Seksualitas perempuan biasanya jadi pembicaraan yang tabu dalam masyarakat. Apalagi sedari kecil, perempuan jarang diedukasi tentang tubuh dan hak mereka terhadap tubuh sendiri. Masyarakat hanya memberi tahu perempuan, tugas mereka cuma untuk patuh pada orang lain terutama laki-laki. Oleh sebabnya, dari generasi ke generasi, perempuan tidak bebas menentukan hidupnya.
Namun, bukan berarti tidak ada perempuan yang mulai mempertanyakan keadaan yang ia alami dan berusaha melawan. Kian hari, kian banyak perempuan yang mulai bersuara atas ketidakadilan ini melalui berbagai macam medium, termasuk novel fiksi. Novel seksualitas berbahasa indonesia yang ditulis para penulis perempuan misalnya, secara terang-terangan telah merebut kembali hak perempuan atas tubuh lewat kata-kata.
Mereka secara berani mengungkapkan apa yang perempuan inginkan untuk kepuasan diri. Ketika di dunia nyata perempuan dipaksa untuk menjadi figur yang submisif serta penurut, novel seksualitas berbahasa indonesia ini mendobrak segala macam tabu, dan membebaskan perempuan untuk memilih.
Ketika membaca beberapa novel dengan tema tersebut, saya merasa memiliki kekuatan untuk menentukan apa yang diinginkan tubuh saya. Awalnya, saya pikir pemikiran yang saya miliki tentang tubuh saya keliru, tapi membaca karya mereka, membuat saya paham masyarakat lah yang berlaku tidak adil terhadap tubuh perempuan.
Baca juga: Menjadi Perempuan Penulis Muda di Jakarta
Selain itu, dengan membaca novel-novel seksualitas berbahasa Indonesia ini, saya jadi banyak mendapatkan gambaran bagaimana masyarakat mengopresi seksualitas perempuan dimanapun mereka berada.
Berikut ini beberapa pilihan novel seksualitas berbahasa indonesia dari penulis perempuan Indonesia, agar membuatmu lebih memahami apa yang tubuhmu inginkan.
Novel Seksualitas Berbahasa Indonesia: Saman
Saya pertama kali membaca novel seksualitas berbahasa indonesia ini di semester satu kuliah. Saat itu saya tidak sengaja memilih novel ini di perpustakaan, dan agak kaget ketika membaca ceritanya. Lepas dari kritik soal orisinalitas, dan lainnya, kesan pertama saya ketika membaca Saman: Berani, vulgar, tapi tetap indah.
Novel karya Ayu Utami ini bercerita tentang mantan pastur Saman dan empat perempuan yang sudah bersahabat dari SD hingga mereka dewasa, yaitu Yasmin Moningka, Shakuntala, Cokorda, dan Laila. Dalam tiap babaknya, kita diajak untuk menyelami perspektif dari tokoh-tokoh ini, terutama tokoh perempuan yang berani menentukan jalan hidup mereka sendiri demi kebahagiaan.
Tidak hanya mengambil tema seksualitas dengan perspektif perempuan, novel yang terbit pada 1998 ini juga mengkritik rezim Orde Baru yang terkenal otoriter.
Nayla
Novel karya Djenar Maesa Ayu ini berkisah tentang perempuan bernama Nayla. Sejak kecil Nayla dibesarkan seorang diri oleh sang ibu. Ia tak tahu kemana ayahnya, dan Ibunya selalu berkata Ayah Nayla adalah laki-laki tidak bertanggung jawab dan tidak mau mengakui Nayla sebagai anak.
Dalam keseharian, Ibunya sangat keras terhadap Nayla. Jika Nayla berbuat kesalahan, ia tak segan menghukum Nayla kecil dengan menggunakan peniti.
Suatu hari Nayla diam-diam mencari keberadaan sang ayah, dan akhirnya menemukan lelaki itu, lalu tinggal bersama dengan keluarga baru ayahnya. Namun, kebahagiaan itu hanya sebentar ketika sang ayah meninggal dunia. Di titik itu, hidup Nayla jadi berubah. Perjalanan Nayla menemukan arti kehidupan dan memahami apa yang ia inginkan dimulai dari sini. Ia bertemu dengan seorang perempuan bernama Juli, ketika ia bekerja sebagai penata lampu di diskotik. Mereka menjalin hubungan setelahnya, namun kandas saat Juli harus pergi ke Surabaya. Nayla juga pernah menjalin hubungan dengan seorang lelaki bernama Ben, namun, lagi-lagi kandas karena Ben selingkuh dari Nay.
Tarian Bumi
Novel ini berkisah tentang Telaga, perempuan keturunan Brahmana, yang merupakan kasta tertinggi dalam masyarakat Bali. Telaga dengan berani menikahi lelaki keturunan Sudra, alih-alih mengikuti tuntutan ibunya, Luh Sekar, untuk menikahi laki-laki keturunan Brahmana. Ketika menikahi lelaki pilihannya, Telaga tak serta-merta diterima juga di keluarga sang lelaki. Pasalnya, ada kepercayaan ketika keluarga Sudra menerima perempuan dari Kasta Brahmana diyakini hanya akan membawa kesialan. Kesusahan Telaga tak hanya sampai di situ, saat anaknya berusia 5 tahun, suaminya meninggal dunia.
Baca juga: Perempuan Penulis Mencari Ruang Aman di Dunia Sastra yang Maskulin
Novel karya Oka Rusmini ini secara gamblang dan tajam mengkritik sistem yang sangat timpang terhadap perempuan-perempuan Bali dan sistem kasta yang membuat posisi perempuan juga semakin rentan teropresi.
Novel Seksualitas dengan Isu Kesehatan: Nadira
Tidak hanya membicarakan tentang isu kesehatan, novel ini juga mengangkat bagaimana seksualitas perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Nadira, berkisah tentang perjalanan Nadira Suwandi yang baru saja kehilangan ibunya yang meninggal karena bunuh diri. Hidup Nadira berubah setelah itu, dan ia membenamkan diri sepenuhnya dalam pekerjaannya.
Perjalanan kisah Nadira pun dibuat dalam beberapa cerita pendek, dan sedikit demi sedikit mengupas dunia perempuan itu.
Sunyi di Dada Sumirah
Berkisah tentang lika-liku kehidupan tiga orang perempuan dengan latar belakang yang berbeda, menghadapi hidup yang penuh dengan ketimpangan. Ketiga perempuan itu bernama, Sunyi, Sumirah, dan Suntini. Sunyi seorang perempuan kota, yang berusaha menolak asal-muasalnya, dengan memasang lensa kontak untuk menutupi iris mata abu-abunya. Sumirah adalah perempuan desa, yang terpaksa harus menjadi seorang pekerja seks, dan merelakan tubuhnya dijadikan sekadar pemuas seksual laki-laki.
Baca juga: 6 Rekomendasi Novel Feminisme Terbaru
Sementara, Suntini adalah janda yang tidak pernah memahami alasan negara membawanya pergi, dan terkubur tanpa ada kata pembebasan. Tak hanya menceritakan kemuraman ketiga perempuan ini, novel karya Artie Ahmad ini juga berusaha menyingkap gelapnya sejarah manusia.
Comments