Women Lead Pendidikan Seks
November 19, 2021

Ramai-ramai Tertawakan Polah Orang Kaya di ‘Succession’

Succession berhasil meyakinkan saya, menjadi orang yang kaya-kaya banget juga sepertinya tidak enak.

by Candra Aditya
Culture // Screen Raves
Share:

[Spoiler alert]

Kalau ditanya tentang serial yang bisa dibilang sebagai salah satu serial paling menegangkan dan seru tahun ini, saya mungkin akan menjawab Succession. Dirilis pertama kali pada 2018, Succession dengan cepat berubah menjadi salah satu serial yang paling ditunggu-tunggu karena menawarkan sesuatu yang sangat jarang ditawarkan oleh serial-serial Hollywood lain saat ini: Menertawakan kelakuan para miliuner

Ditulis oleh Jesse Armstrong, Succession menceritakan tentang sepak terjang keluarga Roy yang merupakan konglomerat dunia media. Bayangkan Murdoch. Tokoh utamanya adalah Logan Roy (Brian Cox) yang selama ini menjadi CEO utama Waystar-Royco. Seperti judulnya, cerita utama dari serial ini adalah seputar cara Logan, yang selama ini selalu menjadi pemimpin perusahaan, mencari siapa yang paling pantas untuk menjadi penerus perusahaan besar tersebut.

Anak pertamanya adalah Connor (Alan Ruck, ya temannya si Ferris Bueller) yang selama ini tidak pernah “dianggap” kompeten untuk menjadi apa-apa. Dia hampir tidak pernah terlibat dalam urusan bisnis keluarga. Connor adalah anak Logan yang paling “halu” karena seperti orang super-privileged pada umumnya, dia merasa bisa melakukan apa saja termasuk menjadi presiden Amerika Serikat. Dalam Succession, Connor adalah sumber humor paling efektif. Aksinya tidak pernah gagal untuk membuat saya tertawa.

Anak kedua Logan adalah Kendall (Jeremy Strong) yang merupakan sosok kebalikan Connor. Dia sangat ambisius dalam berbisnis. Dia sangat ingin menjadi penerus perusahaan ini. Emosinya selalu over-the-top, mungkin juga karena pengaruh narkoba mengingat Kendall mempunyai sejarah yang buruk dengan substance. Di atas kertas, Kendall adalah sosok yang paling cocok untuk menggantikan Logan kecuali fakta bahwa dia mempunyai impuls yang sangat jelek.

Baca juga: ‘Room Tour’ Rumah Nan Mewah di Tengah Pandemi: Tak Sensitif dan Tanpa Empati

Anak ketiga Logan adalah Roman (Kieran Culkin) yang menganggap semua hal adalah jokes, kecuali tentang ayahnya. Tidak pernah ada yang membayangkan Roman akan menjadi pengganti Roman karena dia sangat kekanak-kanakan dan jauh dari kata profesional. 

Yang terakhir adalah Siobhan yang sering dipanggil dengan nama Shiv (Sarah Snook). Di muka publik, Shiv tampil sebagai social justice warrior dan ingin membentuk dunia yang lebih baik bagi semua orang. Namun di belakang, dia sama busuknya seperti ayah dan saudara-saudaranya. Shiv sadar betul atas kepalsuannya ini, tapi ia tersinggung ketika orang-orang menyebut dia seorang poser. Ia sudah menikah dengan Tom Wamsgans (Matthew Macfadyen) yang sangat gampang disetir dan merupakan people pleaser.

Sumber: HBO

Selain keempat anak Logan, ada beberapa karakter lain yang fungsinya sangat krusial. Ada Greg (Nicholas Braun), sepupu Logan yang fungsinya selain mengenalkan penonton dengan dunia yang sangat aneh ini (karena Greg tidak tumbuh besar dengan privilege kaya raya luar biasa),  juga menjadi sumber humor terbesar dalam serial ini. Kemudian ada Gerri (J. Smith Cameron) yang merupakan general counsel untuk Waystar-Royco dan nantinya menjadi “special mentor” untuk Roman. Kehadiran Gerri sangat penting dalam Succession karena ia adalah satu-satunya orang luar yang bisa dikatakan masuk inner circle keluarga Roy.

