dan tanggung jawab harus berdasarkan kesepakatan di antara dua pihak.

Memang menyenangkan jika kita bisa punya contoh pasangan yang jadi panutan dalam menjalin hubungan. Rasanya kita jadi lebih optimistis dan mampu melalui tantangan dalam hubungan kita sendiri. Pasangan #relationshipgoal punya dampak yang lebih besar di kalangan LGBTQ di Indonesia. Mereka menyalakan harapan kita, membuat kita percaya ada yang pantas kita perjuangkan: Untuk mencintai dan dicintai.

Saya rasa kamu sudah cukup tahu bahwa perjuangan ini tidak akan mudah, tapi biarlah ini jadi topik untuk kesempatan lain.

Jadi, Goal Seeker, tolong jangan matikan harapanmu. Meskipun bukannya tanpa tantangan, kamu bisa hidup dalam kebenaranmu, dalam cinta “that dares to speak its name”.

Baca juga: Manusia Diciptakan Berpasangan, Benarkah?

Downtown says:

Dear Seeker,

I like you. You seem to possess that positive curiosity trait which I once had—those damn boomers destroyed me at “Maybe Next Time”. This is a classic situation where representation matters. You don't have any reference point to mature-aged lesbian simply because they don't exist in Indonesian public domain.

When was the last time you saw 40something lesbian character in sinetron—OK, not sinetron, I know you don't watch them, movies? OK, boomers' reference, any of them on Tik-Tok? You get the point. Representation matters but we live in Indonesia, a “vigilant citizen” nation where smooching with your partner at the malls can lead to a trip to an emergency ward.

Blame it on me for being part of the closeted communities, and credit to Mbak Mita for being out and open. I can assure you that mature-aged lesbian couples do exist and they're diverse community consisting different individuals. Some choose to retreat to heterosexual marriage and there are some who are in long term relationship with their female partners. You can't expect them to flaunt their affection in public because that would expose them to perilous situation. Also, given our limited representation in Indonesian media, you must know that the community comes in diverse shapes, characters and personalities defying our perceived stereotypes.

The hijab-clothed woman who sat next to you in MRT this morning may be in a long term lesbian relationship. The lady in white pencil skirt whom you ogled this morning may be in your field. But you don't know that and it doesn't matter. What matters most is to challenge our stereotypical thinking. Now, zooming in more into relationship life for mature-aged lesbian, this is definitely not my domain, I trust Mbak Mita can impart her wisdom more to you.  

Again, I like you, you could be my first lesbian best friend.   

Kalau kamu punya kegalauan seputar percintaan atau kehidupan queer, silakan email pertanyaannya ke [email protected] dengan subjek “Queer Love” atau DM ke akun twitter @the_magdalene dan Instagram @magdaleneid.

Paramita Mohamad bekerja merancang strategi komunikasi agar mereka yang ingin membenahi Indonesia bisa menggugah mereka yang tak peduli. Selain itu, ia mengabdi pada tiga kucing rupawan yang dikenal sebagai Trias Politicats. Diambil dari lagu hit klasik Petula Clark, Downtown Boy alias DB, adalah hipster usia 20an yang terjebak dalam tubuh pria gay berumur 40an. Ia pegawai kantoran biasa di Jakarta dan hobinya termasuk mendengarkan lagu-lagu lama dan olahraga yang menantang secara fisik. Dulu ia suka bela diri tapi terpaksa berhenti karena punggung bawahnya cedera. Semua temannya menduga cedera tersebut akibat sesuatu yang lebih mencurigakan.