Jika mengetik #relationshipgoals di mesin pencarian Instagram, kamu akan disambut dengan 22 juta unggahan yang berkaitan dengan relasi romantis. Mulai dari berbagai kutipan bertema percintaan, hingga foto-foto pasangan cuddling, swafoto di depan cermin, traveling bareng, dan dilamar di lokasi estetis. Semuanya punya kesamaan, yakni menciptakan persepsi hubungan yang ideal.
Tak hanya itu, warganet juga senang mengategorikan kemesraan figur publik sebagai contoh relationship goals. Sebut saja Nana Mirdad dan Andrew White, juga Donna Agnesia dan Darius Sinathrya. Mereka dianggap pasangan idaman, lantaran rumah tangganya yang adem ayem.
Ada lagi Zendaya dan Tom Holland—Mary Jane dan Peter Parker di dunia nyata yang bersikap saling suportif lewat unggahan Instagram. Pun, aktor Ryan Reynolds dan Blake Lively yang sering melemparkan banyolan kepada satu sama lain.
Hubungan mereka tampak menjanjikan, membuat warganet buru-buru mengamini agar memiliki relasi serupa. Bahkan tak jarang meninggalkan komentar seperti, “Favourite couple! Semoga aku bisa seberuntung Kak Nana nantinya.”
Baca Juga: Lupakan ‘Relationship Goals’, Merawat Rumah Tangga Tak Sesederhana Itu
Yang jarang disadari, semuanya bersifat semu. Pun yang ditampilkan di media sosial telah “dikurasi”, sehingga momen berharga dan menyenangkan saja yang dipajang. Meski menyadari fakta tersebut, masih saja ada warganet yang membagikan konten serupa di Instagramnya, menunjukkan pencapaian dan betapa manisnya hubungan yang dimiliki.
Amanda tak sepakat dengan latah warganet yang meniru pamer kemesraan figur publik di media sosial. Ia sendiri menganggap relationship goals sebagai label, bukan sesuatu yang penting atau menentukan hubungan.
“Yang di dunia maya kan gemes-gemesnya aja yang ditunjukkin. Misalnya foto nge-date, dikasih bunga, atau love language mereka,” katanya pada Magdalene, (18/2).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh psikolog dan relationship expert Dr. Suzanne Lachmann. Dalam wawancaranya bersama Teen Vogue ia mengatakan, foto-foto tidak menjelaskan usaha yang dilakukan untuk membangun hubungan, agar mencapai tujuan yang diinginkan.
“Untuk menganggap hubungan itu effortless memang sangat mudah, padahal realitasnya sedikit yang seperti itu,” tegasnya.
Relationship Goals yang Sebenarnya
Saya duduk di bangku SMP, ketika memasang nama pacar di bio media sosial lagi marak-maraknya dilakukan remaja. Enggak sedikit teman-teman yang menjadikan standar lalu berkomentar, “Goals banget sih, kapan ya nama gue ditulis kayak gitu?”
Baca Juga: Pasangan dalam Film yang Tak Seharusnya Jadi #CoupleGoals
Sebenarnya sah-sah saja demikian, dan siapa pun boleh melakukan kok. Namun, bukan berarti hal itu—juga sederet unggahan pasangan di media sosial—harus dijadikan tujuan dalam relasi romantis.
Yang seharusnya dijadikan tujuan adalah memperkuat hubungan dan membangun hubungan yang sehat, serta menentukan arah hubungan itu akan dibawa. Nadya, account executive di sebuah agensi setuju dengan hal tersebut. Ia juga mengagumi hubungan Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie, dan menilai apa yang pasangan itu miliki adalah relationship goals.
“Pacarannya awet terus nikah. Treatment-nya Glenn ke Chelsea dan sebaliknya juga gentle, sweet banget, terus enggak neko-neko” ceritanya.
Yang dilihat Nadya dalam pasangan selebritas itu juga yang menjadi tujuannya dalam menjalin relasi romantis. Dibandingkan konten public display of affection (PDA) atau tindakan romantis yang membuatnya cringe, ia mengaku “iri” dengan pasangan yang bertumbuh bersama. Maka itu, tujuannya saat ini bersama pacarnya ialah merintis bisnis bersama untuk memenuhi kebutuhan finansial.
Pun relationship goals memang seharusnya yang mengarah pada kualitas relasi, berupa nilai-nilai yang dibagikan bersama pasangan, dan bagaimana hubungan itu bisa bertumbuh, bukan hal-hal uwu nan romantis yang dipamerkan di media sosial.
Kepada Refinery29, Kristin Zeising, terapis pasangan asal San Diego, AS, tujuan itu dapat berupa tingkat komitmen, atau perasaan dan pengalaman yang dimiliki.
Nantinya, usaha yang dilakukan dapat membentuk koneksi, keintiman, dan kepuasan dalam hubungan. Karena itu, setiap pasangan memiliki “strateginya” masing-masing untuk membuat relasinya berhasil.
Baca Juga: Sudah Tidak Ada Cinta dalam Hubungan, Perlukah Dilanjutkan?
Normalisasi Relasi yang Tidak Sempurna
Bukan sebuah permasalahan, apabila mengagumi relasi romantis yang dilihat di media sosial. Namun, realitasnya kehidupan percintaan tidak seindah milik karakter Disney. Ada kalanya perlu mengakui dan mengapresiasi relasi bersama pasangan, untuk melihat kemajuan yang dilalui.
Bahkan Nana Mirdad yang dinilai warganet memiliki relationship goals saja mengakui lewat sebuah unggahan Instagramnya. Dengan foto-foto bersama sang suami ia mengatakan, tidak ada hubungan yang sempurna.
“At least di saat kedua pihak masih mau mengutamakan kebahagiaan pasangannya, mudah-mudahan jalannya dilancarkan dan tujuannya hanya satu, untuk bersama,” tulisnya pada caption.
Pasalnya, perselisihan ataupun tidak sesuai relationship goals di media sosial, bukan berarti hubungannya gagal. Menurut “Mona”, seorang video jurnalis, relationship goals dibangun berdasarkan proses, karena setiap pasangan memiliki perjalanannya sendiri untuk mencapai tujuan tersebut.
“Harus saling memahami keinginan pacar,” ucapnya. Kata Mona, sejak awal goals itu perlu ditetapkan untuk menciptakan atmosfer dalam hubungan.
Malah dari ketidaksempurnaan itu, pasangan dapat memperjuangkan “kesempurnaannya” sendiri, bagaimana mereka berusaha agar relasinya berhasil dan mengarah pada tujuan. Sementara jika terfokus pada konten di media sosial, Rachel Simmons, peneliti dari Hewitt School, AS, mengatakan, dapat memperburuk perasaan dan kepercayaan diri, bukan sebaliknya.
Alih-alih berkaca pada figur publik atau terbebani relasi teman sebaya yang ditampilkan di media sosial, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan relationship goals yang sehat.
Pertama, mengomunikasikan, bersikap terbuka, dan saling mendengarkan dalam menyampaikan keinginan. Kedua, melibatkan satu sama lain dalam mengambil keputusan besar untuk saling menghargai, sekaligus menunjukkan keberadaan mereka berarti.
Ketiga, membantu tujuan hidup satu sama lain, sesederhana dengan mengaktualisasi diri dan mengikuti goals yang diinginkan. Tentunya ini diperlukan karena setiap individu tumbuh berkembang, dan cara pandangnya serta visi misinya pun selalu berubah.
Dengan demikian, relationship goals sesuai standar yang diinginkan setiap pasangan dapat dihasilkan.
Comments