Cerita empat saudara ini (dan beberapa pihak berkepentingan) untuk berlomba-lomba mendapatkan “hati” Logan ternyata sangat dramatis dan menarik karena Succession mempunyai skrip yang sangat kuat. Ditambah dengan penampilan ensemble cast-nya yang sangat baik, sebagai penonton, saya bisa membayangkan kenapa orang-orang ini begitu ngoyo untuk mendapat perhatian bapaknya. 

Meskipun tidak ada adegan flashback, Succession memperlihatkan dengan cukup jelas bahwa Logan absen ketika anak-anaknya tumbuh dewasa, sehingga semuanya punya father issues akut. Itulah sebabnya keempat-empatnya sangat ingin mendapatkan approval dari ayahnya. Namun pada saat yang bersamaan, dari cara Brian Cox memainkan Logan, saya tahu bahwa Logan sangat menyayangi anak-anaknya. Hanya saja, dalam hal ini dia lebih menyayangi perusahaannya. 

Bagian yang paling menarik dari Succession sebenarnya adalah cara pembuatnya mempresentasikan ceritanya. Meskipun Succession menceritakan tentang sepak terjang orang-orang super-duper kaya,  tidak pernah sekali pun mereka meromantisasi kekayaan. Ya, mereka memang keluar masuk private jet dengan gampang, berdialog soal take over perusahaan di penthouse Manhattan yang harganya selangit, dan membahas uang jutaan dolar seakan itu uang receh. Namun, tidak pernah sekali pun pembuatnya membuat Succession seperti katakanlah… Gossip Girl.

Dengan treatment visual yang agak mirip dokumenter (bayangkan Modern Family), Succession merekam semua drama dengan “membosankan”. Kameranya lebih diarahkan untuk merekam aksi tusuk menusuk karakternya daripada membuat adegan-adegannya jadi indah. Gerakan kamera yang sangat “boring” inilah yang justru menjadi nyawa dalam Succession karena fokus utamanya selalu di aksi-reaksi antarkarakter. Kadang, kita malah tidak melihat karakter yang sedang berbicara. Kita justru melihat reaksi karakter lain saat satu karakter sedang berbicara. Dengan drama keluarga yang pelik dan masalah yang sangat ribet, ditambah dengan “visual” yang sangat boring, Succession berhasil meyakinkan saya bahwa menjadi orang yang kaya-kaya banget juga sepertinya tidak enak. 

Baca juga: ‘The White Lotus’: Satir Menggigit dari si Kaya dan Miskin

Di akhir musim kedua, Kendall menjatuhkan bom atom kepada keluarganya karena ia memutuskan untuk membongkar aib keluarganya ke publik. Secara terang-terangan, ia “berperang” dengan ayahnya dan mengaku ke publik bahwa selama ini, ayahnya tahu tentang masalah sexual harassment di salah satu anak perusahaannya. Musim ketiga yang sekarang sudah tayang lima episode (seharusnya tayang tahun lalu, tapi terhalang oleh pandemi) melanjutkan perang ini dan saya bisa bilang bahwa musim ini adalah musim terbaik Succession.

Ada episode di mana keempat bersaudara duduk bersama-sama dan membicarakan rencana untuk mengudeta bapaknya, yang berakhir dengan tragis hanya gara-gara kiriman donat. Ada episode di mana momen terbaik Shiv langsung runyam hanya gara-gara lagu Nirvana. Dan di episode kelima, atau episode paling menegangkan sejauh ini, nasib perusahaan di ujung tanduk kalau keluarga Roy tidak bisa memutuskan deal mana yang terbaik.

Biasanya ketika menonton serial TV, saya selalu punya ekspektasi tertentu. Namun ketika menyaksikan Succession, saya hanya diam dan membiarkan semua drama ini mengalir begitu saja. Succession berhasil membuat saya tidak mendukung siapa pun karena semua orang busuk dengan versinya masing-masing. Pada akhirnya, apa pun hasilnya, rakyat jelata pasti kalah.

Succession dapat disaksikan di HBO Go.

Opini yang dinyatakan di artikel tidak mewakili pandangan Magdalene.co dan adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.